[caption id="attachment_134770" align="aligncenter" width="490" caption="Terilhami para sahabat digital.. :) (dok. AFR)"][/caption]
Hari ini ada tulisan adek di kompasiana. Selamat!
Sebuah sms dari Ayah pagi itu sempat membuatku bingung. Tulisan di Kompasiana? Bukankah sudah sejak lama aku menulis di social blog itu dan Ayah tahu persis akan hal itu. Lalu, tulisan mana yang Ayah maksud?
Aku lalu meneleponnya langsung. Beliau sedang berada di Jakarta dan Sabtu, 1 Oktober kemarin itu adalah hari kepulangannya ke Medan. Aku memang akan meneleponnya pagi itu, mengkonfirmasi jam keberangkatannya dari bandara Soekarno-Hatta agar tahu jam penjemputannya ketika tiba-tiba sms darinya itu masuk.
Sambil berpikir-pikir, sedetik kemudian ada sebersit kegembiraan di hatiku. Apakah yang dimaksud Ayah...
"Tulisan yang mana, Yah?" tanyaku langsung tanpa basa-basi setelah Ayah mengucapkan selamat lewat suaranya yang bernada gembira.
"Itu...tulisan adek yang di Kompas." 'Adek' adalah panggilan keluargaku karena aku adalah anak bungsu.
"Kompas mana? Kompas cetak?"
"Iya. Yang ada kompasiana-nya," kata-kata Ayahku langsung menerbitkan terang kegembiraan di wajahku. Kejadian selanjutnya, aku berseru kegirangan sambil mengucap hamdalah, mengucap syukur pada Sang Mahakuasa. Ah, tak usahlah kuceritakan bagaimana ekspresi kegembiraanku yang sebenarnya. Yang jelas, aku termasuk makhluk yang ekspresif. Hahahah...
Suara dari seberang sana kemudian menjelaskan kalau yang 'menemukan' tulisan itu pertama kali adalah keponakanku, yang duduk di kelas 6 SD. Ia mungkin sedang iseng (atau memang kebiasaannya?) membolak-balik surat kabar langganan orangtuanya. Ibunya, yang adalah kakakku, juga tak lupa mengucapkan selamat. Ah, sebenarnya aku yang harus lebih banyak mengucapkan selamat padanya karena ia baru pulang dari mengikuti seminar internasional Psikologi di Perth, Australia, dan berhasil memukau majelis yang terhormat melalui presentasi hasil penelitiannya di kampus.
Kebahagiaanku menjadi berlipat begitu merasakan ekspresi kegembiraan Ayah yang tergambar lewat suaranya. Aku bahagia karena turut membuatnya bangga. Aku bahagia karena di waktu yang berdekatan, aku dan salah seorang inspiratorku -kakakku itu- membuatnya tersenyum haru melihat pencapaian buah hatinya.
Tulisanku dimuat di media nasional mainstream seperti Kompas memang telah menjadi salah satu impianku. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika wadah menulis seperti Kompasiana dan kini, Kompasiana Freez, semakin memudahkan langkahku untuk mencapai impianku itu. Belum terniat sebenarnya untuk menulis sesuai topik obrolan Freez, namun seminggu yang lalu, aku langsung terinspirasi begitu mengetahui topik obrolan Freez kala itu: Sahabat Digital.
Aku langsung membayangkan pertemananku yang menyenangkan dengan teman-teman kompasianer yang termasuk dekat denganku lewat obrolan di dunia maya; Rahmi Hafizah, Lia Agustina, Babeh Helmi, Ouda Saija, dan banyak lagi sahabat kompasianer lainnya. Mereka adalah sahabat-sahabat maya yang kemudian mengilhamiku untuk membuat tulisan ini. Aku memang tak menyebutkan nama secara spesifik, namun memilih untuk membahasnya sedikit dari sudut pandang Psikologi. Itu lebih dikarenakan tidak ada hal khusus yang bisa kuceritakan. Berbeda dengan teman-teman lain yang telah memiliki pengalaman luar biasa berkaitan dengan teman mayanya, persahabatanku, 'hanya' lah sebuah persahabatan sederhana yang penuh canda, namun saling menghargai dan berlandaskan kepercayaan, itupun masih sebatas maya.
Selesai mengetiknya pada Senin (26/09) malam itu, aku langsung memublikasikannya. Tak ada pikiran bahwa tulisan itu akan menjadi salah satu tulisan pilihan untuk ditayangkan di Freez minggu itu. Apalagi pada Kamis lalu Freez tidak tayang di Kompas cetak. Belakangan aku baru tahu dari admin Iskandar Zulkarnaen (Isjet) bahwa ada masalah teknis yang menyebabkan Freez batal terbit pada hari yang seharusnya. Namun untuk menjaga kontinuitas terbitnya, maka dicarilah hari lain (Sabtu, 01/10) untuk menerbitkan Freez dengan topik "Sahabat Digital". Dan tak disangka, tulisanku termasuk di dalamnya! Alhamdulillah...
Sudah menjadi kebiasaanku, jika mengalami hal-hal baru atau pencapaian-pencapaian baru untuk pertama kalinya, maka aku akan menuliskannya agar sewaktu-waktu dapat menjadi motivatorku untuk terus melajukan perahu impian. Meskipun mungkin hanya sebuah tulisan atau pencapaian sederhana, tetapi aku berusaha selalu berpegang teguh pada kalimat ini:
"Hargailah prestasimu sekecil apapun. Dengan mensyukurinya, niscaya Allah akan menambahkan nikmatNya kepadamu."
Dan aku merasakan nikmatNya yang kian waktu kian bertambah. Membuatku semakin yakin akan 'kesungguhan'Nya bahwa IA adalah Sang Maha Pendengar mimpi-mimpi hambaNya. Semoga sedikit demi sedikit pencapaian ini tak membuatku lupa untuk terus berbenah. Perjalananku masih panjang. Tapi apa yang dianugerahkanNya kepadaku hingga detik ini mampu menjadi pelecut semangatku untuk terus berkaya lewat tulisan.
Semoga...
***
>> Terima kasih untuk seluruh sahabat-sahabat kompasianer dan terima kasih khusus untuk kompasianer Nara, karena sudah menginformasikan tag khusus yang sebelumnya lupa kubuat.. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H