Mohon tunggu...
Annisa Yuliani
Annisa Yuliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi BSA STIABI Riyadlul'Ulum

Be Better Than Never

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Perkembangan Filsafat Bahasa

2 Juni 2022   14:40 Diperbarui: 2 Juni 2022   14:47 5567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat telah menjadi sebuah ilmu sebagai dasar pemikiran yang mendapat perhatian sangat dalam, karena filsafat memberikan dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan.  Faktor-faktor tentang perkembangan ilmu filsafat ini tentu memberikan pengaruh atau kontribusi yang signifikan kepada berbagai bidang ilmu lainnya termasuk filsafat bahasa.

Filsafat bahasa sebagai salah satu cabang filsafat yang memang mulai dikenal dan berkembang pada abad XX ketika para filsuf mulai sadar bahwa terdapat banyak masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat baru dapat dijelaskan melalui analisis bahasa seperti dikatakan (Davis, 1976) dalam (Kaelan, 1998: 5) bahwa bahasa merupakan sarana yang vital dalam filsafat.

Dalam buku Filsafat Bahasa, Aneka Masalah dan Upaya Pemecahannya karya Mustansyir (1998) disebutkan bahwa filsafat bahasa adalah suatu upaya penyelidikan yang mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dengan yang tidak (meaningless).

Dalam perkembangannya, filsafat bahasa berkembang melalui beberapa zaman yaitu diawali dari Zaman Yunani Kuno, Zaman Pertengahan, dan Zaman Modern.

1. Zaman Yunani Kuno

Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang ada dipikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan dan oleh karena itu, periode  perkembangan filsafat Yunani merupakan pintu awal untuk memasuki peradaban baru umat manusia, inilah titik awal manusia menggunakan rasio berpikir untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya (Maisztre, 2014). Periode Ini dimulai oleh Socrates (470-400 SM), ia mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita.

  1. Pada masa Pra-Socrates

Muncul pendapat yang memperdebatkan bahasa itu bersifat konvensional (nomos) atau alamiah (fisei). Fisei menyatakan bahwa bahasa bersifat alamiah yang artinya mempunyai asal usul atau tidak dapat ditolak keberadaannya untuk mencapai makna secara alamiah. Sedangkan nomos menyatakan bahwa bahasa bersifat konfeksi yang artinya makna bahasa diperoleh melalui tradisi -- tradisi yang dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

  1. Plato

Plato adalah seorang filsuf dari Athena. Dalam menuangkan karya-karya filosofisnya diwujudkan melalui bentuk dialog. Ia memunculkan suatu doktrin yang disebut 'onomatopeia' (Cassirer, 1987:171). Filsafat Plato inilah yang mampu menjembatani jurang antara nama-nama dengan benda-benda. Lebih lanjut Plato mengemukakan pemikiran filosofisnya tentang bahasa dalam dialog Cratylus, bahwa bahasa pada hakikatnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan 'ono mata' dan 'rhemata' yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam aru udara mulut. Pengertian 'onomata' jamaknya 'onoma' dapat berarti nama(dalam bahasa sehari-hari). 'Rhemata' jamaknya 'rhema' dapat berarti frase atau ucapan dalam bahasa sehari-hari

  1. Aritoteles

Teori yang dimunculkan oleh Aristoteles adalah 'hilemorfisme' yang berasal dari bahasa Yunani 'hyle' dan 'morphe' yang secara harfiah disebut 'teori bentuk dan materi'. 

  1. Mazhab Stoa

Mazhab Stoa didirikan oleh Zeno dari Kriton sekitar menjelang abad keempat SM. Sumbangan pemikiran kaum tersebut terhadap filsafat bahasa cukup besar terutama dalam menentukan prinsip-prinsip analisisnya secara sistematis. Pertama, kaum Stoa telah membedakan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatika. Kedua, mereka telah menciptakan beberapa istilah teknis khusus untuk berbicara tentang bahasa. Ketiga, kedua kemajuan tersebut ada hubungannya dengan perbedaan kaum Stoa dan logika Peripatetik dari penganut Aristoteles. Langkah pertama kaum Stoa untuk mendeskripsikan tentang hakikat bahasa terutama tentang makna dengan membedakan tiga aspek utama bahasa: (1) tanda atau simbol, sign yang disebut semainon, dan ini adalah bunyi atau materi bahasa. (2) Makna yang diistilahkan semainomenon, atau lekton. (3) Hal-hal eksternal yang disebut benda atau situasi yang diistilahkan dengan to pragma atau to tungchanon.

