(hal. 55)
Saat keinginan yang sejatinya adalah hawa nafsu kita sebagai manusia berbenturan dengan rencana dan kehendak Tuhan, kita seringkali lupa, seringkali menganggap ibadah-ibadah yang kita lakukan, doa-doa yang kita panjatkan demi terkabulnya keinginan itu, hanyalah sia-sia. Padahal Tuhan dengan kuasa dan rencanaNya yang indah pasti mengabulkan segala doa kita. Memang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun Tuhan mengabulkannya dengan caraNya sendiri, yang lebih sesuai dan terbaik bagi kita.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS Al-Baqarah (2:216)].
Subhanallah.
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang akan kamu dustakan?
[QS. Ar-Rahmaan (55)]
Sampai di sini, saya mengulang kembali video perjalanan hidup di kepala saya. Sungguh, semua yang terjadi sampai detik ini adalah berkat kehendakNya. Tak ada satu detik pun yang terlewat tanpa campur tanganNya. Tak ada. Setiap embusan nafas, gerak tubuh, sampai hal-hal kecil maupun besar yang pernah terjadi sepanjang perjalanan hidup saya adalah atas kuasa dan kehendakNya. Segala macam masalah yang pernah singgah, akhirnya terselesaikan juga dengan kasih sayangNya. Tak perlu sampai frustrasi atau bahkan depresi bila telah menanamkan ini di dalam hati;
Ketika masalah datang, Allah tidak meminta kita memikirkan jalan keluar hingga penat. Allah hanya meminta kita sabar dan shalat.
Pun juga ketika berpikir, akan jadi apa saya kelak, bagaimana hidup saya esok dan nanti, tak lagi perlu terlalu dirisaukan. Segalanya akan lebih mudah dan lebih indah jika di setiap embusan nafas, di setiap gerak langkah, di setiap detik waktu yang kita lewati, senantiasa terpatri bahwa Tuhan selalu ada bersama kita. Tuhan selalu mengiringi dan menuntun langkah-langkah kita. Meski sesak rasa di dada, meski hampa, meski nelangsa, cinta Tuhan pada kita, hamba-hambaNya tak akan pernah pupus. Tiada lagi arti cinta manusia jika cinta pada Tuhan melebihi segalanya.
Tak ada satu cinta pun di dunia ini yang mampu mematahkan hati manusia jika cinta Allah di atas segalanya. Sungguh, menduakan cinta Allah menjadikan cinta itu berhala.
Pada akhirnya, tiada jalan pulang lain selain kembali padaNya. Tak ada kekuatan apapun yang dapat memisahkan kita dari kehidupan kecuali kuasaNya. Dalam perjalanan menuju keabadian itu, kita pasti acap berbelok, kehilangan arah, dan membutuhkanNya agar kembali dengan selamat. Sebelum saat berpulang itu tiba, mari kita berpikir sejenak dan bertanya pada hati masing-masing; sudah seberapa banyak bekal yang saya kumpulkan untuk kehidupan abadi nanti? Sudah siapkah saya untuk menemuiNya kelak dalam keadaan jiwa yang suci?