Mohon tunggu...
Annisa F Rangkuti
Annisa F Rangkuti Mohon Tunggu... Psikolog - 🧕

Penikmat hidup, tulisan, dan karya fotografi. https://www.annisarangkuti.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotisme Klayar, Pantai Perawan nan Jelita

25 Maret 2013   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:16 2145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEJAK lama, saya bermimpi untuk bisa mengunjungi pantai-pantai cantik yang ada di Indonesia. Selama ini saya hanya bisa melihat pantai berair biru, dengan pasir putih dan gugusan karang yang eksotik dari foto-foto di televisi, majalah atau internet. Rasanya akan seperti di surga dunia bila berada di sana.

[caption id="attachment_244024" align="aligncenter" width="480" caption=""Tanah Lot" di Pacitan"][/caption]

Akhirnya, impian saya kesampaian ketika tahun lalu menginjak pasir putih pantai di Bali. Rasanya luar biasa. Keindahan pantai Nusa Dua sangat membius saya waktu itu. Untuk pertama kalinya, saya menikmati keindahan alam saat sang surya terbit di pantai berombak besar nan biru dengan pasir yang bersih. Rasanya sangat wow! Padahal mungkin keindahan pantai Bali masih belum seberapa dibandingkan pantai-pantai lain yang ada di sepanjang kepulauan Indonesia ini. Mimpi saya pun masih berlanjut. Dan syukurlah, tak perlu waktu terlalu lama untuk kembali menikmati keindahan pantai biru -istilah saya. Saat kunjungan ke Solo pada awal Maret kemarin, saya berkesempatan untuk menikmati keindahan pantai Klayar, di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Ya, ternyata kampung halaman Presiden SBY ini menyimpan wisata alam nan eksotik, yang konon belum banyak diketahui dunia. Pantai Klayar. Bahkan namanya belum pernah saya dengar. Sebagus apa?

1364176738907904861
1364176738907904861
Saya pun browsing di internet. Dari foto-foto pantai Klayar yang saya lihat, tersaji pemandangan yang luar biasa. Saya hampir tak percaya ada pantai seindah itu di pesisir selatan pulau Jawa. Saya cuma tahu pantai-pantai seperti itu ada di ujung Sumatera, kepulauan Riau, Sulawesi, Lombok dan seterusnya ke daerah Indonesia Timur. Maka, saya tak ingin berekspektasi lebih, karena bisa saja gambar-gambar indah itu hasil editing fotografi kan? Lagipula, rasanya keindahan Parang Tritis lebih menonjol dibandingkan pantai lainnya di pulau Jawa. Tibalah esok harinya, saat saya dan rombongan berangkat untuk mengunjungi beberapa tujuan wisata, termasuk pantai Klayar. Pantai ini ada di urutan destinasi terakhir, mengingat letaknya yang paling jauh dan pastinya agar bisa menikmati surya tenggelam di ufuk barat. Sebelum ke sana, kami diajak ke kampung batik Laweyan di Solo, lalu ke waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, dan Goa Gong di Pacitan. Tempat terakhir tak seberapa jauh dari pantai Klayar. Hanya butuh waktu perjalanan setengah jam saja.