2. Abad Pertengahan (5 M-17 M) (Patristik & Skolastik)

Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen, yang berarti, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama (Maisztre, 2014). Dalam abad pertengahan ada dua periode yang terkenal yaitu Patristik (100-700 M) dan Skolastik (800-1500 M) (El-hady, 2011).

Pratistik berasal dari kata latin prates yang berarti Bapa-Bapa Gereja yang ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Pada masa ini terjadi pertentangan antara gereja yang diwakili oleh pastur dan para raja yang pro dengan para ulama filsafat; Pada masa ini filsafat mengalami kemunduran, para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat seolah-olah mati (Maisztre, 2014). Sehingga dapat digambarkan bahwa ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas gereja, gereja dan para raja lah yang berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.

Salah seorang yang berfikir kritis pada periode ini adalah Wiliam dari Ockham (1285-1349 M), anggota ordo Fransiskan ini mempertajam dan menghangatkan kembali persoalan mengenai nominalisme yang dulu pernah didiskusikan (Rohman, 2012). Selanjutnya, pada akhir periode ini, muncul seorang pemikir dari daerah yang sekarang masuk wilayah Jerman, Nicolaus Cusanus (1401-1464 M), ia menampilkan "pengetahuan mengenai ketidaktahuan" seperti Sokrates dalam pemikiran kritisnya: "Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat ku ketahui bukanlah Tuhan"; Pemikir yang memiliki minat besar pada kebudayaan Yunani-Romawi Kuno ini adalah orang yang mengatur kita memasuki zaman baru, yakni zaman Modern, yakni zaman Modern yang diawali oleh zaman Renaissance (kelahiran kembali) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa mulai abad ke-16 (Rohman, 2012). Dari sini dapat kita ketahui bahwa tahun 1200 M, filsafat berkembang kembali berkat pengaruh filsafat Arab yang diteruskan ke Eropa.

3. Zaman Modern

Filsafat modern lahir melalui proses panjang yang berkesinambungan, dimulai dengan munculnya abad Renaissance. Istilah ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti kelahiran kembali, karena itu, disebut juga dengan zaman pencerahan (Aufklarung) yang mengandung arti "munculnya kesadaran baru manusia" terhadap dirinya (yang selama ini dikungkung oleh gereja) (Rohman, 2012).  Disini Manusia menyadari bahwa dialah yang menjadi pusat dunianya bukan lagi sebagai obyek dunianya.

Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan dunia modern karena pada periode ini banyak penemuan manusia di dunia sehingga zaman ini juga disebut sebagai zaman Humanisme. Filsafat modern menampakkan karakteristiknya dengan lahirnya aneka aliran-aliran besar filsafat, yang diawali oleh Rasionalisme dan Empirisme serta Kriticisme.

Selain ketiga aliran tersebut, juga ada aliran-aliran besar lainnya yang ikut  berperan mengisi lembaran filsafat modern, yaitu aliran idealisme (idea), materialisme (materi), positivisme (positif), fenomenologi (fenomena), eksistensialisme (eksis/ada) dan pragmatisme (tindakan, perbuatan, dan manfaat) (Maisztre, 2014). Pada saat aliran Pragmatisme, muncullah kembali filsafat analitik atau disebut juga filsafat ilmu bahasa karena filsafat ini membahas mengenai analisis bahasa dan analisis konsep-konsep dan tokoh yang paling mempopulerkan aliran ini adalah Ludwig Josef Johan Wittgenstein (1889-1951 M), filsafat analitik ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950 M (Himai, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Edi Sumanto, Hubungan Filsafat dengan bahasa, El afkar Vol.6 Nomor 1.Januari-Juni 2017

Dunia pelajar, Kajian Filsafat Tentang Bahasa Zaman Yunani, https://www.duniapelajar.com/contact-u/ diakses pada tanggal 29 Mei 2022

Sampascauho2015, Filsafat Ilmu Bahasa, https://sampascauho2015.wordpress.com/2016/10/09/filsafat-ilmu-bahasa-sejarah-filsafat diakses pada tanggal 29 Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun