[caption id="attachment_347728" align="aligncenter" width="448" caption="Foto dipinjam dari page "][/caption]
TAK banyak rasanya buku-buku bergenre motivasi agar sukses memperoleh beasiswa dan menempuh pendidikan di luar negeri. Atau bahkan belum ada, ya? Biasanya saya hanya mengetahui cerita sukses meraih beasiswa atau kuliah di luar negeri dari postingan di media online atau menonton program televisi. Cerita lengkapnya biasanya sudah berbentuk novel, yang sudah dimulai dan makin menjamur sejak era Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata dan Negeri 5 Menara-nya Ahmad Fuadi.
Setiap habis membaca atau menonton acara televisi tersebut, selalu terbetik pertanyaan di dalam hati, "Mengapa kisah meraih beasiswa dan sukses menempuh studi di luar negeri selalu menarik?" Ini di luar konteks tentang betapa sempat tergila-gilanya saya pada kisah Andrea Hirata dan semacamnya. Atau kekaguman yang muncul seiring rasa iri yang timbul ketika teman-teman SMU atau kuliah saya melanjutkan pendidikannya di kampus-kampus keren di Singapura, Jepang, Taiwan, benua Eropa, Australia atau Amerika sana. Rasanya seperti mendengar cerita dongeng dari negeri-negeri yang jauh, yang hampir mustahil untuk dialami sendiri. Apalagi bila menempuhnya melalui beasiswa, di mana image pelajar yang cerdas, tekun dan gigih selalu melekat bagi siapa saja peraihnya. Mentereng memang.
Karenanya, melanjutkan pendidikan ke luar negeri lewat beasiswa sempat jadi impian. Tapi prosesnya belumlah diseriusi. Memacakkan impian untuk bersekolah di luar negeri masih sebatas keinginan, belum jadi kemauan yang berbuah tekad dan usaha. Banyak faktor yang menjadi alasannya. Bahasa Inggris masih pas-pasan, motivasi belajar yang naik turun, dan status yang sudah berkeluarga. Tapi begitu membaca buku ini, semua alasan itu langsung terpatahkan dan impian itu tiba-tiba kembali terpantik.
***
Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura, judulnya. Berisi kompilasi kisah-kisah peraih beasiswa untuk melanjutkan studi ke Jepang, khususnya ke Osaka University. Buku yang diterbitkan atas gagasan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Osaka-Nara, yang dikoordinatori seorang mahasiswa doktoral bidang engineering science di Osaka University, Gagus Ketut Sunnardianto. Kisah Gagus sendiri tertuang di lembar kisah pertama buku ini, yang berjudul "Kekuatan DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal)". Tentang betapa impian, semangat, kerja keras dan doa menjadi kekuatannya untuk meraih cita-cita melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Gagus, yang berasal dari sebuah desa di perbatasan Nganjuk-Kediri, hanyalah seorang anak penjual jamu tradisional yang hidup serba pas-pasan. Namun ia tak menyerah begitu saja pada nasib. Semangatnya untuk bisa kuliah diwujudkan dengan usaha gigih yang tak pernah surut. Setelah melalui berbagai rintangan, terutama kendala biaya, akhirnya ia dapat melanjutkan studinya di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).Sambil menempuh kuliah S1 di Unesa, ia juga mengajar les privat yang penghasilannya untuk menyambung hidup. Motivasinya yang kuat untuk bersekolah agar dapat menaikkan derajat sosial ekonomi keluarga, berbuah manis. Ia dapat menyelesaikan kuliah S1 lebih cepat dari waktu yang ditentukan dengan predikat lulusan terbaik.
Mimpinya tak sampai di situ. Lepas S1, ia mengikuti seleksi beasiswa pertukaran pelajar JASSO (Japan Student Service Organization) selama setahun di Osaka University, dengan niat ingin kuliah sambil membantu orangtua dengan menyisihkan sebagian dana beasiswa yang diperolehnya. Pada saat itu, ia sudah berada di Jakarta untuk belajar dan bekerja di suatu lembaga riset. Semangat dan dukungan dari supervisor risetnya agar ia melanjutkan kuliah ke jenjang S2 sempat membuatnya ragu dan pesimistis, karena lagi-lagi terkendala masalah biaya. Namun berbekal tekad dan sikap pantang menyerah, ia akhirnya bisa melanjutkan kuliah S2 berbekal tabungan dari dana beasiswa JASSO yang diperolehnya.
Melanjutkan studi berarti membutuhkan biaya lebih besar untuk sekadar mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan keperluan kuliah. Saat melanjutkan studi S2 di UI, ia sempat jatuh sakit dan hampir menyerah karena merasa tak kuat untuk tetap belajar dan bekerja keras sementara masih terus dihantui masalah finansial. Syukurlah ia memiliki teman-teman yang baik hati, yang segera membantunya dan menumbuhkan lagi semangatnya. Setelah sembuh, ia pun bangkit kembali mengejar mimpi. Ia terus bertahan dan berdoa, hingga akhirnya ia mampu menyelesaikan kuliah S2-nya hanya dalam waktu 1 tahun.
