Masih ingat kapan anda terakhir kali melihat hijaunya sawah, birunya langit, anak-anak berlari-larian bebas, bunyi suling di sawah dan merasakan ramahnya warga desa sekitar? Kalau kata-kata tersebut anda cuma dengar di film kabayan maupun hanya di FTV saja. Mungkin anda sekali-kali perlu keluar dari kepenatan kota besar dan beranjak menuju kaki gunung salak di Kampung sindang barang.
Persawahan di area sindang barang
Saya dan yudhi serta dengan kunjungan berikutnya dengan iko serta irna, pun mencoba untuk datang ke kampung ini. Coba saja klik http://kp-sindangbarang.com/home .
Anda rindu dengan kampung halaman, kampung sunda sindang barang kali ini mungkin alternatif yang tepat menghibur anda yang biasa hidup di area perkotaan. Kampung ini senagaj dihidupkan kembali untuk melestarikan budaya sunda, khususnya sunda area bogor.
Kampung raya sindang barang bertempat di kampung Menteng, Sindang barang, desa Pasir Eurih, kecamatan Taman Sari, kabupaten Bogor. Luasnya sendiri sekitar 8600 meter persegi. Memasuki areal perkampungan yang sesungguhnya hanya sepetak dengan tanda jalan yang tidak terlalu besar, pertama kali anda akan disuguhkan dengan rumah yang besar biasa disebut dengan imah gede yaitu bangunan utama di kampung adat tersebut dan merupakan tempat bermukimnya ketua adat atau orang yang ditokohkan untuk melestarikan adat sunda bogor.
Selain imah gede, di kampung sunda ini kita juga bisa menemukan Imah Girang Serat (sekretariat adat), Saung Tali (tempat pertunjukan), Bale Pangriungan (Balai pertemuan), Imah Pesanggrahan (Wisma Tamu), Imah Panengan (Rumah tinggal aparat adat bidang pemerintahan, Imah Panggiwa (aparat adat bidang kesejahteraan masyarakat), enam leuit (lumbung padi) dan lesung indung (tempat menumbuk padi).
Rupanya sebagian besar sawah dan ladang tersebut milik bapak Maki Sumawijaya, tokoh masyarakat setempat, yang tak lain adalah cucu kades pasir eurih. Di perkampungan sindang barang, biasanya rutin menggelar acara-acara adat semisal pesta seren taun yang diperingati seusai panen padi serta acara-acara tematik lainnya.
Walaupun tidak ada acara sunda yang khusus dapat anda saksikan disini, atau anda juga tidak membawa rombongan untuk menginap, menikmati indahnya pemandangan sawah dan gunung salak toh juga merupakan hal yang cukup menyenangkan.
Sembari memperkenalkan anak anda pada mainan tradisional sunda semacam egrang ataupun berbagai musik tradisonal sunda. Atau belajar menumbuk padi yang seperti saya dan teman-teman lakukan disini.
Apalagi bagi kaum mahasiswa seperti saya, yang iritnya naudzubillah. Wisata ke kampung sunda ini tidak mengeluarkan biaya sama sekali. kecuali kalau anda ingin pergi bersama rombongan dan mengikuti kegiatan perdesaan tentu ada fee khusus untuk service semacam itu.Disini tentunya juga terdapat penginapan yang bisa di-book untuk kegiatan-kegiatan gathering tertentu.
Mari kita sejenak hijrah sebentar kemari dan menengok sesungguhnya hidup dengan mencintai alam dan melupakan tekanan di luaran sana amat menyenangkan. Generasi muda tentunya harus menjadi generasi jas merah (generasi yang tak melupakan sejarah) dan tentu juga tak lupa budaya sendiri. Menjadi generasi maju bukan berarti menjadi generasi yang lupa kulit kacangnya. Salam sunda! Salam Indonesia!
Annisa P. Pratyasto
http://chapuccino.wordpress.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H