ADA yang kenal mas mas yang sedang menggendong anak kecil ini?Â
Saya ketemu si mas-mas ini waktu sarapan di salah satu hotel di Jogja. Tempat sarapannya semacam lounge, tidak ramai, cuma ada mas-mas ini dan anak perempuannya. Plus seorang pelayan pria.Â
"Baru bangun, ya? Haha.." sapanya pada anak saya, Arsya, waktu kami baru sampai di sana. Sejak baru datang, Arsya berdiri saja di pintu masuk sambil bengong. Mungkin itu yang menarik perhatiannya. Saya cuma tersenyum sambil bergegas berkeliling melihat-lihat hidangan. Arsya saya tinggalkan sejenak masih dengan muka bantalnya.Â
Jam sudah setengah sepuluh. Saya mengambil beberapa potong roti, buah dan minuman. Tak banyak pilihan karena restoran mini-mirip lounge bandara itu tak menyediakan banyak menu seperti restoran di bawah. Ini cuma tempat buat tamu hotel yang ingin privasi, bercita-cita ingin diet dan yang terpenting agar selama menyantap hidangan, anaknya tak lari kemana-mana. Hahaha..Â
Mas-mas ini lagi-lagi menyapa Arsya. Saya belum ngeh hingga saatnya saya menuju ke meja di sebelahnya dan mulai mengamatinya lebih cermat.Â
"Eh, Mas Kelik, ya?" Saya bertanya setelah menaruh hidangan sarapan.Â
"Iya, Bu," jawabnya sambil senyam-senyum. Lalu obrolan mengalir begitu saja dengan bermacam-macam topik. Orangnya hangat. Sesekali diselip seloroh dengan pelayan pria yang sebelum kami datang tampaknya sudah terlibat pembicaraan akrab dengan Mas Kelik. Mulai dari soal "Darimana, Bu?", anak, tempat makan enak di Jogja, hingga profesinya sebagai presenter dan komedian yang kini lebih sering menerima job off air. Ternyata dia dan istrinya yang penyanyi baru saja mengisi acara salah satu bank BUMN di hotel tempat kami menginap. Anak perempuannya, Kenes, sudah kelas 3 SD (kalau tidak salah ingat).Â
Beberapa kali dia ke ruang smoking area yang ada di tempat itu.Â
"Nakalnya saya cuma ini, Bu," katanya sambil menunjukkan rokok yang terselip di jarinya, sebelum masuk smoking area.Â
"Saya usahakan merokok cuma di smoking area. Nggak langsung di depan anak," katanya setelah duduk kembali di sofa. Diapun bercerita tentang kecintaan dan kedekatannya pada anak satu-satunya itu. Saya cuma manggut-manggut sambil sesekali mengawasi Arsya yang mulai keliling-keliling meja dan kursi di dalam ruangan. Satu topik yang paling menarik perhatian saya adalah soal ibadah tahajjud yang diakuinya berusaha rutin dia lakukan. Tiba-tiba saya jadi tersentil.Â
"Saat tahajjud itu, Allah terasa sangat dekat, Bu. Saya sering bangun tahajjud. Habis tahajjud ya tidur bentar, baru bangun lagi pas Subuhnya. Sampe sampe tim saya ngira saya ga tidur tidur. Hahaha.." Topik berbau religi itu tampak sejalan dengan sikapnya. Soal keluarganya, soal rizkinya, soal tujuan hidupnya.Â
Obrolan pun berakhir. Sebelum kembali ke kamar, saya meminta berfoto bersama Mas Kelik dan anak perempuannya. Dia menyambut hangat. Malah langsung menggendong Arsya. Yang digendong entah kenapa mau-mau saja. Biasanya dengan orang yang baru dikenal, dia takkan mau. Bersalaman saja pun jarang mau. Tapi ini lain. Malah ngelendot manja. Ya ampun.Â