[caption id="attachment_347732" align="aligncenter" width="560" caption="dok. AFR"]
Semangatnya untuk menuntut ilmu terus tumbuh dan tumbuh. Selagi masih kuliah S2, ia mendaftar beasiswa Monbukagakusho dari pemerintah Jepang untuk melanjutkan studi di Osaka University. Ia memilih program 5 tahun (S2 dan S3). Lewat jalur ini, ia pun berhasil lulus seleksi dan berangkat kembali ke Jepang untuk yang kedua kalinya. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan doktoral yang tinggal beberapa tahun lagi. Baginya, pengalamannya berjuang untuk sekolah sampai ke jenjang yang tertinggi merupakan pengalaman yang tak lepas dari campur tangan Tuhan. Ia yakin, kolaborasi maksimal antara doa, usaha, ikhtiar dan tawakal akan membuahkan hasil yang manis. Karenanya ia semakin meyakini kalau tak ada hal yang mustahil selagi kita mau berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Kisah Gagus sebagai pembuka memang pas. Pembaca diajak masuk ke kehidupannya sebagai penuntut ilmu yang gigih dan optimis, tak mau dikalahkan keadaan. Pada lembar-lembar selanjutnya, pembaca akan menemui kisah-kisah yang unik dan berbeda dari 19 peraih beasiswa JASSOdan Monbukagakusho lainnya. Kisah-kisah yang personal, unik, menarik, dengan beragam latar belakang dan usia. Mereka seluruhnya disatukan dalam benang merah perjuangan untuk meraih beasiswa dan kegigihan untuk mengatasi berbagai rintangan yang dialami selama belajar di negeri Sakura. Kata-kata yang tertulis di dalam setiap kisah terasa begitu spontan, natural serta bertabur hikmah dan inspirasi.
Karena buku ini adalah kompilasi, maka penyampaiannya menggunakan gaya bahasa masing-masing penulis. Membaca setiap kisah adalah membaca kisah perjuangan baru dari mula sampai akhir. Mungkin karena ingin tetap mempertahankan gaya bahasa masing-masing penulis, tampaknya kompilator dan editor naskah kurang memperhatikan kesalahan eja dan tata cara penulisan yang baku. Pada beberapa kisah, hal ini tampak cukup mengganggu kenikmatan membaca.
Diharapkan untuk pencetakan selanjutnya jika buku ini mengalami cetak ulang, desain layout bagian dalamnya perlu diperhatikan agar terlihat lebih menarik dan nyaman dibaca. Foto dan data pribadi di akhir naskah masing-masing penulis juga tidak lengkap dan berformat tak seragam. Akan lebih menarik lagi jika ditampilkan beberapa halaman berwarna yang berisi foto-foto suasana kampus Osaka University, sebagai kampus yang menjadi latar belakang kisah-kisah di dalamnya. Intinya, tampilan fisik yang lebih menarik serta isi yang lebih tertata tentu akan lebih berkesan dan menggugah semangat pembacanya. Tentu ini nantinya diharapkan akan berbanding lurus dengan angka penjualan buku yang semakin meningkat, di mana setiap penjualan buku ini diniatkan akan didonasikan untuk pendidikan siswa kurang mampu melalui beasiswa PPI Osaka-Nara. Sungguh sebuah niat mulia yang patut didukung semua pihak.
Lepas dari itu semua, tak bisa dimungkiri, membaca ini sungguh memantik semangat untuk mencari ilmu sampai negeri yang jauh. Belajar di luar negeri tak lagi terlihat sebagai suatu hal yang eksklusif, hanya bisa dicapai oleh kalangan berduit dan berotak super encer. Siapa saja punya kesempatan yang sama, asalkan memiliki modal tekad, semangat, dan sikap pantang menyerah yang tak surut. Pada akhirnya, orang-orang yang terpilih untuk meraih beasiswa adalah orang-orang yang terus memupuk semangat dan keyakinan serta merawat harapan hingga suatu saat benar-benar bisa mencapainya.
***
[caption id="attachment_347735" align="aligncenter" width="560" caption="Saya bersama Pak Rahmad Agus Koto dan Mas Nurul di acara Kompasiana Nangkring-Tanoto Foundation di Medan (dok. AFR)"]
Saya bersyukur dan berterima kasih ketika Kang Pepih Nugraha menghadiahkan buku ini ke saya dan dua orang teman kompasianer Medan lainnya; Pak Rahmad Agus Koto dan Pak Gunawan, yang dititipkan melalui Mas Nurulloh pada acara Kompasiana Nangkring di Medan, pada 19 Juli 2014 lalu. Ini sebuah buku yang tiba-tiba memantik semangat saya untuk kembali ke dunia para pencari ilmu, suatu hari nanti. Semoga saja..
***
Keterangan Buku:
Judul : Menghidupkan Mimpi ke Negeri Sakura, Antologi Kisah Inspiratif Sukses Kuliah di Jepang
Penulis : Gagus Ketut Sunnardianto, dkk (PPI Osaka-Nara)
Penerbit : Pena Nusantara
Cetakan, Tahun : I, 2014
Tebal : x + 206 halaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H