13641767851561877394
13641767851561877394
Tapi jangan dibayangkan akses jalan yang mulus-mulus saja. Ternyata jalan yang dilalui cukup sempit dan terkadang rusak di sana sini. Bila dua kendaraan roda empat berpapasan, maka kedua kendaraan akan membagi jalan sampai batas maksimal. Padahal di kiri atau kanannya tak jarang terdapat jurang. Belum lagi ada banyak belokan dan tanjakan. Cukup membuat was-was, tapi untunglah kendaraan yang ditemui tak banyak. Saya bayangkan kalau sedang ramai, perjalanan ke tempat ini akan memakan waktu lebih lama. Tanjakan yang mulai berkurang, berganti dengan jalan yang menurun secara bertahap. Pertanda pantai sudah hampir dekat. Saya sudah tak sabar, penasaran ingin segera melihat wujud pantai yang katanya masih perawan ini. Dan lihatlah...beberapa ratus meter sebelum benar-benar sampai, saya sudah dihadapkan pada keindahannya. Barisan nyiur melambai yang menyambut. Laut biru dengan ombak besar di kejauhan. Pemandangan khas pantai samudera. [caption id="attachment_244027" align="aligncenter" width="480" caption="Karang berbentuk Sphinx Mesir terlihat dari jauh"]
13641768481131045800
13641768481131045800
[/caption] Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat turun dari minibus, menghirup udara pantai laut lepas dan memanjakan mata dengan keindahannya. Tak disangka, tempat ini memang persis dengan yang saya lihat di foto-foto itu. Sebuah surga bagi para pecinta alam dan fotografi. Setiap titiknya adalah mahakarya Sang Pencipta. Apalagi suasananya begitu sepi dan tenang. Hanya terdengar riuh ombak yang memecah karang. Kalau begitu, benarlah kalau pantai ini belum banyak dikunjungi. Tapi entahlah. Apa karena kami berkunjung pada hari kerja? Tak ada apa-apa di sana selain sebuah (atau beberapa? Saya tak terlalu mengamati) warung makan dan beberapa rumah penduduk yang tampak dari dekat pantai. Tak ada pedagang atau apapun yang biasa terlihat di lokasi objek wisata. Sungguh sebentuk sepi yang menenangkan.

13641769031318783503
13641769031318783503
Sebelum melangkah lebih jauh, para pengunjung sudah diwanti-wanti lewat sebuah papan pemberitahuan agar tak terlalu dekat ke bibir pantai, karena ombak besarnya dapat membahayakan. Dari jarak beberapa ratus meter pun saya sudah dapat melihat ombak besar dan deburnya yang riuh menggetarkan. Saya membayangkan bila diri saya bermain-main dengan ombak yang besar bergulung-gulung itu, mungkin tak butuh waktu lama untuk membuat tubuh saya tertelan ke tengah samudera.

[caption id="attachment_244035" align="aligncenter" width="480" caption="Muara berpasir hitam"]

1364177559918427488
1364177559918427488
[/caption] Di sisi barat, saya melihat sebuah pondokan kecil di atas karang yang tinggi disertai ombak besar yang menghantam kaki karangnya, mengingatkan saya pada Tanah Lot. Tiba-tiba saya seperti sedang berada di Bali. Nun jauh di timur, gugusan karang eksotik menanti. Saya pun mengajak suami untuk bertandang. Pasir putih yang hangat dan cukup dalam membuat perjalanan cukup berat dan memakan tenaga. Sebelum sampai, kami melewati sebuah muara berpasir lembek. Konon, bila kaki menjejak pasirnya, akan membuat kaki kita tenggelam separuh. Saya memilih melandaskan kaki di sebatang kayu yang berfungsi sebagai alat penyeberangan. Cukup ngeri juga membayangkan pasir itu seperti pasir hisap. [caption id="attachment_244029" align="aligncenter" width="480" caption="Tanda peringatan sebelum naik gugusan karang "]
1364176975585016951
1364176975585016951
[/caption]

Dan tibalah kami di bagian pantai yang diapit dua gugusan karang yang indah mencengangkan. Bayangkan saja. Ombaknya yang menghantam karang dan menampar pantai itu sudah seperti tsunami. Sangat terasa betapa kecilnya manusia bila berdiri menghadapnya. Bagian ini sangat asyik untuk diabadikan. Setiap gulung ombaknya terasa memiliki gaya berbeda.

[caption id="attachment_244034" align="aligncenter" width="480" caption="Ombak yang memecah karang menciptakan efek air terjun"]

13641774651685045936
13641774651685045936
[/caption] Berjalan terus, kami berhadapan dengan dinding karang. Ingin naik ke atas karang yang luas dan landai, tapi ada tulisan harus disertai pemandu karena termasuk daerah yang juga berbahaya. Kebetulan, seorang bapak bercaping berpapasan dengan kami. Ia baru saja menemani beberapa teman rombongan yang lebih dulu ke atas. Jangan bayangkan seorang pemandu berpakaian resmi dan menarik tarif. Mereka sama sekali tak meminta bayaran. Mereka hanya warga sekitar yang melakukan pekerjaannya dengan sukacita. Memperkenalkan alamnya yang terjaga bersih dan indah. Sang Bapak pun menemani kami  naik dan berkata bahwa di atas ada lagi seorang pemandu. Sebelum turun lagi, ia menunjukkan arah menuju seruling samudera/seruling laut.

[caption id="attachment_244030" align="aligncenter" width="480" caption="Menurut Bapak bercaping ini, keindahan Klayar bisa juga dipotret dari atas karang di belakangnya."]

13641770601760359856
13641770601760359856
[/caption] Seruling samudera? Apa itu? Setelah sampai di atas, tahulah kami. Ternyata itu adalah ombak besar yang menghantam karang dan karena faktor tekanan, ombak itu sampai menyembur melalui celah karang. Karena semburannya yang bisa mencapai 10 meter itu, sampai menimbulkan suara siulan seperti bunyi seruling. Wah! ini sungguh luar biasa. Mulanya kami perhatikan teman-teman rombongan yang bergantian berfoto di dekat seruling samudera. Yang difoto siap-siap bergaya, dan seorang temannya siap-siap memotret sambil menunggu ombak besar datang dan menyembur ke permukaan. Jelas saja. Semua anggota rombongan tampak antusias. Satu per satu bergantian ingin memotret atau diabadikan dengan sang seruling. Waktu kemunculannya tak tentu. Proses penantian itu yang membuat penasaran dan terasa seru. Kalau pas momennya, maka bersiap-siaplah untuk mandi air laut.

[caption id="attachment_244031" align="aligncenter" width="320" caption="Basah kuyup bermandikan seruling samudera :D"]

1364177176157783645
1364177176157783645
[/caption] Menjelang pukul 6, akhirnya sang surya bersiap pamit. Ini momen yang ditunggu-tunggu. Beberapa anggota rombongan bersiap dengan kameranya masing-masing. Sebagian dari mereka membawa tripod. Total betul dalam mengabadikan sunset yang rasanya selalu berbeda dimana-mana ini. Saya pun tak ketinggalan. Sibuk memotret sambil sesekali jeda menikmati keindahan alam yang sungguh menawan.

[caption id="attachment_244032" align="aligncenter" width="480" caption="Dipotret oleh dua fotografer.. :D"]

1364177280939956342
1364177280939956342
[/caption] Puas memotret senja, ombak di laguna tampak semakin ganas. Tanda air laut akan pasang. Tak perlu diwanti-wanti, begitu melihat air laut mulai menjilati atas karang, kami pun bergerak untuk kembali ke titik awal. Sambil berjalan pulang, rasanya masih ingin berlama-lama di sini. Tapi saya sudah cukup puas bisa menikmati keindahan sepanjang pantai. Sebelum pulang, kami beristirahat sejenak di warung makan yang ada di sana. Rasa lelah mulai terasa setelah perjalanan yang panjang hari itu. Saatnya kembali ke penginapan di Solo, yang akan membutuhkan waktu 4 jam. Dalam perjalanan pulang, tampak sinar lampu mulai menerangi rumah-rumah penduduk yang bersahaja. Saya membayangkan kehidupan orang-orang yang tinggal di sekitar pantai. Mungkin tak neko-neko, "hanya" dengan menjaga dan menikmati keindahan pantai Klayar setiap hari, mereka sudah merasa cukup dan mensyukuri kehidupan yang dianugerahkan Tuhan dengan cara yang sederhana.

[caption id="attachment_244033" align="aligncenter" width="480" caption="Senja nan menawan"]

13641773601250098235
13641773601250098235
[/caption] ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun