Hmm...indahnya kalimat itu...luluhlah segala rasa ke-aku-an yang terkadang muncul di hati dan pikiran terhadap pasangan, apalagi kalau sedang bermusuhan dalam diam...bukan begitu? Sejak beberapa bulan yang lalu, tepatnya sejak pertama kali aku mengetahui dan mulai mengenali sosok para istri yang suami-suaminya terlibat dalam kasus pembunuhan Nasruddin Zulkarnaen, direktur PT. Putra Rajawali Banjaran itu, aku begitu kagum dan salut dengan sosok para wanita yang berada di belakang para terdakwa kasus ini; Ida Laksmi yang merupakan istri Antasari Azhar dan Novarina, istri dari Williardi Wizar. Sebenarnya banyak istri-istri lain yang juga seperti mereka, yang mungkin perjuangannya untuk tetap mendukung sang suami yang sedang ditimpa cobaan tak kalah luar biasa. Tapi kali ini cukuplah mereka yang kujadikan contoh karena bagiku saat ini, mereka adalah figur istri yang begitu menginspirasi. Di tengah cobaan yang menurutku sudah sangat berat, mereka tetap bisa tegar dan berdiri tegak menghadapi apapun yang akan terjadi, tanpa terlihat menangis. Ketika suami-suami mereka dihujat, dihinakan, dipojokkan, atau mungkin difitnah dengan keji, mereka tetap tersenyum dan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan para wartawan yang mungkin penasaran dengan sikap mereka yang tetap saja terlihat anggun tanpa beban. Bahkan ketika suami-suami mereka akhirnya divonis hukuman yang begitu berat. Aku jadi berpikir, bagaimana hidup mereka bila suami yang selama ini menjadi pendamping mesti menjadi orang terhukum di penjara? Bagaimana mereka menjalani hari-hari dengan label "istri seorang pembunuh", "istri seorang laki-laki yang suka main perempuan", atau bahkan "istri seorang pengkhianat"?. Bagaimana mereka mengendalikan emosi mereka sehingga tak tampak kesedihan dan duka yang mendalam di wajah-wajah mereka? Bahkan, justru mereka lah yang menularkan semangat dan ketegaran bagi sang suami saat sang suami hampir jatuh depresi, sehingga sang suami bisa kembali bangkit dan tegar menghadapi apapun yang akan terjadi. Bagiku, mereka adalah para istri yang luar biasa. Di saat istri-istri yang lain sudah menggugat cerai suaminya ketika suaminya ketahuan selingkuh sekali, ketika suaminya ternyata seorang koruptor, ketika suaminya bangkrut dan jatuh miskin, ketika suaminya tergolek tak berdaya karena penyakit ganas yang dideritanya, ketika suaminya tampak sudah tua dan tak tampan lagi. Bahkan kata "cerai" pun harus dikoarkan sedemikian rupa, hingga semua orang di dunia pun tahu prahara rumah tangga mereka yang seharusnya tersimpan rapat dalam kotak privasi. Dimanakah keikhlasan memaafkan? Dimanakah ketulusan mencinta? Dimanakah cinta yang di awal pernikahan didengung-dengungkan sebagai cinta sejati? Cinta sehidup semati? Cinta pertama dan terakhir? Dimanakah cinta tanpa syarat itu?. Mengapa saat bias cobaan menghadang, langkah para pecinta ini langsung surut, tak ingin meneruskan lagi perjalanan yang sesungguhnya masih panjang? Mengapa saat cinta tak lagi sama seperti awal mula bercinta, langsung mencari cinta lain yang belum tentu memberikan kepuasan dan kadar cinta yang sama indahnya? Mengapa saat cinta diuji dengan badai yang bertubi-tubi, langsung menyerah kalah seperti pecundang tanpa mau berjuang mempertahankan keutuhannya? Mungkin para istri perlu mematri ini di dalam hatinya: Aku ingin memiliki jiwa pecinta yang sejati. Mencintaimu karena aku hanya ingin mencinta, tanpa harus tahu kalau kau mungkin adalah laki-laki paling tampan di seluruh dunia, laki-laki paling cerdas dan bijaksana yang kupunya, laki-laki paling kaya yang sanggup memberi apapun yang kuinginkan, laki-laki yang terhormat karena status dan kedudukanmu, atau laki-laki superhero yang bisa menaklukkan separuh dunia. Atau... Meskipun kau hanyalah laki-laki yang tidak setampan impianku, laki-laki yang tidak secerdas dan sebijaksana laki-laki lain yang kukagumi, laki-laki yang tidak selalu dapat memberi apa yang kuinginkan, laki-laki yang tidak memiliki status atau kedudukan apapun yang bisa membuatku berbangga bila berjalan di sampingmu, dan bukanlah laki-laki superhero yang bisa membuat separuh dunia tunduk hormat padamu...aku akan tetap mencintaimu... Berikut ini adalah tulisan penuh cinta dari seorang pecinta sejati yang menginspirasi munculnya ide membuat tulisan ini*. Kutuliskan kembali di sini sebagai pengingat bagi siapa saja yang sedang mencinta:
Ketika kita berada di tempat dan saat yang tepat
Itu lah kesempatan
Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik Itu bukan pilihan, itu kesempatan
Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan Itu pun adalah kesempatan
Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, bahkan dengan segala kekurangannya Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan
Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walau apapun yang terjadi Itu adalah pilihan
Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain
Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu
Dan tetap memilih untuk mencintainya Itulah pilihan
Perasaan cinta, simpatik, tertarik, datang bagai kesempatan pada kita Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan Pilihan yang kita lakukan
Berbicara tentang pasangan jiwa, Ada suatu kutipan dari film yang mungkin sangat tepat : Nasib membawa kita bersama
Tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil
Pasangan jiwa bisa benar-benar ada, dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu
Tetapi tetap berpulang padamu untuk melakukan pilihan
Apakah engkau ingin melakukan sesuatu untuk mendapatkannya Atau tidak
Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita
Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita Adalah pilihan yang harus kita lakukan
Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI
Untuk belajar...
Mencintai seseorang yang tak sempurna dengan cara yang sempurna
Notes:
* Indrawijaya Adil Rangkuti, seorang sepupu yang sedang melanjutkan hidup di Washington DC, USA. Terima kasih atas tulisannya yang penuh inspirasi... :-) >> Tulisan ini bukan hanya untuk para istri, tapi juga untuk para suami yang dianugrahkan istri yang tidak sempurna untuk dicintai dengan cara yang sempurna. >> Tulisan ini juga terinspirasi oleh postingan-postingan penuh cinta dari para kompasianer: LH, Ouda Saija, Mariska Lubis, Markus Budiraharjo dan Yoesoef Fayni.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H