Aku mengenalmu. Bisu.
Di ruang-ruang kelam hitam itu
Tersesak, gejolak amarah
Terpendam, tinggal lalu di belakang
Teriak, dalam bisu
Tak kau dengarkah lantunan syahdu cintaku?
Memuncrat basahi jiwamu. Bisu
Diguyur selaksa air bah
dari pegunungan suci yang tengah kerontang
Gemuruh disisipi angin meliuk-liuk menderas
Di antara kehampaan
Bisu, tak kau dengarkah itu?
Apakah kini kau juga tuli?
Nafasku sempoyongan
Menahankan perih-perih yang menjelma serupa kutukan
Ah, Bisu...masih tak sadarkah kau?
Langit-langit mataku telah sembab bertahun-tahun
Memerah lalu menghitam, hampir buta
Jika saja ada terhunus belati
Maka aku telah menjadi bangkai
[caption id="attachment_77800" align="aligncenter" width="500" caption="(http://ngerumpi.com/baca/2010/10/04/sunyi)"][/caption]
Cintamu telah membuatku kelu
Cinta yang bernada sendu
Cinta yang menyiratkan luka-luka indah
Di setiap durinya
Benarkah ini cinta kita, Bisu?
Mengapa kau hanya membisu?
Pikirku telah senyap
Serupa sunyimu
Meraba-raba mimpi yang kian jauh menertawai
Samar cetak biru wajahmu pun kian lenyap
Dibuas samudera keruh hatiku
Tak ada lagi, Bisu
Tak ada lagi yang tersisa di bilik-bilik imaji kita
Tentang cinta yang sederhana
Berpulang sudah
Terjerembab musnah
Di akhir perjalanan
Kepada semesta aku berpasrah
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H