Mohon tunggu...
Anni Qoriah
Anni Qoriah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Sibuk

Sibuk

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memulai Bisnis UMKM Kopi Ketro

15 November 2021   18:51 Diperbarui: 15 November 2021   19:58 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Mahasiswa KKN UIN Walisongo ketika mengunjungi proses pembuatan Kopi Ketro (Dokpri)

Kendal- Bisnis UMKM Kopi Ketro ini mulai dirintis oleh para anggota kelompok tani Subur Makmur di dusun Ketro, desa Peron, Kecamatan Limbangan, kabupaten Kendal pada tahun 2018. Bisnis UMKM Kopi Ketro ini terjadi karena melihat banyaknya kebun kopi milik pribadi yang setelah panen hanya dikeringkan kemudian dijual begitu saja. Dengan melihat keadaan ini, bapak Tamrin selaku ketua Kelompok Tani Subur Makmur menuangkan idenya untuk memproduksi kopi bubuk di daerahnya.

Kopi ini terbuat dari biji kopi Robusta pilihan berkualitas yang ditanam di kebon kopi dan dinaungi pohon alpukat, sengon, durian, dan pohon aren. Sekitar setahun penanaman pohon kopi dilanjut proses penyambungan, kemudian beberapa tahun setelahnya sudah bisa dipanen buahnya, satu pohon dapat menghasilkan kira-kira 1 kg. Setelah panen pertama, pohon tersebut dapat menghasilkan sekitar 5 kg buah kopi ceri atau biji kopi yang dihasilkan dari buah tanaman kopi.  Ceri kopi tersebut kemudian diproses menjadi kopi bubuk yang sudah dapat dipasarkan.

Pendistribusian kopi dilakukan dengan cara menitipkan kopi yang sudah berkemasan ke warung-warung terdekat atau dapat langsung dibeli di tempat pembuatan Kopi Ketro, yaitu rumah bapak Tamrin. Pendistribusian ini dilakukan sendiri oleh anggota kelompok tani. Satu kemasan kopi Ketro ini ada yang berisi 200g yang dipatok dengan harga sekitar 20 ribuan dan bisa juga dengan memesan 1kg dengan patokan harga sebesar 80 ribu.

Kopi Ketro (Dokpri)
Kopi Ketro (Dokpri)

UMKM ini pernah mengalami kemerosotan tajam pada tahun 2020 karena adanya pandemi covid-19 . Namun kemudian dibangkitkan kembali karena banyaknya pesanan yang mulai berdatangan. "Ciri khas dari kopi Ketro ini adalah rasanya yang pahit-pahit manis meskipun belum diberi gula" ujar bapak Tamrin ketika diwawancarai oleh salah satu mahasiswa KKN UIN Walisongo kelompok 59. Kopi Ketro ini dapat dinikmati oleh semua kalangan karena target dari pemasaran kopi Ketro ini adalah dari anak muda sampai orang tua, bahkan disini juga menerima pesanan agar bisa dibuat masker wajah.

Potret Mahasiswa KKN UIN Walisongo ketika mengunjungi proses pembuatan Kopi Ketro (Dokpri)
Potret Mahasiswa KKN UIN Walisongo ketika mengunjungi proses pembuatan Kopi Ketro (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun