[caption id="attachment_207438" align="alignright" width="240" caption="Koboy Cina Pimpin Jakarta Foto www.lensaindonesia.com"][/caption] Inilah bunyi ancaman di Youtube :
Kami warga dan pemuda penyelamat Jakarta memberi ultimatum kepada warga keturunan untuk tidak memilih di Pemilukada atau....
Sebenarnya saya tak tertarik menulis artikel tentang politik tapi melihat video Koboy Pimpin Jakarta yang sumber beritanya dari www.lensaindonesia.com (berita lengkapnya disini ) saya jadi miris juga, kenapa sih harus mengancam warga keturunan Tionghoa untuk tidak memlih dalam Pilkada putaran 2 di Jakarta nanti? Divideo itu terlihat seseorang berkata mengancam sambil memegang golok, wajah disamarkan dan memperlihatkan latar belakang kerusuhan Mei 1998 seolah-olah jika warga keturunan ikut memilih, maka mereka akan membuat kerusuhan seperti peristiwa Mei 1998. Yang paling menyedihkan bawa-bawa ayat Al Quran segala...
Sedemikian pentingkah jabatan Gubernur DKI Jakarta dipimpin oleh warga asli Jakarta? Karena dalam video itu tertulis kalimat "Putra daerah itu pemimpin didaerahnya sendiri, itu harga mati" Siapa aktor dibelakang semua ini? Kenapa pula menyebut tentang PP Nomor 10 tahun 1959? (Sejarah PP 10/1959 lihat disini ►Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 1959). Semakin kacau saja negara ini karena ulah segelintir orang yang tak rela bila etnis Tionghoa terlibat dalam pemilihan Pilkada DKI. Mereka lalu melakukan segala cara dan mengancam akan membuat kerusuhan seperti yang terjadi bulan Mei 98 di Jakarta.
Menurut analisa saya sementara, cuplikan peristiwa kerusuhan Mei 98 yang ada divideo Koboy Cina Pimpin Jakarta itu aslinya mungkin dari video Anti Chinese Riots Mei 1998 (Part I) yang ada di Youtube juga lalu diedit dan diganti latar belakang suaranya. Siapapun pembuat video itu memiliki kemampuan memadai untuk mengedit, dubbing (mengisi suara) dan proses lain yang biasa digunakan untuk membuat video klip.
Walaupun saya bukan penduduk Jakarta tapi saya sangat berharap Pilkada nanti lancar dan tak ada kerusuhan seperti Mei 1998. Jangankan warga Tionghoa saya sendiri sebagai Muslim sangat terkejut dan trauma waktu melihat video dan foto-foto peristiwa 98 itu karena sadis, biadab dan mengerikan sampai berhari-hari susah makan dan tidur. Semoga bangsa Indonesia jangan mengalami kejadian traumatis dan menyakitkan itu untuk kedua kalinya hanya karena masalah jabatan dan kekuasaan...
* Tulisan ini sudah diedit dari aslinya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H