[caption id="attachment_322390" align="aligncenter" width="551" caption="Terry Holdbrooks foto itdunya.com dan buku Traitor hasil karyanya foto nydailynews.com"][/caption]
Kisah Terry Holdbrooks, tentara Amerika yang masuk Islam saat bertugas di Guantanamo Bay (Gitmo) sebenarnya bukan berita baru karena dia jadi Mualaf akhir tahun 2003. Tapi karena Terry menerbitkan buku "Traitor?"Â tahun 2013 lalu, yang berisi pengalamannya saat bertugas di Gitmo, nama Terry kembali jadi sorotan berbagai media massa. Judul "Traitor?" sengaja dipakai Terry karena sebagian besar rekannya menuduh Terry sebagai traitor (pengkhianat). Terry menyangkal tuduhan itu dia bilang "saya berubah jadi Muslim tapi bukan pengkhianat!" Menurut Terry apa yang dia ceritakan tentang Guantanamo Bay adalah fakta, oleh karena itu Terry setuju jika pemerintah Amerika menutup saja penjara itu.
Setelah masuk Islam, ada ucapan Terry yang menarik tentang Muslim di Amerika, apakah yang diucapkan Terry? Sebelum membahas ucapannya itu, ada baiknya mengenal sekilas kehidupannya. Terry Holdbrooks lahir di Arizona, Amerika tahun 1983 sebagai anak tunggal yang kurang kasih sayang, karena orang tuanya adalah pasangan Junkies (pecandu narkoba) dan lebih suka tenggelam dalam kenikmatan dunianya sendiri daripada mengurus anak. Sejak umur 6 tahun, Terry sudah dititipkan pada kakek dan neneknya hingga lulus SMA dan sekolah ketrampilan lainnya.
Sejak remaja Terry sudah hidup liar. Alkohol, tatto, seks bebas dan musik keras adalah bagian dari hidupnya. Suatu hari Terry tertarik untuk masuk Militer, selain bosan dengan kemiskinan, dia pikir profesi tentara adalah sesuatu yang keren dan bisa menghasilkan uang. Terry lalu mendaftar, saat pendaftaran dia ditanya, "Apa motif kamu masuk militer?" Terry jawab, "Saya ingin bunuh orang dan dibayar." Saat itu juga Terry ditolak. Tapi Terry tidak menyerah setelah kunjungan ke empat kali, Terry ikut test dan dia lulus.
[caption id="attachment_322388" align="aligncenter" width="550" caption="Para tahanan Gitmo sholat berjamaah foto: kiri rt.com kanan khudi.pk"]
Juni 2003 diusia 19 tahun, Terry ditugaskan di penjara Guantanamo Bay, sebelum berangkat para tentara itu diperlihatkan lagi video saat gedung WTC hancur. Saat itu sang komandan bilang bahwa para teroris ini tidak perlu dikasihani, mereka berbahaya, bukan manusia dan jangan berinteraksi dengan mereka. Dalam pikiran Terry, para tahanan Gitmo itu sangat berbahaya, berdarah dingin dan menyeramkan.
Begitu sampai di Gitmo. Apa yang dia lihat disana ternyata jauh berbeda dengan bayangannya selama ini. Sebagian besar para penghuni Gitmo seperti orang desa yang lugu dan tidak tahu apa-apa, ada juga beberapa yg bergelar doctor, koki, guru, supir taxi bahkan ada anak 12 tahun dan kakek 70 tahun yang akhirnya meninggal karena sakit paru-paru. Dia bingung, inikah para teroris itu?? Apalagi jika melihat penyiksaan diluar batas kemanusiaan yang dilakukan pada para tahanan hatinya semakin terguncang, dia pikir banyak tahanan yang tidak terlibat terorisme, jadi apa lagi info yang mau dikorek dari orang yang tidak bersalah ?
Tugas Terry di Gitmo adalah memeriksa tahanan secara berkala dan membawa mereka sesuai perintah atasan, biasanya keruang interogasi. Karena itu Terry tahu bagaimana kejamnya para tentara itu menyiksa mereka, tapi perilaku sebagian tahanan yang sabar, tabah, rajin shalat dan mengaji Quran membuat Terry heran, bahkan ada seorang tahanan yang tak pernah mengeluh dan selalu tersenyum, dia seorang koki (orang Maroko) yang kerja di Inggris tapi kena getahnya akibat peristiwa 9/11 dan jadi tahanan Gitmo, padahal dia bukan teroris.
[caption id="attachment_322389" align="aligncenter" width="550" caption="Para tahanan Gitmo shalat berjamaah dan mengaji saat Ramadhan foto miamiherald.com"]
Terry bertanya pada dia, "Kenapa kamu masih bisa tersenyum padahal kamu menghadapi hidup sangat berat disini? Jika Tuhanmu menyayangimu tentu DIA tidak akan membiarkanmu menderita seperti ini! Saya tidak mengerti kamu masih rajin berdoa sementara Tuhanmu tidak peduli sama kamu?" Â tapi orang itu menjawab, "Tuhan sedang menguji keimanan saya terhadapNYA dan inilah bentuk ujian Tuhan pada saya. Disini saya bisa lebih rajin shalat, ngaji dan mendalami Islam" Terry semakin kagum padanya.
Sejak itu Terry diam-diam sering berdiskusi dengan para tahanan dan mulai mempelajari Islam di internet. Diantara sekian banyak tentara Amerika yang bertugas disana, hanya Terry yang mengasihani para tahanan hingga dia jadi penjaga favorit disana. Suatu malam dibulan Desember 2003, Terry pun masuk Islam dibimbing orang Maroko itu dan disaksikan beberapa tahanan disitu. Sejak masuk Islam, Terry sempat kesulitan untuk menyembunyikan hal itu pada semua rekannya apalagi jika harus shalat 5 waktu.