Mohon tunggu...
Annisa Fitri Ani
Annisa Fitri Ani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sisi Lain Tembakau sebagai Anti Lintah

22 September 2022   22:29 Diperbarui: 22 September 2022   22:35 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Lintah masuk dalam kelompok cacing beruas berbentuk pipih serta memiliki alat penghisap darah di ujung kepala dan ujung ekornya. Lintah sering ditemukan hidup di habitat darat yang biaa disebut pacet dan dapat hidup di wilayah perairan baik air tawar maupun air laut. Sebagian besar spesies lintah mencari mangsanya dengan mendeteksi darah menggunakan kemoreseptor dan sebagian yang lain dengan merasakan getaran air.

Lintah merupakan jenis hama yang sangat merugikan karena dapat menganggu pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi pertumbuhan hidup ikan. Lintah termasuk parasite hemafrodit penghisap darah yang menempel pada inang dan menyebabkan darah keluar melalui gigitan. Ketika lintah mulai mengigit, zat koagulan hirudin akan disekresi dan dapat mencegah terjadinya pembekuan darah serta koagulasi. Pada manusia, lintah dapat menyebabkan anemia dan pendarahan. Selain itu, lintah juga dapat menyebabkan ophthalamorrhagia (pendarahan retina), nyeri, gatal, hipersensitivitas, dan reaksi anafilaksis. Lintah dapat menularkan bakteri, virus, parasite, dan beberapa penyakit mematikan seperti AIDS, hepatitis B, dan toxoplasmosis.

Untuk mengendalikan hama lintah, biasanya digunakan bahan kimia yang telah umum digunakan. Namun, bahan kimia yang umum digunakan tersebut dapat memberikan efek residu lebih lama pada lingkungan dan juga dapat memberikan efek samping biologi pada hewan maupun organisme lainnya. Oleh karena itu, diperlukan bahan kimia lain yang efektif untuk menanggulangi hama serta aman bagi lingkungan.

Tembakau sebagai tanaman yang telah umum dibudidayakan serta keberadaannya yang melimpah merupakan salah satu alternatif pilihan. Tembakau memiliki kandungan nikotin yang merupakan senyawa organic bernitrogen. Nikotin juga merupakan racun yang dapat mempengaruhi sistem syaraf dan biasa digunakan sebagai insektisida. Dalam jumlah banyak, nikotin dapat menyebabkan non-polarisasi reseptor asetilkolin nikotinat yang merupakan salah satu alasan toksisitas nikotin sehingga dapat digunakan sebagai insektisida.

Berdasarkan studi penelitian, tembakau dikatakan dapat membantu melepaskan dan mencegah lintah untuk menempel. Kandungan nikotin pada tembakau yang merupakan neurotoxin sangat ampuh sebagai insektisida untuk menghilangkan hama dan dapat digunakan untuk melepaskan gigitan lintah. Nikotin yang telah diekstrak dari tembakau akan memberikan efek bius kepada lintah sehingga akan sulit baginya untuk menghisap darah di kulit manusia.

Studi penelitian yang lain juga menjelaskan bahwa kandungan racun tinggi yang ada pada daun tembakau bahkan dapat membunuh dan mencegah hama termasuk kategori molusca.  Ekstrak methanol tembakau terbukti dapat menbunuh lintah dalam kurun waktu 17 menit dan lebih cepat dibandingkan dengan bahan kimia lainnya.

Jika dibandingkan dengan ammonium klorida, kandungan LC50 atau bahan mematikan pada ekstrak tembakau lebih rendah secara signifikan. Bahan kimia lain yang sering digunakan sebagai algisida, parastisida, dan moluskisida adalah tembaga sulfat. Namun, tembaga sulfat ini dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan, mengandung racun yang dapat mematikan ikan, serta menyebabkan hilangnya elektrolit pada air. Tembaga sulfat juga bersifat korosif terhadap wadah logam dan memiliki efek samping yang buruk bagi lingkungan sehingga aplikasi tembaga sulfat sebagai media untuk mengendalikan populasi lintah tidak dianjurkan.

Media insektisida menggunakan tembakau dapat dibuat dengan cara perendaman dengan penambahan alcohol 5% atau dengan cara perebusan. Metode pembuatan lainnya yaitu dengan mengekstrak atau membuat bubuk pada bagian daun atau batang tembakau kemudian dilarutkan dengan konsentrasi tertentu. Pengaplikasiannya yaitu dengan menyemprotkan cairan yang telah mengandung nikotin pada tanaman atau pada lintah yang menempel pada kulit.

Tembakau memiliki aktivitas antipestisida dan efektif dalam mengendalikan populasi lintah. Selain itu, tembakau juga bersifat biodegradable dan dapat digunakan sebagai pupuk organic di kolam ikan. Toksitas nikotin yang tinggi pada tembakau akan terdegradasi dalam waktu 73 jam dan dalam kurun waktu tersebut keadaan lingkungan akan menjadi normal kembali sehingga penggunaan tembakau sebagai metode pengendalian hama terutama lintah dinilai efektif dan lebih aman untuk lingkungan.

Referensi:

Bahmani, M., Farkhondeh, T. & Sadighara, P., 2012. The anti-parasitic effects of Nicotina tabacum on leeches. Comp Clin Pathol, Volume 21, p. 357--359.

Bahmani, M., Karamat, S. A., Banihabib, E. & Saki, K., 2014. Comparison of effect of nicotine and levamisole and ivermectin on mortality of leech. Asian Pacific Journal of Tropical Disease, 4(1), pp. S477-S480.

Ogello, Erick & Kembenya, Elijah & Obiero, Kevin & Munguti, Jonathan. (2016). Effects of Nicotina tobacum (Linnaeus) on the survival and behavioral response of the freshwater leeches, Hirudinaria sp.. International Journal of Aquatic Science. 7. 19-24.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun