Mohon tunggu...
Annie Nugraha
Annie Nugraha Mohon Tunggu... Seniman - Crafter, Blogger, Photography Enthusiast

Seorang istri dan ibu dari 2 orang anak. Menyukai dunia handmade craft khususnya wire jewelry (perhiasan kawat), senang menulis lewat blog www.annienugraha.com dan seorang penggemar photography

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Monumen Kapal Selam Surabaya, Jejak Kejayaan Maritim Indonesia

2 Mei 2021   04:22 Diperbarui: 3 Mei 2021   13:00 4242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rusia pun hanya menjual kapal selam tipe ini kepada "negara sahabat" termasuk Indonesia di dalamnya. Saya terpaku ketika menggaris bawahi statement ini. 

Pernah membaca beberapa buku sejarah Indonesia di jaman kepemimpinan Soekarno hingga pergolakan militer saat peristiwa G30S PKI (1965), saya semakin mahfum bagaimana hubungan RI dengan negara komunis seperti Rusia.

Kemampuan negara membeli alutsista secanggih ini di jaman masih dalam status "negara remaja" (17tahun) dan merangkak dalam hal perekonomian, menjadi satu isu yang (sebenarnya) sangat menarik untuk dibahas.

Gimana caranya kapal sebesar ini bisa nangkring dengan cantiknya di lahan terbatas di tengah kota Surabaya? Diboyong langsung jelas gak mungkin karena ukuran fisiknya.

Ternyata kapalnya dipotong-potong dulu menjadi 16 bagian di PT. PAL Indonesia, baru kemudian diangkut dan disambung/direkatkan kembali di Surabaya.

Jadi kapal selam yang saat itu saya lihat itu adalah wujud asli bukan tiruan.  Berwarna hitam legam, kapal KRI Pasopati 410, terlihat garang dan gagah.  Satu dari sekian banyak bukti fisik "properti" kekuatan peralatan perang di jamannya.

Eksplorasi Isi Perut KRI Pasopati 410

Saya touring (baca: naik motor) dibonceng Zulfa saat menuju ke Monkasel dari hotel tempat saya menginap.  Karena tidak membawa jaket, 5 menit sebelum berangkat saya minum sebungkus vitamin anti masuk angin dicampur dengan segelas air hangat.

Maklum yang namanya kasus enter-the-wind di usia seperti saya ini, kudu diperhatikan sangat.  Apalagi rencananya, setengah harian itu, saya akan diajak Zulfa ke beberapa tempat, nongkrong di beberapa ruangan terbuka.

Gak sampe 15 menit kemudian kami pun sampai di Monkasel.  Sebuah gerbang tinggi besar bertuliskan "Tabah Sampai Akhir" pun menyambut kami.  Berjalan gagah di bawah langit yang mendung kemudian menaiki tangga besi yang menempel di lambung kapal, kami tiba di bagian haluan, bagian terdepan sebuah kapal.

Sesaat setelah menunjukkan tiket masuk kepada petugas berseragam di pintu masuk kapal, saya sudah larut dengan kekaguman.  Persis di depan saya terpampang 4 lobang tempat menaruh torpedo lengkap dengan segala alat pengontrol peluncuran. Banyak banget perintilannya.  Sangat padat dan terpasang kuat menempel ke badan kapal.

Ruangannya lancip menjorok karena mengikuti moncong kapal yang juga berbentuk tajam, garang membelah air.  Ini baru di ruangan pertama/bagian depan. Diantara 2 lobang bawah, tersedia sebuah tempat duduk besi untuk berfoto.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun