[caption id="attachment_215644" align="aligncenter" width="518" caption="Demo FPI tolak Lady Gaga foto www.tempo.co"][/caption]
Berawal dari artikel yang saya tulis berjudul: FPI Sudah Nonton Dangdut di Youtube? Artikel itu saya tulis karena heran kenapa FPI terkesan diam dengan berbagai konser dangdut erotis yang marak di Indonesia? Untuk orang awam seperti saya apa yang dilakukan FPI terasa pilih kasih karena jika Konser Jennifer Lopez mau diboikot kenapa konser dangdut erotis dibiarkan? Padahal jika ada pertunjukan yang dianggap maksiat, merusak moral dan mengumbar aurat FPI cepat tanggap dengan memprotes, memboikot, merazia atau membubarkan. Memang membubarkan konser dangdut itu bukan wewenang dan kewajiban FPI melainkan kewajiban pemerintah melalui aparat kepolisian untuk menertibkannya, tapi setidaknya FPI bisa bersuara lantang dalam hal ini seperti pada kasus boikot majalah Playboy, kedatangan Miyabi, konser lady Gaga dll.
Ternyata artikel tersebut banyak mendapat komentar diantara sekian banyak komentar ada 2 respon dari kompasianer yang sangat menarik perhatian saya. Mereka mengatakan bahwa FPI sebenarnya tidak diam dan pernah membubarkan konser-konser dangdut yang dianggap merusak moral tapi ada peristiwa tragis tahun 2000 yang membuat FPI terkesan diam dengan maraknya konser dangdut erotis.
Peristiwa itu berawal dari sebuah perhelatan yang dilaksanakan di Desa Petir, Serang, Banten pada tahun 2000 konon ada acara dangdutan dan jaipongan disitu. Ratusan anggota Front Hizbullah (FH) tiba di lokasi acara sekitar pukul sepuluh malam. Awalnya pasukan FH meminta baik-baik kepada tuan rumah, agar acara itu dihentikan. Tapi tuan rumah rupanya telah menyiapkan Pratu Enjat Supriatna, seorang anggota Kopasus untuk menghadapi FH. Ketegangan kian memuncak ketika Enjat melepaskan dua kali tembakan ke udara dan sekali diarahkan ke anggota front. Dodi, korban tembakan Enjat, di luar dugaan ternyata lolos dari maut dan langsung berkelahi dengan Enjat. Dalam perkelahian itu Dodi unggul dan anggota Kopasus itu akhirnya meninggal dunia.
Insiden berdarah malam itu berbuntut, esoknya bengkel mobil Srimaju yang berlokasi di Serang, diobrak-abrik beberapa orang pria bertubuh kekar. Mereka mencari ustadz Husein pemilik bengkel yang disangka salah seorang pengurus FH. Tapi yang dicari tidak ketemu. Sasaran kemarahan akhirnya diarahkan kepada 3 orang karyawan bengkel mereka disiksa hingga babak belur. Pada saat hampir bersamaan, hotel Srimaju yang terletak di jalan raya Cilegon juga menjadi sasaran penghancuran komplotan lelaki bertubuh kekar. Berita penghancuran bengkel dan hotel Srimaju disesalkan pihak FH. Pasalnya si pemilik tidak ada kaitannya sama sekali dengan FH. Mereka menyangka, pemilik adalah pengurus FH. Padahal secara kebetulan saja, FH pada hari Sabtu (22/7) memakai aula hotel Srimaju untuk acara khitanan massal.
Hari Senin dini hari (24/7) dalam perjalanan pulang dari acara ceramah di Sukabumi, K.H. Cecep Bustomi selaku pimpinan FH dan salah satu pendiri FPI menerima telepon dari Markas Kopasus Grup I di Serang. si penelpon meminta Kyai Cecep datang ke markas pasukan elit itu dengan menyerahkan anak buahnya yang membunuh Enjat. Sekitar setengah dua siang, disopiri Mardiyanto (Yayan), salah seorang santrinya, Kyai Bustomi berangkat dengan mobil sedan Toyota Twincam. Perundingan berakhir kira-kira pukul empat sore, setelah kedua belah pihak berjanji akan menyelesaikan persoalan secara damai. Setelah itu tanpa curiga, Kyai Cecep pulang. Secarik kertas berisi kesepakatan damai yang ditandatangani kedua pihak sudah dipegang.
Tapi ditengah perjalanan pulang dari markas Kopassus kendaraan Kyai Cecep dihadang seorang pengendara sepeda berbadan kekar. Mobil direm, dan mundur. Yayan baru akan tancap gas, ketika sekonyong-konyong segerombolan pria bertubuh kekar menyerbu mobil Kyai Cecep. bersenjatakan golok, besi, dan balok, gerombolan menghancurkan kaca depan dan belakang mobil. Salah seorang gerombolan memecah kaca kanan depan. Lalu dengan cepat menembakkan pistol ke arah Yayan. Naluri Yayan bereaksi cepat dia menarik tungkai di bawah kanan jok dan dengan reflek membuang dirinya ke belakang. Peluru luput dari dirinya. Tapi nahas, peluru bersarang ke perut Kyai Cecep yang duduk di samping kirinya.
Meliahat situasi genting, Yayan langsung tancap gas dua motor segera mengejar pengendaranya berboncengan (berjumlah 4 orang dengan mengenakan kupluk). Kejar-kejaran terjadi, mobil melaju dalam kecepatan tinggi ke arah pasar Rau. Mendekati pasar tak ada jalan alternatif untuk menghindar dari kejaran. Mobil Yayan tetap berusaha menerobos kemacetan. Nahas! Yayan menabrak sebuah truk sayur. Mobil berhenti, Disitulah para pengejar berkupluk menghabisi nyawa Kyai Cecep dengan berondongan timah panas. KH Cecep adalah anak mendiang Kyai Bustomi salah seorang Kyai ternama di Banten.
Sehari sebelum KH Cecep dibunuh salah seorang petinggi FPI lainnya bernama Habib Shaleh Allatas juga tewas ditembak dihalaman rumahnya kejadian itu diduga karena sebelumnya FPI merazia salah satu tempat hiburan di Jakarta dan ternyata pemilik tempat hiburan itu punya beking kuat ada kemungkinan motif balas dendam sehingga Habib Shaleh Alatas akhirnya dibunuh. Betapa dilematis, niat hati memberantas maksiat apa daya nyawa taruhannya. Hingga saat ini kasus kematian Kyai Cecep masih menjadi misteri dan para pelakunya seolah tak terjangkau hukum karena kurangnya bukti.
Dari kejadian itu akhirnya saya mengerti bahwa tidak mudah untuk membubarkan konser-konser dangdut erotis dan merazia tempat-tempat maksiat salah satu alasannya karena dibelakang semua itu ada beking kuat yang bisa membalas tindakan FPI. Sungguh dilematis...
*Baca artikel lain â–º Pilih Transportasi Massal Atau Mobil Murah?
*Referensi
http://groups.yahoo.com/group/PAN/message/
http://kalmankusnadi.blogspot.com/2012/04/kronologis-pembunuhan-kh-cecep-bustomi
http://www.minihub.org/siarlist/msg04916.html
dan berbagai sumber lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H