[caption id="" align="aligncenter" width="570" caption="Kiri Tas Hermes Birkin kulit buaya foto shoponthemars.com, kanan salwater crocodile foto indiantimes.com"][/caption]
Sebelum membahas tas Hermes yang terkenal mahal karena keindahan dan prestisenya, kita kenali dulu bahan dasar untuk membuat tas itu. Tas Hermes yang harganya ratusan juta hingga miliaran biasanya terbuat dari kulit buaya atau hewan eksotis lainnya, misalnya kulit burung unta, Lizard (kadal), ular, dll..
Tapi karena burung unta dan lizard sudah dilarang tinggal buaya dan ular yang masih diizinkan. Karena populasi buaya tak sebanyak ular dan pertumbuhannya lama, jadi harga tas dari kulit buaya lebih mahal. Bahan baku tas Hermes berasal dari 2 jenis buaya, yaitu buaya air asin (saltwater crocodile atau crocodylus porosus) dan buaya sungai Nil (Nile crocodile atau crocodylus Niloticus).
Buaya kadang disebut dinosaurus yang masih hidup. Mereka hidup didunia sejak 200 juta tahun lalu bersama T Rex dan Brontosaurus. Tapi buaya mampu bertahan dari kepunahan dibandingkan para kerabatnya, walau ukurannya jauh lebih kecil dari nenek moyangnya. Setelah manusia tercipta justru hidup mereka lebih sengsara karena manusia memburu mereka untuk dikuliti dan dijual jadi berbagai barang mewah nan eksotis seperti sepatu, tas, jaket, dll..
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Saltwater Crocodile atau Porosus Crocodylus foto purseblog.com"][/caption]
Perlahan tapi pasti keberadaan buaya semakin berkurang, apalagi jenis buaya yang kulitnya diburu untuk barang mewah, yaitu saltwater crocodile dan Nile crocodile. Menurut data di Australia saja 300.000 saltwater crocodile dibunuh antara tahun 1945-1972 . Begitu pula dengan alligator, walaupun kedua hewan ini kini dilindungi tapi jumlahnya semakin berkurang.
Populasi saltwater crocodile di Australia sempat menurun drastis tahun 1970-an. Akhirnya pemerintah Australia melarang perburuan demi melindungi dari kepunahan. Usaha pemerintah Australia ini berhasil karena jumlah buaya ini terus meningkat, diperkirakan jumlahnya tahun 2002 sekitar 1 juta ekor. Walau dilarang, perburuan liar tetap ada, setiap tahun lebih dari 90 ribu buaya dibunuh secara liar dan 225 ribu diburu untuk diternakkan.
Setelah perburuan liar dilarang, para pengusaha barang eksotis tak kurang akal, mereka mendirikan peternakan sendiri. Semakin lama peternakan buaya semakin banyak di Australia bahkan merek terkenal seperti Louis Vuitton, Gucci dan Hermes punya peternakan di Australia khusus untuk produk mereka.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Nile Crocodile atau Nylus Crocodylus foto britanica.com"][/caption]
Para peternak yang berlisensi dituntut untuk melaporkan jumlah hewan piaraannya. Tapi pada kenyataannya para peternak itu bisa memanipulasi data karena sedikitnya petugas yang bisa rajin mengawasi mereka. Sejak peternakan buaya diizinkan dan bahan baku barang mewah harus berasal dari peternakan berlisensi, penjualan bahan baku buaya, alligator dan cayman malah meningkat 3x lipat sejak tahun 1977.
Beternak buaya itu tidak mudah, butuh tempat yang sangat luas apalagi yang diincar kulitnya jadi buaya ini diperlakukan istimewa, harus punya tempat sendiri yang ukurannya minimal 4x4 meter dan tidak sering dicampur dengan yang lain untuk mengurangi resiko jika berkelahi kulitnya rusak atau lecet maka turunlah harga kulitnya.
Jika diperhatikan sepintas buaya-buaya di peternakan itu nampak tenang padahal menurut seorang ahli hewan, buaya-buaya itu sebenarnya sangat tertekan. Mereka diperlakukan istimewa tapi pada saatnya nanti jika sudah berumur 3-5 tahun atau kurang dari itu yang penting sudah memenuhi syarat, mereka akan dikuliti dan Membunuh buaya itu tidak mudah. Bahkan ada yang dibunuh secara sadis hingga buaya itu terlihat teler dan menderita. (bisa lihat videonya di Youtube yang menuai banyak kecaman).
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Buaya yang sudah mati siap dikuliti foto cdn.lightgalleries.net"][/caption]
Jika disembelih, buaya tidak langsung mati biasanya tubuhnya menggelepar minimal 30 menit sebelum benar-benar mati. Sekedar info tambahan, khusus untuk kulit ular, demi menjaga kualitas tinggi biasanya ular itu dikuliti hidup-hidup karena menurut ahli kulit untuk barang lux, kulit ular yang berasal dari ular hidup lebih bermutu dan mahal dari yang dibunuh lebih dulu. Sungguh kematian yang sangat menyiksa.
Kembali ke buaya, sebenarnya cara tercepat membuat buaya cepat mati yaitu dengan cara ditembak diotaknya, karena tulang kepalanya tebal (sekitar 2 cm) maka harus ditembak dengan peluru besar, kuat dan tepat sasaran untuk mengurangi penderitaannya. Tapi teknik membunuh seperti ini dianggap tidak berperikemanusiaan sehingga peternak harus mengembangkan cara bunuh buaya dengan cepat tapi manusiawi dengan tetap melumpuhkan bagian kepala dulu sebelum benar-benar mati lalu dikuliti.
Walaupun organisasi pelindung hewan (PETA) sering mengkritik Hermes, berbagai merek lainnya dan para wanita pemakainya yang dianggap tak punya hati nurani. Tapi tetap saja permintaan akan produk mereka tetap tinggi. Bahkan sejak tahun 2009 Hermes punya 2 peternakan buaya di Australia, awalnya mereka beli dari pihak lain tapi karena permintaan akan produk Hermes semakin meningkat mereka bikin peternakan sendiri.
[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Kulit buaya yang sudah diwarnai foto bloomberg.com"][/caption]
Setiap tahun  Hermes memproduksi sekitar 3.000 tas kulit buaya. Untuk 1 tas Hermes model Birkin dibutuhkan 3-4 buaya karena yang dipakai hanya kulit bagian perut buaya. Itulah sebabnya tas Hermes begitu mahal (harganya bisa mencapai USD 48.000/sekitar Rp 500 Juta) dan pembeli harus antri. Hermes juga sama harus menunggu beberapa tahun dan merawat dengan telaten buaya-buaya itu mulai dari telur sampai besar baru bisa dikuliti dan tas Hermes dibuat secara "handmade".
Bagi para pecinta binatang pasti segan memakai barang-barang dari kulit buaya apalagi jika melihat proses pembantaiannya, tapi bagi para pecinta barang eksotis mungkin tak peduli hal itu karena sudah terpikat keindahannya. Bagaimanapun juga, pilihan tetap ditangan anda...
*Referensi: 1 2 3 dan wikipedia
Baca artikel lain :
Misteri MH370 dan Fungsi ACARS, Transponder, Ping pada Pesawat Terbang
5 Musisi Penerima Gelar Doctor Honoris Causa Dibidang Musik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H