Begitupun anak-anak yang dititipkan Allah kepada kita. Â Mereka sesungguhnya adalah milik Allah. Â Kita, para orang tua, diberikan kepercayaan untuk menjadikan mereka orang yang berakhlak mulia, hidup di jalur yang dibenarkan agama, dan bermanfaat bagi sesama. Â Semua ini adalah matematika yang rumusnya dipegang oleh Allah SWT. Â Begitupun dengan garis rezeki, takdir dan nasib yang wajib kita perjuangkan menjadi baik.
Menanamkan keikhlasan pada anak-anak menjadi bagian dari semua ini. Â Laila mengajarkan anak-anaknya untuk tetap bersedekah meski dalam keadaan sempit, Â Menjalankan perintah Nya sebagai tanda syukur dan ucapan terimakasih atas apa yang telah diberikan Nya. Â Meyakinkan bahwa sumber rejeki akan terbuka dimanapun, dari sumber manapun, selama kita berusaha.
Adakah kata atau kalimat yang menolak pun membantah apa yang sudah diuraikan di atas?
Buku Curhatan Bunda Milenial di Mata Saya
Saya memindahkan karya Laila ini ke tangan anak perempuan saya setelah buku Curhatan Bunda Milenial ini selesai dibaca. Â Reaksi pertamanya adalah tersenyum lalu muncul dengan satu pertanyaan yang sudah saya duga, "Adek kan masih remaja, belum mau menikah, untuk apa membaca buku seperti ini?"
Saya membalas senyuman manisnya sembari berkata, "Jangan terpaku pada judul atau genrenya. Â Konsentrasi saja pada manfaat yang akan kamu dapat. Â Sekarang mungkin belum butuh. Â Tapi menabung pengetahuan tentang apa yang akan kamu hadapi di masa depan adalah sebaik-baiknya manfaat"
Saya tak tahu bagaimana pendapat orang tua lain akan hal ini. Â Tapi menurut saya pribadi, sebagai seorang ibu dengan anak-anak yang memasuki usia dewasa, pola asuh yang bisa saya jalankan saat ini tentunya berbeda dari apa yang Laila alami dan lakukan. Â Jika area perjuangan Laila lebih pada pendidikan dasar, membangun pondasi karakter untuk anak-anak di masa tumbuh kembang, perjuangan saya lebih pada pematangan akhlak, pola pikir, dan kesiapan mereka memasuki dunia nyata dengan segala tantangannya. Â
Termasuk diantaranya adalah bersiap diri menjadi orang tua, Ayah atau Ibu bagi keturunan mereka. Â
Tidak ada satu tujuan pun bisa tercapai tanpa perencanaan. Â Tidak ada satu impian pun bisa terlaksana tanpa ikhtiar. Â Tidak ada satu pun kebahagiaan yang akan mampir ke dalam hidup kita jika kita tidak menyusun cara agar bisa memeluk kebahagian itu.
Semua harus dirintis sejak kita mulai menggoreskan pena bahkan sejak saat kita mulai berpikir untuk meraih kehidupan yang lebih baik.