Saya sedang berselancar di Instagram saat tetiba berhenti di satu akun bernama Akademi Penulis Buku @akademi.penulis.id. Â Di akun ini ada informasi pelatihan dengan topik Kreatif Menulis Novel Sejarah. Â
Kelas level mahir untuk menghasilkan novel berdasarkan tokoh, peristiwa, kejadian atau budaya tentang sejarah. Mengajarkan ilmu dan ketrampilan yang belum banyak dikuasai oleh novelis. Kelas eksklusif disertai praktik dan review professional dari sang mentor.
Kelas berkualitas ini akan dibimbing oleh Donna Widjajanto. Â Salah seorang penulis yang melahirkan buku CLAVIS MUNDI bersama dengan Utama Prastha (Tommy), dan Helmy Yahya, yang berangkat dari riset dan penelitian yang dilakukan oleh Helmy Yahya dan Reinhard Tawas.
Duh saya langsung geregetan. Â Kudu ngikut ini sih. Â Setidaknya dengan bergabung di kelas yang satu ini, saya bisa menambah pengetahuan dan kemampuan dalam bidang menulis, khususnya dalam merancang, menyusun dan melahirkan sebuah novel dengan latar belakang sejarah. Â
Satu lagi investasi jangka panjang yang harus ditabung. Â Mumpung ada kesempatan, waktu, kesehatan, niat kuat dan rezeki untuk menjadi bagian dari sebuah kelas menulis yang professional.
Ilmu Tentang Novel Sejarah
Keputusan saya untuk ikut menjadi bagian dari kelas ini ternyata tidak keliru karena banyak sekali insight baru yang bisa saya tabung sebagai ilmu pengetahuan dan keahlian sepanjang masa. Â Materinya berbobot dan berhasil disampaikan oleh Donna dengan sebaik mungkin.
Apa saja yang peserta dapatkan saat mengikuti kelas ini?
Sebelum mengurai tentang berbagai strategi kreatif merancang sebuah novel sejarah, setiap peserta workshop diberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai apa itu novel sejarah.Â
Dari titik inilah kemudian lahir rangkaian pemikiran, area penulisan yang harus kita kuasai serta kebutuhan hakiki yang dibutuhkan untuk menulis sebuah novel sejarah.
Perhitungan waktu sejarah pun ada batasannya. Â Hitungan yang proporsional untuk menjadikan sesuatu atau seseorang itu pantas diganjar gelar ber-sejarah adalah setidaknya 30 (tiga puluh) tahun hingga 50 (lima puluh) tahun sebelum masa hidup kita, si penulis.Â
Tentang Riset
Selain rentang waktu yang ditetapkan menjadi salah satu acuan, untuk menjadikan novel sejarah ini "berisi", penulis tentu saja harus melakukan serangkaian riset, menggali banyak fakta dari berbagai sumber informasi, sebagai pondasi kuat terbangunnya sebuah penjejakan serta mind-mapping dari sebuah buku berlatar belakang sejarah. Â
Riset yang dilakukan bisa berasal dari beberapa sumber. Â Seperti penggalian dokumentasi tertulis (kepustakaan) yang bisa dilakukan lewat buku atau informasi on-line yang sekarang banyak terbantukan dengan teknologi internet. Â Tentu saja dengan catatan bahwa bacaan yang kita dapatkan dari studi kepustakaan ini dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keabsahannya.
Bagi saya pribadi, yang lahir pada masa-masa order baru, dimana internet masih belum berkembang, saya kemungkinan besar akan lebih memilih buku atau booklet karya ilmiah dalam bentuk cetak sebagai riset awal.Â
Jadi jikapun nantinya akan didukung oleh banyak sumber yang dipercaya lewat tautan daring, membaca buku dalam bentuk fisik, pastilah menjadi pilihan utama saya.
Ketahuan banget ya generasinya.
Bahkan hingga saat ini pun, untuk materi bacaan, saya tetap memilih buku cetak ketimbang e-book yang lebih sering melelahkan mata. Â Alasan pendukung dari pemilihan ini rasanya dipengaruhi juga oleh kualitas mata/pandangan yang tentunya tidak seprima saat usia masih muda.
Alternatif lain yang bisa dimasukkan dalam riset adalah bertemu dengan saksi hidup yang mengalami sendiri. Â Tentu saja dengan catatan bahwa mereka masih memiliki ingatan yang kuat tentang apa dan siapa yang sedang kita teliti.Â
Bisa juga mewawancarai para ahli atau sejarawan yang sekiranya memahami dan menguasai banyak informasi tentang obyek yang sedang kita ulas.
Ketika materi tentang riset ini disampaikan oleh Donna, saya mendadak dejavu dan teringat akan masa-masa berjuang menulis karya ilmiah. Â Area akademis ini ternyata sangat membantu saya dalam meresapi apa yang Donna sampaikan tentang riset.Â
Saya mendadak sangat bersyukur karena sempat dilatih untuk memahami dan melakukan berbagai jenis riset. Â Ilmu yang akhirnya (sangat) bermanfaat untuk bekerja di bidang lainnya.
Berbagai Sumber Ide Untuk Novel Sejarah
Ide apa saja sih yang bisa kita ulas sebagai materi dari novel sejarah?
Ada 3 (tiga) pilihan terbaik untuk menjawab ini. Â Pilihan itu adalah tentang tokohnya, peristiwanya atau kebiasaan dan budaya tertentu yang pernah ada. Â
Menilik kepada buku Clavis Mundi yang ditulis oleh Donna, mengangkat siapa itu Enrique the Moluccas adalah sumber ide dari novel ini. Â Dia seorang tokoh yang dipercaya adalah legenda yang lahir di Maluku.Â
Enrique lah yang menurut kepercayaan banyak orang, adalah orang pertama yang berhasil mengelilingi dunia.  Meskipun sosok ini sempat di claim orang berbagai pihak, seperti Malaka dan Philipina, dari beberapa kali diskusi dengan para akademisi  dan ahli sejarah kelahiran Maluku, Enrique diyakinkan berasal dari Tidore. Â
Bumi Marijang yang telah 5 (lima) kali saya kunjungi. Â Rumah ke-3 yang sarat dengan mereka yang memiliki keramahan dan kebaikan hati yang luar biasa.
Adakah Perbedaan Saat Kita Menuliskan Novel Sejarah dengan Novel Non-Sejarah?
Tentu saja ada.
Meski standarisasi menulis novel sejarah secara garis besar sama dengan menulis novel biasa, novel dengan latar belakang sejarah memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan. Â Seperti : waktu/tanggal dan situasi saat peristiwa terjadi, personafikasi dari tokoh yang memang benar (pernah) ada, lalu kita wajib memperhatikan gaya hidup, gaya berpakaian, kebiasaan dan slang bahasa yang digunakan di masa itu.
Dibantu oleh rangkaian riset yang sudah dilakukan terlebih dahulu, kita kemudian bisa membangun plot yang mengkombinasikan catatan sejarah dengan kerangka fiksi. Â Menentukan plot pun harus urut sesuai dengan waktu kejadian.Â
Sembari menemukan beberapa detail sejarah yang bisa kita masukkan ke dalam plot yang kita bangun, penulis harus jeli menghadirkan alur fiksi agar tidak berbenturan dengan sejarah itu sendiri. Berhati-hati pula saat memunculkan tokoh-tokoh pendukung serta situasi yang menjadi pelengkap di dalam novel sejarah yang kita lahirkan.
Saya sempat membuat catatan panjang saat pelatihan sampai di titik ini. Â Membuat tulisan dengan membangkitkan rincian tentang sejarah sesungguhnya melatih kita untuk berpikir dan menulis dengan lebih terarah.Â
Terutama saat kita wajib memperhatikan rentang waktu, membangun dan memaparkan deskripsi dengan tingkat kesabaran yang tinggi serta rincian yang tepat dan akurat.
Satu lagi proses penting yang wajib dilakukan saat membuat novel dengan latar belakang sejarah adalah membuat Historical Notes. Secara harafiah, historical notes diterjemahkan sebagai catatan-catatan sejarah. Â Dan memang demikian adanya. Menyajikan sebuah sejarah, meskipun kemudian dibalut dengan fiksi, tentunya harus dengan tetap mempertahankan kenyataan dan bukti-bukti sejarah tetap berada di jalurnya.Â
Mengurai sumber riset dan catatan-catatan penting yang menginspirasi apa yang kita tulis, bisa menjadi bagian dari historical notes. Â Ini bisa menjadi salah satu bukti nyata bahwa sumber ide buku kita, sejarah yang menjadi bagian dari buku, adalah hal yang benar sudah kita teliti kebenarannya.
Berlatih Secara Langsung
Menutup serangkaian pelatihan selama 2 (dua) hari. Â Semua peserta kemudian diajak untuk berlatih dengan membuat sebuah tulisan singkat dengan memanfaatkan ilmu yang sudah didapat. Â Tugas ini meliputi merancang ide, menentukan tokoh kemudian menutupnya dengan sinopsis plot.
Tugas ini dikirimkan kepada mentor untuk direview dan dikoreksi.
Saya sangat menyukai konsep berlatih secara langsung. Karena dengan melakukan praktik setelah pelatihan membuat ilmu yang sudah didapatkan secara teori bisa kita wujudkan. Setidaknya ini menjadi salah satu cara untuk membuktikan sejauh mana kita meresap dan memahami ilmu yang sudah diberikan oleh mentor.
Terimakasih Donna Widjajanto dan Akademi Penulis Indonesia. Â Menjadi bagian dari pelatihan Kreatif Merancang Novel Sejarah sudah membuka satu lagi wawasan skill menulis yang sangat berharga bagi karir saya sebagai seorang blogger dan penulis. Â Thanks a million untuk semua waktu yang tercurahkan.Â
Semoga ilmu yang sudah didapatkan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para peserta dan pihak penyelenggara mendapatkan pahala berlipat ganda karena sudah berbagi ilmu yang sangat bernilai.
Clavis Mundi. Legenda Enrique Maluku. Pengeliling Dunia Pertama
Selain pelajaran bahasa (bahasa Inggris dan bahasa Indonesia), sejarah adalah mata pelajaran yang saya sukai. Â Bagi beberapa teman, sejarah sering menjadi momok karena membosankan dan mewajibkan murid menghafal sekian banyak tanggal, rangkaian peristiwa dan barisan tokoh yang berperan di dalam sejarah tersebut.
Tapi buat saya, sejarah punya daya tarik yang berbeda. Â Lewat pelajaran ini, saya banyak membaca banyak hal menarik yang terjadi di masa lalu.Â
Terutama tentang banyak kisah yang bergesekan dengan perjuangan hidup seorang tokoh, pembebasan ideologi dan kepercayaan, budaya, politik dan banyak hal yang berhubungan dengan masa/publik dari masa ke masa.
Untuk ketiga mata pelajaran ini, nilai raport saya tak pernah kurang dari angka 9 (sembilan). Â Khususnya untuk mengarang (baca: menulis) yang selalu menjadi bagian dari ulangan.Â
Baik itu untuk semesteran maupun untuk kenaikan kelas. Â Entah ya, pokoknya saya begitu menikmati waktu-waktu saat pelajaran bahasa dan sejarah ini. Â And you now what? Â Sebagai anak "IPS bangets" saya pun jatuh bangun menggapai nilai pelajaran eksakta. Â Prinsipnya saat itu adalah "asal tidak merah".
Jadi saat saya bertemu buku sejarah atau berlatar belakang sejarah seperti Clavis Mundi ini, cus pun langsung semangat untuk memiliki dan membaca hingga ke halaman akhir. Â Dimana akhirnya dengan menggenggam buku inilah saya akhirnya terdorong untuk mengikuti pelatihan di atas tanpa ragu.
Tentang Makna Clavis Mundi
Clavis Mundi merujuk kepada arti Kunci Dunia.
Untuk memperkuat makna, di salah satu lembaran pembuka buku, dituliskan QUI LINGUAM MAGISTRI, TENET AD CLAVIS MUNDI. Kalimat yang artinya adalah DIA YANG MENGUASAI BAHASA, MEMEGANG KUNCI DUNIA.
Beginilah kira-kira apa yang kemudian disematkan sebagai judul buku. Â Sosok Enrique de Moluccas yang dikenal sebagai POLIGLOT, seorang yang mahir menggunakan banyak bahasa, diperkenalkan sebagai sosok "penguasa dunia" karena keahliannya tersebut.
Tokoh Enrique de Moluccas dan Serangkaian Kisah Perjalanan Armada de Moluccas
Di awal membaca buku, saya tergelitik dengan nama Enrique yang bernuansa Spanyol. Â Sementara di belakangnya tersemat de Moluccas untuk melengkapi namanya tersebut. Â
Belakangan, seiring dengan membuka halaman-halaman berikutnya saya menemukan bahwa nama ini adalah pemberian Fernao Magalhaes/Ferdinand Magelan yang membawa Enrique ke negaranya.Â
Ferdinand jugalah yang menjanjikan kepada Enrique untuk kembali ke negri asalnya sembari mencatat sejarah dalam rangka membuktikan bahwa dunia itu bulat.
Enrique sendiri terlahir dengan nama Patsaranga dan lebih dikenal dengan sebutan atau panggilan Boy. Â Dia yatim piatu sedari kanak-kanak yang kemudian diasuh oleh paman dan bibinya di sebuah desa pesisir pantai. Â
Enrique juga dibesarkan oleh Datuk Harun Abbas. Seorang pengelana yang memiliki pengetahuan luas dan seorang cerdik cendekia yang dihormati oleh banyak raja/sultan yang beradsa di nusantara. Â
Datuk Harun Abbas sangat menyayangi Enrique kecil. Â Beliau pun turut membesarkan Enrique dengan ilmu pengetahuan, nasihat-nasihat bijak lalu kemudian mengajaknya untuk ke Malaka.
Bagi Enrique, Datuk Harun Abbas bukan hanya sekedar orang tua, tapi juga adalah guru kehidupan. Â Jadi ketika Datuk Harun Abbas wafat di atas kapal laut milik orang Siam dalam rute berlayar dari Palembang menuju Malaka, kenangan akan sosok lelaki ini sangat melekat di hati dan pikiran Enrique. Â Sebuah sarung tua, cincin, buku catatan pun akhirnya menjadi warisan yang terus dijaga oleh Enrique.
Setelah hidup seorang diri, Enrique kemudian kaya dengan pengalaman hidup.
Dia sempat bekerja sebagai centeng dan pembawa berita bagi Madamme Ching. Â Seorang perempuan Cina pemilik rumah Lotus Emas. Â Rumah dimana banyak informasi rahasia berputar, kesepakatan tersembunyi dan pelacuran terjadi.Â
Madamme Ching nyatanya punya pengaruh yang cukup kuat dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemerintah setempat. Â Setidaknya lewat beragam informasi telik sandi yang mampir ke telinga Madamme Ching, perempuan ini dipercaya memiliki berbagai data demi kejayaan kerajaan Malaka.
Ketika rumah Lotus Emas runtuh terbakar dan Madamme Ching wafat, Enrique berkenalan dengan Ferdinand Magellan yang kala itu sedang mengikuti kapal Portugis yang hendak berdagang dengan Malaka.Â
Akibat beberapa rangkaian pertempuran atau huru-hara, Enrique dan Ferdinand kemudian saling menyelematkan dan berhutang nyawa. Â Mereka pun dekat hingga Enrique diajak ke Portugis sebagai sahabat Ferdinand. Â Saudara senyawa.
Long story short, dengan mengikuti Ferdinand, Enrique kemudian banyak berkenalan dengan orang dari hampir seluruh penjuru dunia. Termasuk dengan Raja Carlos, raja muda dari Spanyol.Â
Enrique jugalah yang kemudian mendorong Ferdinand untuk berjuang mendapatkan sponsor dari Raja Carlos dalam rangka membentuk tim pelayaran, mencari sumber rempah-rempah di terra incognita (tanah yang belum dikenali) yang mengacu kepada Maluku kepulauan.
Misi mendapatkan sponsor dari Raja Carlos ini berhasil. Â Ferdinand Magellan diberikan kepercayaan pemimpin sebuah misi pelayaran yang diberi nama ARMADA DE MOLUCCAS. Â Sebuah armada kapal laut yang berisikan 5 (lima) kapal besar dengan 3 (tiga) orang kapten berasal dari Portugis dan 2 (dua) orang kapten dari Spanyol.Â
Kapal-kapal yang berangkat itu adalah TRINIDAD, ship leader dibawah kendali Ferdinand Magellan, SAN ANTONIO dipimpin oleh Joan de Cartagena, CONCEPTION dipimpin oleh Gaspar De Quesada, SANTIAGO dibawah pimpinan Joao Serrao, Duarte Barbosa plus Estavo Gomez dan VICTORIA dibawah kendali Luis Mendoza.
Meski berlayar dengan persiapan penuh, ternyata mencapai terra incognita lewat jalur barat, tidaklah segampang apa yang dikira. Ferdinand menghadapi banyak masalah selama dalam pelayaran. Pembangkangan anggota armada, perbedaan pendapat, keputus-asaan karena tak kunjung mencapai tempat yang direncanakan.Â
Hingga akhirnya, Ferdinand Magellan diperdaya oleh Rajah Humabon untuk melawan pemberontak yang berada di Mangatang, Cebu, Philipina. Â Ferdinand Magellan pun putus nyawa dalam peperangan tersebut. Â Dipanah oleh Datu Lapu-Lapu. Kejadian ini terjadi pada 1521.
Armada pun tersisa 2 (dua) kapal yaitu Trinidad dan Victoria dan akhirnya benar-benar mencapai terra incognita, kepulauan rempah, yang kemudian dikenal sebagai Maluku.Â
Rombongan ini sukses menuntaskan Armada de Moluccas di bawah kepemimpinan Juan Sebastian Elcano. Â Seorang pelaut ulung yang namanya terukir dalam sebuah tugu yang berada di Rum, Tidore, Maluku Utara. Sementara Enrique sendiri selamat kembali ke tanah kelahiran dengan pelayarannya sendiri.
Berbagai Tambahan Kosa Kata yang Saya Dapatkan dari Buku Clavis Mundi
"Buku adalah pengusung peradaban. Â Dengan membaca buku-buku, kita bisa berkomunikasi secara tidak langsung dengan pusat-pusat pengetahuan & peradaban manusia"
Rangkaian kata sarat makna ini terus menerus menjadi mercusuar bagi saya setiap kali membaca buku. Â Pepatah jitu yang bisa saya buktikan salah satunya dengan membaca buku Clavis Mundi.
Lewat Clavis Mundi, ada beberapa pengetahuan baru, Â yang melengkapi semua kekayaan ilmu yang sudah dan pernah saya miliki. Â Diantaranya adalah:
Erdapel. Â Yang dikenal dengan sebutan bola dunia. Â Sebuah bulatan yang menunjukkan berbagai daratan dan lautan yang menjadi peta dunia. Â Erdapel juga adalah wujud pembuktian bahwa dunia itu bulat.
Astrolabe. Â Segitiga besi untuk membantu mengukur jarak yang harus ditempuh kapal laut dan bagaimana memastikan bahwa kapal tidak sedang salah arah.
Kelasan. Â Nama asli dari pempek. Â Dulu sekali, pempek lebih dikenal dengan sebutan Kelasan.
Kartografer. Â Ahli pemetaan atau orang yang membuat peta.
Kasula. Vest terluar yang biasa digunakan olleh rohaniawan katholik.
Hosti. Â Roti sakramen yang biasanya diberikan oleh Romo saat misa di gereja.
Jejak-Jejak Penting Buku Clavis Mundi
Buku setebal 580 halaman yang dicetak oleh penerbit Cempaka Putih, terdiri atas 28 (dua puluh delapan Bab). Â Dibuka oleh Prakata dan Prolog, kemudian ditutup oleh Epilog, Historical Note dan diskripsi singkat dari ke-empat personal yang terlibat dalam melahirkan buku yang fenomal ini (Helmy Yahya, Reinhard Tawas, Utama Prastha & Donna Widjajanto).
Prakata
Selama lebih dari lima ratus tahun, dunia percaya bahwa orang pertama yang mengelilingi bumi aalah Ferdinand Magellan, seorang Portugis yang menjadi komandan ekspedisi Spanyol. Armada de Moluccas. Â Magellan membawa armada ini mencari Kepulauan Rempah yang terkenal pada tahun 1519-1522.
Tak banyak yang tahu, Magellan tak pernah menyelesaikan ekspedisi ini dan tak pernah mencapai Kepulauan Rempah. Â Dia tewas dalam pertempuran Mangatang di Cebu, hanya 692 mil laut dari Maluku.
Dalam perjalanan Armada de Moluccas, Magellan didampingi sahabat setianya, Enrique de Moluccas. Â Enrique bukan saja sahabat dan penerjemah yang andal bagi Magellan, tapi juga kunci ke Kepulauan Rempah, karena disanalah Enrique berasal.
Sepeninggal Magellan, Enrique kembali ke Maluku, dan dengan demikian menjadi orang pertama yang berhasil mengelilingi bumi lewat laut.
Berdasarkan riset dan penelitian mendalam, juga wawancara eksklusif dan temuan-temuan terbaru, novel ini akan mengeksplorasi sejarah Enrique de Moluccas yang selama ini tersembunyi. Â Mulai dari masa mudanya sebagai awak kapal, belajar berbagai bahasa secara otodidak dan menjadi penerjemah dan negosiator ulung, hingga menjadi orang kepercayaan Ferdinand Magellan, sang komandan Armada de Moluccas.
Historical Note
Menguatkan bukti bahwa buku Clavis Mundi memegang bukti-bukti dan jejak sejarah sebagai acuan, lewat bagian ini kita bisa mengetahui berbagai sumber yang digunakan tersebut. Â
Seperti misalnya salinan bahasa Inggris Relazione del Primo Viaggio Intorno al Mondo yang ditulis oleh Antonio Pigafetta (pertama dipublikasikan oleh sejarahwan Italia, Giovannie Batista Ramusio, circa 1550-1558).Â
Sementara versi terjemahan bahasa Inggrisnya dikerjakan oleh James Alexander Robertson. Diterbitkan oleh The Arthur H. Clark Company, Cleveland, USA, 1906.
Selain itu ada juga catatan perjalanan berjudul Magellan's Voyage Around The World, Three Contemporary Accounts : Antonio Pigafetta, Maximilian of Transylvania, Gaspar Correa, yang diedit oleh Charles E. Nowell, terbitan Northwestern University Press, Evanston, 1962.
Sumber pendukung lainnya adalah buku-buku yang memberi gambaran tentang perdagangan rempah seperti Suma Oriental karya Tome Pires (terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Ombak, 2014) dan Sejarah Rempah karya Jack Turner (terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Komunitas Bambu, 2019).
Masih banyak catatan-catatan penting yang kemudian menjadi sumber data penulisan. Â Seperti misalnya wawancara dengan kedelapan belas awak Victoria oleh Maximillanus Transylvanus (hasilnya terbit dengan judul De Moluccis Insulis, 1522). Â Dari wawancara ini profil Enrique pun semakin terangkat. Â Selain disebut sebagai Enrique de Moluccas, dia juga dikenal dengan sebutan Enrique el Negro (Enrique si Kulit Hitam) dan Enrique Lingus D'Argento (Enrique si Lidah Perak).
Perlu juga saya sebutkan bahwa ahli sejarah kelautan Spanyol, Martin Fernandez de Navarette, dalam bukunya yang berjudul Collection de Los Viajes y Discubrimientos por mar los espanoles desde fines del sieglo XV (1837) juga menyebut bahwa Enrique adalah orang Maluku. Â
Dan fakta ini kemudian diperkuat dengan hadirnya film animasi La Primera Vuelta al Mundo yang dibesut oleh Jose Antonio Vittoria dan Garbine Losada. Â Film yang dibuat dalam rangka perayaan 500 tahun ekspedisi Magellan.
Saya dan Clavis Mundi
Saya tak ingin memungkiri bahwa Clavis Mundi adalah salah satu buku terbaik, karya anak bangsa, di 2022. Â Saya pun merasakan kebanggaan menjadi salah seorang dari ratusan pembaca yang begitu terkesan dengan setiap lembar yang tersaji di dalam buku ini.
Meskipun tebal, buku ini hadir dengan cover yang atraktif dan mewakili pengangkatan tokoh Enrique de Moluccas, font yang apik dan readable juga pengerjaan fisik buku yang mudah dan nyaman untuk dibuka dan direntangkan. Â
Yang pasti Clavis Mundi melahirkan banyak diskusi antara saya, Donna Widjajanto, Utama Prastha dan banyak putra daerah Tidore untuk membahas buku ini lebih dalam lagi. Â
Dalam satu kesempatan, kami pun mengadakan tukar pendapat, mengulik rangkaian diksi dan melahirkan satu kesamaan asumsi bahwa ternyata ada seorang putra Maluku (khususnya Tidore) yang namanya wajib disejajarkan dengan para pelaut dunia.Â
Enrique de Moluccas dan Clavis Mundi telah menyatukan kami sebagai sekelompok anak bangsa yang bangga dengan sejarah yang sudah terukir indah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H