Tapi Laila juga mengingatkan bahwa apa yang sementara terlepas dari hidup kita itu, rutinitas yang terkadang membuat seorang ibu bosan itu, adalah sesungguhnya keberuntungan buat seorang ibu muda. Â Lihatlah bahwa masih banyak disekitar kita, para perempuan yang masih harus berjuang untuk mendapatkan buah hati, yang menginginkan kesibukan-kesibukan itu di satu waktu itu.
Tenangkan diri dan nikmati saja. Â Masa-masa seperti ini betul hanya sementara saja. Â Kesibukan mengasuh anak-anak balita dan dalam proses tumbuh kembang, akan berlalu seiring dengan usia mereka yang beranjak besar dan dewasa. Â Ada masanya berbagai kenangan manis inilah yang nanti akan mengisi ingatan-ingatan kita akan masa kanak-kanak mereka.
Bab 3. Generasi Alfa
Mereka, anak-anak, bukanlah robot, melainkan khalifa.
Sampai pada bab ketiga yang ada di buku Curhatan Bunda Milenial saya terpaku. Â Saya begitu ingin duduk bersama Laila, berdiskusi, bertukar ide, pendapat bahkan ingin memeluknya. Â Di bagian ini, saya menemukan Laila hadir dengan pemikiran, cara berpikir, yang sesungguhnya adalah permata dari serangkaian proses pengasuhan. Â Seorang ibu milenial yang sedang mengajak ibu-ibu seusianya untuk merenung dan mengambil hikmah dari rangkaian kisah yang sudah Laila sampaikan di bab terdahulu.
Di bab ke-3 ini Laila mengajak kita untuk lebih memahami anak-anak, kekurangan, kelebihan dan uniknya pribadi mereka. Â Mengajak mereka untuk paham akan perbedaan bahkan dengan saudara sekandung sekalipun. Â Memberikan pendidikan agama sebagai pondasi kehidupan. Â Ilmu tentang akhlak, sopan santun dan melatih kemandirian. Â Termasuk diantaranya adalah 4 kata yang mengiringi kebiasaan-kebiasaan baik, yaitu: permisi, tolong, maaf dan terimakasih. Semua hal inilah yang nanti akan berkembang seiring sejalan dengan usia mereka. Â Setidaknya semua hal baik yang berproses bisa menjadi modal hidup bagi anak-anak.
Tiang agama. Â Salah satu kunci yang menjadi perkara penting dalam hidup yang Laila praktikkan untuk anak-anaknya. Â Meskipun secara praktik, pemahaman akan pentingnya tiang agama ini baru dinikmati oleh Omar, si sulung. Â Saya tersenyum gembira saat Laila menceritakan bagaimana Omar giat mengaji, pergi ke masjid dan mulai melaksanakan kewajiban shalat, layaknya seorang lelaki muslim. Â Omar mungkin belum bhaliq tapi saya bangga bahwa Laila sudah berhasil mengajarkan Oma tentang betapa pentingnya agama dalam hidupnya.
Hal lain yang wajib kita ingat juga adalah bahwa rumah adalah madrasah di setiap rumah tangga. Â Ibu adalah guru, Ayah adalah kepala sekolah, sementara anak-anak adalah muridnya. Â Ayah dan Ibu harus bekerjasama menyusun kurikulum terbaik, mengajarkannya, mengawasi dalam pelaksanaannya agar para murid lulus dengan predikat baik, terbaik, bahkan istimewa.
Bab 4. Kekuasaan Allah SWT
Ketika sampai pada bab terakhir ini, buku Curhatan Bunda Milenial dan Laila mengajak kita untuk merenung dan menyadari bahwa apapun yang terjadi tentunya atas seijin Yang Maha Kuasa. Â Bahkan selembar daun yang terjatuh dari pohon juga atas sepengetahuan Allah SWT. Suka dan duka, rezeki dan kemalangan, hidup dan mati, sesungguhnya adalah milik Sang Maha Perencana. Â Kita wajib berikhtiar, berusaha semaksimal mungkin, menjalankan perintah Nya, hingga Beliau ridho atas hidup kita.