Ritual ini dilakukan dengan cara melakukan ziarah ke makam para leluhur. Ada lima tempat yang menjadi area pemakaman, diantaranya seperti Kompleks Pemakaman Jagakerti, Cibatur, Caruy, Karamat, dan Pengkeur Masjid. Semua tempat yang dijadikan area itu mempunyai sejarahnya masing-masing. Ritual ini merupakan ritual dalam bentuk religio-tradisional upacara penyambutan waktu tanam.Â
Praktek-praktek ritual ini ternyata ditemukan tidak hanya di lakukan oleh masyarakat Sunda saja, melainkan ritual ini juga telah menjadi praktek di banyak Masyarakat Jawa yang agraris. Praktek ini juga dilakukan di banyak tempat, dengan cara membaca doa tahlil dan juga membagi-bagikan nasi bungkus.
 Ritual ini di lakukan sebagai wujud ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kembalinya waktu tanam dan musim hujan, dan berharap mereka akan mencapai kemakmuran, kesejahteraan, kesuburan, dan berkah kemakmuran.Â
Adapun pelaksanaan ritual ini dilakukan oleh kalangan orang Sunda Leuwimunding sendiri pada saat pertengahan bulan, di lakukan pada pagi hari, tepatnya pukul 07.00 dan berakhir satu jam kemudian.Â
Orang yang melakukan ritual ini juga biasanya adalah keluarga yang di tinggalkan, dan di makamkan di Jagakerti, juga para pejabat desa khususnya cap gawe, dan juga penduduk pada umumnya.Â
Beberapa dokumentasi disaat penulis melakukan survei terhadap ritual ini,
Prosesi makaman diatas yang di ikuti oleh seluruh warga, mereka memulai dengan membersihkan area sekitar makam dan juga mengecat batu nisan dengan warna putih, tujuannya agar terlihat bersih dan rapi.
Kegiatan di atas dilakukan pada malam hari, yaitu acara tahlil atau doa bersama oleh ketua RT dan juga di pimpin oleh kyai yang sudah dipilih, tujuan doanya untuk para leluhur.