Nama: Annisa Destie Nurjanah
Kelas: IK2B
Prodi: Ilmu Komunikasi
Asal Instansi: Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia
BANDUNG, KOMPASIANA.COM - Kue balok abah dedod merupakan salah satu angkringan yang menyuguhkan kudapan ringan yang cocok disantap sambil berbincang bersama teman atau kerabat. Angkringan yang didirikan oleh bapak Imung ini terletak di Jl. Sukamenak, Kec Margahayu, Kota Bandung, Jawa Barat. Dan sudah berdiri sejak maret 2013 hingga sekarang, Letaknya yang strategis karena berada di tepi jalan menjadi salah satu alasan mengapa angkringan ini masih bertahan dengan kurun waktu yang cukup lama.
Nama "abah dedod" sangat unik, banyak orang yang mengira bahwa nama tersebut berasal dari orang tua beliau. Karena sebutan kata "abah" bagi orang sunda ditunjukkan untuk orang yang lebih tua. Namun nyatanya pak Imung terinsipirasi oleh cara jalan sang anak sewaktu kecil yang sering disebut "ngadedod" (membuat suara) mirip seperti jalan bebek. Dari situlah beliau mengambil kata "dedod" untuk menamai bisnisnya.
Dikutip dari food.detik.com "Kue balok sudah ada sejak masa kolonial Belanda tahun 1950-an sebagai kudapan orang-orang Belanda. Dan lambat laun menjadi menu sarapan warga Bandung." Hingga saat ini Kue balok masih digemari oleh banyak orang, teksturnya yang padat cukup membuat kenyang saat menyantapnya. Kue balok memang cocok disajikan kapanpun dan dapat disantap oleh berbagai macam kalangan. Ditambah di zaman sekarang kue balok seperti di modifikasi, lebih banyak varian rasa dan berbagai macam topping yang ditambahkan. Seperti di angkringan kue balok "abah dedod" ini tersedia berbagai macam varian kue balok dan ada juga kue balok yang terbuat dari adonan brownies yang tentunya digemari oleh anak-anak sampai orang dewasa.
Butuh 1 tahun bagi pak Imung untuk memantapkan hatinya menjalani usaha di bidang kuliner. Beliau melakukan observasi dan mencari tahu usaha kuliner apa yang tidak akan mati karena zaman. Setelah mencicipi berbagai macam kue balok, akhirnya beliau mencoba untuk membuat resep dan membagikannya terlebih dahulu pada tetangganya.
"Waktu tahun 2011-2012 kue balok sempet kekinian di Bandung, karena itu saya kepikiran buat buka usaha ini sambil melestarikan kuliner dari sunda. 2013 saya udah ngerasain kue balok di seluruh Bandung, akhirnya saya nyoba buat bikin resep sendiri. Tapi ga langsung buka bisnis, saya bagiin ke tetangga dulu buat tester." Ucap pak Imung, hari Sabtu (29/04/2023) Malam.
Sudah 10 tahun kue balok "abah dedod" ini berdiri, mustahil jika tidak pernah meredup. Pada tahun 2016 bisnis ini sempat meredup karena adanya kesalahan SOP (Standar Operasional Prosedur) dari pegawai. Akhirnya beliau dan istrinya turun tangan dan terjun langsung ke lapangan melayani para pelanggan. Terbukti dengan cara tersebut banyak pelanggan yang kembali dan lebih banyak pelanggan dari luar Bandung yang datang ke angkringan ini. Menurut beliau selain ikhtiar, komunikasi antar penjual dan pelanggan juga tidak kalah penting.
"Buat hasil kan udah ada yang nentuin, yang penting bagaimana kedekatan kita dengan pelanggan. Ga semua orang yang kesini cuma mau makan aja ada juga yang mau silaturahmi, makanya banyak yang dateng kesini bilang lebih ramah pas dilayani sama saya, komunikasi karyawan kurang baik. Karena menurut saya yang terpenting itu manner buat customer dan tentu ikhtiar." Ucapnya
Selain memiliki usaha kue balok, pak Imung melebarkan sayapnya lagi di dunia kuliner. Karena beliau paham betul akan dunia bisnis yang kadang naik dan turun, beliau menjalani frenchise kuliner lain yaitu crepes yang terletak di Taman Kopo Indah dan Rancamanyar, juga frenchise jajanan kentang yang terletak di Taman Kopo Indah dan di dekat UPI Cibiru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H