Teori perkembangan tentang moralitas anak-anak dan remaja sudah ada hampir 100 tahun yang lalu, dengan buku klasik Piaget tentang penilaian moral anak-anak diterbitkan pada tahun 1932(Eisner et al., n.d.). Dalam hal ini Piaget menggambarkan sebuah perkembangan moral kognitif sebagai proses yang melibatkan konstuksi aktif pengetahuan moral serta penalaran yang semakin otonom dalam norma-norma keadilan. Dalam penelitian tentang hubungan antara dimensi perkembangan moral anak seperti kognisi moral, emosi moral, serta motivasi moral. Secara konseptual, hal ini tidak mengherankan karena perkembangan moral menyangkut domain yang sama dengan agresi, yang menimbulkan bahaya, memperthankan atau melanggar norma-norma keadilan, dan tidak menunjukkan kepedulian.Â
Kekerasan tidak jauh berbeda dengan agresi, Dimana kekerasan ini adalah juga suatu tindakan yang sudah diniatkan untuk melukai orang lain. Mempelajari efek kekerasan pada agresi anak-anak dan perkembangan penalaran moral terkait adalah penting karena dapat mengungkapkan jika dan bagaimana tenggelam dalam konteks sosial kekerasan dapat mempengaruhi perkembangan normatif anak. Perilaku agresi dapat dilakukan oleh siapa saja bahkan oleh anak. Perilaku agresi yang dilakukan oleh anak biasanya di rumah, sekolah, dan bahkan lingkungan masyarakat luas. Upaya yang dapat dilakukan ketika anak berperilaku agresi serta melakukan kekerasan adalah dengan memberikan pemahaman serta penerimaan terhadap pribadi anak, menghapuskan pemberian imbalan, melakukan catharis yang menyalurkan perilaku agresif pada aktivitas positif serta terhormat (seperti anak yang suka menendang atau memukul teman-teman), anak yang suka memaki atau menghina orang lain dapat kita arahkan pada kegiatan yang positif seperti membaca puisi, bermain peran, bernyanyi, menciptakan lingkungan yang nonagresif, mengembangkan sikap empati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H