Mohon tunggu...
ANNISA AWALLIA RAHMAWATI
ANNISA AWALLIA RAHMAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

looking right cause u never left

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Pekerja Terancam PHK! Mampukah AI Menggeser Peran Tenaga Kerja Manusia?

7 Juli 2023   07:07 Diperbarui: 7 Juli 2023   07:13 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Digitalisasi telah mengubah secara signifikan cara kita berkomunikasi, berbelanja, dan bekerja. Dulu, untuk berkomunikasi dengan sanak saudara yang jauh, kita mengirim surat dan menunggu berhari-hari untuk mendapatkan balasan. Namun, sekarang dengan telepon genggam dan koneksi internet, kita bisa berkomunikasi dengan mudah melalui pesan teks atau video call. Cara berbelanja pun telah berubah, dulu kita harus mengunjungi toko secara langsung, tetapi sekarang dengan aplikasi belanja online, kita bisa membeli barang dari rumah dan menghemat waktu. Di tempat kerja, digitalisasi telah memberikan fleksibilitas baru dengan sistem WFH dan video conference, yang memungkinkan kita bekerja dari mana saja dan meningkatkan efisiensi waktu. Perubahan ini membuka kemungkinan baru dan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita sehari-hari.

Namun, disamping dari manfaat yang kita rasakan tersebut, era yang serba digital ini memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk meminimalisir tenaga kerja dengan menggantikan pekerjaan manusia menggunakan robot atau sistem komputer. Perusahaan juga akan memberhentikan tenaga kerja yang dirasa kurang terampil yang berakibat para tenaga kerja akan kehilangan mata pencahariannya. Dilansir dari CNBC Indonesia pada bulan Maret 2023 yang mengatakan bahwa tren PHK sudah banyak digandrungi oleh perusahaan dunia, termasuk Indonesia. Sebagai contoh Alphabet harus membuka tahun 2023 ini dengan melepaskan 12 ribu pegawai atau 6% dari jumlah seluruh pegawainya, OLX Indonesia juga sempat dikabarkan melakukan PHK pada ratusan karyawan, Ericsson mengumumkan melakukan PHK pada 8.500 karyaan di seluruh dunia dan lain-lain. Tren PHK ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan ketidakstabilan dan ketidakpastian pekerjaan bagi individu yang terdampak. Akibat dari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini juga akan mempengaruhi kehidupan ekonomi dan sosial tenaga kerja dan keluarganya.

Keputusan perusahaan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap tenaga kerja tentu tidak diambil secara sembarangan. Perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan pertimbangan yang matang sebelum menerapkan PHK, mengingat dampak negatif yang dapat timbul baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. PHK dapat membawa konsekuensi finansial bagi perusahaan, seperti pembayaran pesangon kepada tenaga kerja yang diberhentikan dan biaya lain yang terkait. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan dengan serius dampak keuangan yang mungkin timbul akibat keputusan tersebut. Selain dampak finansial, PHK juga berpotensi menimbulkan masalah sosial seperti peningkatan tingkat pengangguran. Dalam situasi di mana banyak pekerja kehilangan mata pencaharian sehingga timbul risiko lain seperti penambahan tingkat kejahatan dan ketidakstabilan sosial. Hal ini menjadi perhatian penting yang perlu diperhitungkan oleh perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan PHK.

Masuk kepada bagian dari pengaruh digitalisasi dilansir dari CNBC Indonesia Data dari The McKinsey Global Institute memprediksi ada sekitar 70% perusahaan di dunia yang akan mengadopsi teknologi AI untuk menunjang kebutuhannya di tahun yang sama. Salah satu perusahaan yang sudah mengadopsi AI ke dalam inovasi teknologinya adalah Glance. Perusahaan software yang berdiri pertama kali di India ini berfokus pada penyampaian konten yang dapat dipersonalisasi melalui lockscreen smartphone pengguna. Co-Founder InMobi Group serta President & COO Glance Piyush Shah mengatakan penggunaan dan pemanfaatan AI dalam sistem software bisa digunakan dalam berbagai kebutuhan. Dia mencontohkan pada teknologi AI milik Glance bisa digunakan kebutuhan penemuan konten, namun juga untuk memberdayakan para penggunanya.

Kecerdasan Artificial Intelligence (AI) ini diakui sebagai terobosan yang revolusioner dan mengubah dunia. Dilansir dari Linkedin Opini-opini yang menyebutkan bahaya AI juga sudah sering kita dengar. Dalam sebuah wawancara, Stephen Hawking pernah berkata “Pengembangan kecerdasan buatan bisa berarti akhir dari umat manusia.” Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk, juga menyampaikan pendapat senada di konferensi teknologi SXSW. “AI membuatku sangat takut. Teknologi ini mampu melakukan lebih dari yang diketahui hampir semua orang, dan tingkat peningkatannya eksponensial,” ujarnya. Lalu dalam artikel ini juga disebutkan beberapa dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh AI seperti: 1. AI menggantikan peran tenaga kerja manusia, 2. Manipulasi sosial melalui Algoritma, potensi penyalahgunaan AI mencantumkan manipulasi sosial sebagai salah satu bahaya utama kecerdasan buatan  3. Adanya masalah privasi dan keamanan, 4. Potensi krisis ekonomi, dan 5. Regulasi terkait kekayaan intelektual. Meski perkembangan AI tidak lepas dari berbagai dampak negatif, bagaimanapun penggunaannya memang terbukti banyak membantu kehidupan kita di berbagai bidang. Kecerdasannya pun akan terus berkembang pesat melebihi apa yang telah kita saksikan sekarang. 

Memang sebagai mahasiswa saya pun mengakui bahwa tidak bisa dipungkiri dengan terus berkembangnya teknologi pada akhirnya akan membuat perusahaan meminimalisir tenaga kerjanya. Oleh karena semakin berkembangkan teknologi saat ini yang langkah yang diperlukan oleh individu adalah dengan terus mengembangkan skill dan keterampilan agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki, mau beradaptasi dengan perubahan, terus belajar dan mengikuti perkembangan teknologi, manfaatkan teknologi buatan sebagai alat bantu bukan pesaing. Karena secerdas apapun teknologi buatan tidak akan mampu mengalahkan kecerdasan manusia. Kecerdasan manusia memiliki kemampuan unik, seperti kreativitas, pemecahan masalah kompleks, empati, dan penilaian etis, yang sulit untuk direplikasi sepenuhnya oleh teknologi. Oleh karena itu, individu harus memanfaatkan kecerdasan mereka dengan bijaksana, sambil memahami bahwa teknologi buatan tidak akan dapat menggantikan sepenuhnya peran dan kontribusi manusia. 

Bagaimana menurut kalian? Apakah Artificial Intellegent (AI) mampu menggeser peran tenaga kerja manusia?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun