Getaran konsisten bolak balik terasa saat saya sedang asik-asiknya main game Jewel Blast Dragon di gawai. Â Tampak notifikasi missed free call via WA dari Katerina. Â Sahabat blogger cilik mentik yang sudah lebih dari 5 tahun ini menghiasi lingkaran pertemanan dunia tulis menulis. Â Saya langsung riweh semriweh. Â Secara mainnya lagi seru-serunya dan tangan uzur saya belum terlatih untuk harus mendadak pindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain. Â Maklum. Â Lemot.
Ah, telpon balik aja, pikir saya. Â Dan karenanya saya pun kalah di babak yang lagi dimainkan. Â Eeehhh.
Saya langsung ngecek WA. Â Oh ternyata, ibu 2 anak itu sudah mengirimkan celotehan panjang kali lebar tapi belum saya baca. Â Pantes. Â Saya memutuskan untuk melihat pesannya dulu sebelum menelpon balik. Â Terlihat sebuah ajakan untuk mengikuti webinar sore itu juga. Â Mendadak saya terbangun. Â Apalagi setelah menilik judul webinarnya "Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea". Â Wah ada pengetahuan baru yang pantas dikulik nih. Â Jadi gak perlu waktu lama untuk saya berteriak "iya" saat kami berdua tersambung dalam sebuah percakapan.
Mengamati sederet informati lewat official flyer yang disebarkan, saya mencatat bahwa webinar ini diprakarsai oleh Omar Niode Foundation dan The Climate Reality Project Indonesia dan didukung oleh World Food Travel Association.  Presentasi dan diskusi on line ini diadakan dalam rangka World Food Travel Day yang jatuh pada 18 April dan Hari Bumi (Mother Earth's Day) pada 22 April.  Demikian yang disampaikan oleh Amanda Katili Niode, moderator diskusi dan juga adalah Chairwoman dari Omar Niode Foundation dan Ambassador Wold Food Travel Association - Wallacea.
Pembicaranya lumayan banyak. Â Berasal dari beragam institusi dan area keahlian yang berhubungan dengan isu atau topik webinar. Â Ada Aris Prasetyo dari Harian Kompas. Â Fitria Chaerani dari Campa Tour. Â Mohammad Firdaus dari Pangan Bijak Nusantara. Â Meilati Batubara dari Nusa Indonesian Gastronomy. Â Dan exclusively menghadirkan Erik Wolf yang menyampaikan recorded opening speech mewakili World Food Travel Association.
Ada yang pernah mendengar kata Wallacea dan Garis Wallace (Wallace Line) ?
Jika melihat dan mengamati peta di atas, kita tentunya akan langsung mendapatkan gambaran awal mengenai hal ini. Â Ada sesuatu yang ingin dijelaskan dan berhubungan erat dengan sebagian dari Indonesia bagian tengah dan juga sebagian lainnya dari Indonesia bagian timur.
Wallacea adalah kawasan biogeogratif yang mencakup sekelompok pulau-pulau dan kepulauan di wilayah Indonesia bagian tengah, terpisah dari paparan benua-benua Asia dan Australia oleh berbagai selat di dalamnya. Â Wallacea adalah zona transisi antara daerah biogeografi Indo-Malaya Raya dan Australia (Wikipedia Indonesia)
Kawasan Wallacea meliputi Sulawesi (terbesar dalam kelompok ini), Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor, Halmahera, Buru, Seram serta banyak pulau-pulau kecil diantaranya. Â Secara umum dapat dikatakan bahwa kawasan Wallacea memuat seluruh pulau Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Â Wilayah ini terletak diantara Paparan Sunda atau dangkalan Sunda di sebelah barat dan Paparan Sahul atau dangkalan Sahul di bagian timur. Â Total luas daratan kawasan Wallacea diperkirakan sekitar 347.000 km2. Â Di kawasan ini pulak terdapat 697 spesies burung dengan 249 (36%) diantaranya endemik. Â Di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya ada 328 spesies burung dengan 230 diantaranya tidak bermigrasi dan 97 spesies endemis (contohnya burung Maleo).
Nama atau penamaan Wallacea sendiri diambil dari seorang naturalis Alfred Russel WALLACE yang telah mendiskripsikan batas-batas biologis kawasan zoogeografis yang dikenal sebagai Garis Wallace (Wallace Line).
Lalu siapakah Alfred Russel Wallace ini?
ALFRED RUSSEL WALLACE
Saya membaca paragraf demi paragraf tautan jelajah.kompas.id saat ingin mengulik siapa sebenarnya Wallace. Â Saya mendadak tergugu dan tak henti berdecak kagum saat mengetahui bahwa Wallace adalah salah seorang ilmuwan yang sepantasnya disejajarkan dengan Charles Darwin (Darwin), seorang yang telah mengguncang dunia dengan teori evolusinya dan juga adalah panutan Wallace.
Lahir di Great Britain pada 8 Januari 1823, Wallace dikenal sebagai seorang Naturalis. Â Seorang yang mengadakan penyelidikan atau penelitian khusus mengenai binatang dan tumbuhan. Â Tapi seiring dengan pengembangan dari ilmu yang sudah beliau hadirkan, Wallace juga dikenal sebagai seorang Antropolog, ahli bidang antropologi, ilmu yang mempelajari tentang manusia. Â Lalu kemudian dianugerahi gelar sebagai Bapak Biogeografi, salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu.
Sempat menyampaikan Early Evolutionary Thinking dan teori tentang seleksi alam kehadapan Darwin, Wallace semasa hidupnya telah mengelilingi nusantara sejauh 22.400km dalam sebuah ekspedisi khusus mengenai kehidupan binatang dan tumbuhan yang dinamakan Operation Wallacea.  Ekspedisi mengelilingi Indonesia ini dimulai dari Singapura menuju Sawarak, Kalimantan pada 29 Oktober 1854 hingga berakhir di Bangka pada Januari 1862.
Dari penjelajahan di Indonesia selama 8 tahun ini beliau berhasil menemukan 310 spesimen mamalia, 100 spesimen reptil, 8050 spesimen burung, 7500 spesimen kerang dan 109.700 spesismen serangga (kupu-kupu, lebah atau ngengat).
Satu yang juga sempat tercatat dalam sejarah adalah Wallace sempat menerbitkan sebuah buku berjudul The Malay Archipelago: The land of the orang-utan and the bird of paradise. Â A narrative of travel with sketches of man and nature pada 1869. Â Buku ini berisikan petualangan keilmuan beliau selama 8 tahun penjelajahannya di Nusantara (1854-1862). Â Diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan diterbitkan pada 2009 oleh Komunitas Bambu buku ini lahir dengan judul Kepulauan Nusantara: Sebuah Kisah Perjalanan, Kajian Manusia dan Alam.
Atas sumbangsihnya pada dunia ilmu pengetahuan, Wallace mendapatkan sederetan penghargaan. Â Dua diantaranya yang saya intip lewat Wikipedia adalah:
Royal Medal. Â Sebuah award yang diinisiasi oleh Raja George IV dari Inggris dan dipersembahkan untuk mereka yang menyumbangkan atau melahirkan penemuan istimewa yang berkaitan dengan biologi, fisika dan ilmu-ilmu terapan lainnya. Â Wallace mendapatkan penghargaan ini pada 1868;
Darwin Medal. Â Sesuai dengan namanya, penghargaan ini diberikan untuk mengenang ilmuwan luar biasa, Charles Darwin. Â Wallace adalah orang pertama yang menerima penghargaan ini setelah berhasil menghadirkan sebuah teori yaitu Theory of Evolution by Natural Selection. Â Award ini diberikan kepada Wallace pada 1890;
Selain penghargaan yang berderet banyaknya, Wallace juga menulis banyak jurnal ilmiah (dulunya sepertinya berupa surat-surat yang ditulis tangan), serta meninggalkan spesimen-spesimen serangga dan kupu-kupu yang sudah diawetkan di British Library, London, Inggris.
Bumi Nusantara pun secara khusus memberikan penghargaan untuk Wallace. Â Digagas oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Yayasan Wallacea dan Komunitas Bambu, acara yang diadakan di Makassar, Sulawesi Selatan pada 2008 ini diadakan dalam rangka memperingati 150 tahun lahirnya teori evolusi. Â Mulai saat itu Ternate, salah satu kota di Maluku Utara yang sempat ditinggali selama 4 tahun oleh Wallace, ditetapkan sebagai tempat lahirnya teori seleksi alam yang digagas oleh Wallace. Â Turispun akhirnya banyak berdatangan ke Ternate hanya untuk mencari tahu dimana Wallace pernah tinggal.
Kontribusi lain dalam rangka mengenang keberadaan Wallace di nusantara adalah dengan kehadiran Monumen Wallace yang berada di daerah cagar alam Gunung Tangkoko yang berada di Bitung, Sulawesi Utara dan diresmikan pada 17 Juni 2019.
Merinding rasanya membayangkan bahwa dahulu, ratusan tahun yang lalu, ada seorang ilmuwan fenomenal yang pernah tinggal dan melakukan penelitian di bumi Nusantara. Â Seseorang yang berhasil menorehkan sejarah ilmu pengetahuan yang hingga saat ini membawa banyak manfaat bagi manusia lain di muka bumi. Â Jadi meskipun beliau sudah wafat sejak 1913, meninggalkan seorang istri dan 3 orang anak, apa yang telah dipersembahkan bagi dunia akan terus dikenang dan bermanfaat sepanjang masa.
JELAJAH ALAM WALLACEA
EKSPEDISI WALLACE. Â ARIS PRASETYO (ARIS), HARIAN KOMPAS
Lewat penuturan Aris, para peserta webinar mendapatkan tambahan pengetahuan bahwa Kompas telah mengadakan Ekspedisi Wallacea selama 6 bulan (Februari hingga Agustus 2019). Â Menelusuri 11 provinsi yang menjadi jalur atau zona dari ekspedisi yang pernah dilakukan oleh Wallace. Â Berbagai hal baru pun ditemukan selama dalam perjalanan, di setiap tempat yang mereka kunjungi. Â Termasuk diantaranya menemukan 17 macam sambal saat berada di Bacan dan berbagai jenis tumbuhan yang menjadi makanan utama khas daerah yang bersangkutan.
"Keragaman Adalah Takdir Nusantara" (Paul Smith, British Council)
Mengusung tema "Perjalanan Jurnalistik Harian Kompas. Â Memaknai Kembali The Malay Archipelago, buku AR Wallace yang Terbit 150 Tahun Lalu", ekpedisi yang didukung oleh British Council dan Donggi Senoro LNG ini berhasil mencatatkan kisah petualangan ilmu pengetahuan. Â Rangkaian educational traveling ini dituangkan lewat berbagai artikel berbobot yang dirangkum dalam sebuah tautan https://jelajah.kompas.id/episode/ekspedisi-wallacea
Membuka tautan ini bagai membuka puluhan buku baru yang ditumpuk dengan rapi di dalam sebuah gudang ilmu. Â Berbagai pengetahuan tentang Ekspedisi Wallacea yang dilakukan 1/2 tahun itu, terbentang luas untuk kita baca dan lahap berjam-jam bahkan mungkin berhari-hari. Â Terbagi atas 8 episode tulisan, Â ekspedisi ini memecah setiap pengalaman berdasarkan daerah yang dikunjungi. Â Episode 1 tentang Ternate, basis dari petualangan Wallace. Â Episode 2 tentang Pulau Seram, eksplorasi sagu dan keunikannya. Â Episode 3 tentang Sulawesi Utara, daerah pertahanan terakhir satwa endemik khas Indonesia. Â Episode 4 tentang Sulawesi Selatan, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Â Episode 5 tentang Sumba. Â Episode 6 tentang Nusa Tenggara Barat. Â Episode 7 tentang Manggarai Barat, Flores. Â Episode 8 tentang Sulawesi Barat, Taman Nasional Gandang Dewata.
Masing-masing episode pun terbagi atas beberapa tulisan yang ringkas dan sangat informatif. Â Dijamin. Â Siapapun yang membuka tautan di atas akan larut dalam ruang ilmu yang ingin diserap lagi dan lagi. Â Kita pun dapat membayangkan betapa luasnya ruang gerak ekspedisi Wallacea yang dilakukan oleh Wallace pada ratusan tahun yang lalu. Â Plus, tentu saja, menambah catatan pengetahuan akan destinasi wisata bagi kita yang tinggal di Indonesia barat.
WISATA HEMAT KE KAWASAN WALLACEA. Â FITRI CHAERANI (FITRI), CAMPA TOUR
Fitri membuka sesi dengan menampilkan beberapa foto tempat wisata yang ada di kawasan Wallacea. Â Sungguh bikin ngiler maksimal. Â Ngencesnya luar biasa apalagi di saat webinar ini diadakan kita masih terpenjara oleh pandemi Covid-19 (Corona) dan sangat disarankan untuk mengurangi mobilitas. Â Traveling beserta semua bisnis yang tersangkut di dalamnya pun masih belum kembali normal.
Selain menampilkan beberapa foto yang "menyelerakan" tadi, Â Fitri, seperti para traveler yang lain, termasuk kami para blogger yang mengikuti webinar ini, menyadari bahwa untuk mencapai berbagai daerah di Indonesia tengah dan timur butuh modal yang tak sedikit. Â Terutama untuk urusan transportasi udara. Â Jadi agar impian menjelajah kawasan ini bisa tercapai, ada rangkaian kebijakan pengeluaran yang harus kita susun terlebih dahulu.
Salah satunya adalah dengan membuat perencanaan cermat dan teliti yang meliputi transportasi (udara dan darat), akomodasi, makan, tiket untuk masuk tempat wisata, dan lain-lain. Â Untuk menyiasati penghematan di tempat yang dituju adalah dengan melibatkan orang-orang lokal. Â Karena bisa saja lewat mereka kita bisa mendapatkan fasilitas-fasilitas dengan harga murah atau setidaknya, jika beruntung, kita akan diundang makan gratis di rumah warga atau meminjam/menggunakan kendaraan untuk menunjang mobilitas dengan harga khusus.
Kalau sudah gini urusannya memang harus ya bekerjasama dengan tour and travel yang sering mengadakan paket perjalanan ke destinasi wisata yang dituju seperti Campa Tour ini.
JELAJAH KULINER WALLACEA
PANGAN BIJAK DALAM KULINER INDONESIA. Â MOHAMMAD FIRDAUS (FIRDAUS), PANGAN BIJAK NUSANTARA
Saya sempat membaca tentang konsep Pangan Bijak beberapa waktu yang lalu, sebelum mengikuti webinar ini. Â Jadi presentasi yang disampaikan oleh Firdaus kembali melengkapi ilmu yang sudah saya dapatkan sebelumnya.
Dari selembar presentation sheet yang berjudul Pangan Bijak Sarat Nilai, beberapa hal penting yang wajib kita perhatikan akan konsep ini benar-benar jadi satu rangkuman atau kesimpulan penuh makna. Â Semua hal yang seharusnya menjadi pembiasaan dan aturan yang harus dijalankan oleh semua orang yang terlibat di dalamnya. Â Poin-poin penting tersebut adalah:
LESTARI
Menggunakan varietas lokal;
Alami (termasuk organik);
Ramah lingkungan;
Berkelanjutan (memperhatikan keanekaragaman hayati, ketahanan ekosistem dan kesejahteraan produsen serta menghormati hak asasi manusia)
LOKAL
Bukan impor;
Diproduksi di daerah tersebut dan sekitarnya;
Mencantumkan identitas daerah termasuk identitas komunitas;
Bagian dari budaya dan kearifan masyarakat lokal;
SEHAT
Dari pangan alami;
Tidak mengandung pengawet buatan;
Bersih;
Bernutrisi
ADIL
Adil untuk lingkungan;
Dapat diakses konsumen;
Produsen sejahtera;
Harga pasar adil bagi produsen dan konsumen
Melengkapi 4 konsep di atas, Firdaus juga ingin menyampaikan agar setiap peraturan yang diterbitkan oleh pemerintah menyangkut pangan lebih dahulu merujuk pada kebijakan dan kearifan lokal. Â Apalagi untuk daerah-daerah yang terbiasa mengkonsumsi atau memiliki makanan utama berupa non-nasi (beras). Â Hal ini bukan hanya menyangkut kebiasaan tapi juga memanfaatkan budidaya lokal yang sudah tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah tersebut.
Pangan Bijak Aspek yang Tak Terpisahkan di Wisata Kuliner. Â Poin-poin tersebut di atas menjadi rangkuman yang melengkapi presentasi Firdaus. Â Yang paling penting dan menarik adalah poin terakhir yang menjadi satu kesatuan dengan topik webinar kali ini. Â Pangan Bijak Nusantara berharap agar lewat World Food Travel Day, keragaman hayati dan pangan atau kuliner setiap daerah di kawasan Wallacea dapat lebih dikenal.
Kita pun diajak untuk mengkampanyekan kesadaran mengkonsumsi produk pangan lokal di kawasan ini, yang bersinergi dengan unsur alam dan kesehatan, dan melibatkan komunitas atau pengusaha lokal, agar tetap tumbuh dan berkembang.
Seperti produk sagu dengan jenama SAGUKU yang sudah beredar di pasaran domestik, bahkan mungkin sudah dikenal, beredar dan dikonsumsi oleh warga internasional. Â Yang perlu kita ingat, sagu ini adalah salah satu bahan pangan utama yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat yang tinggal di Indonesia timur.
RAGAM KULINER WALLACEA. Â MEILATI HUTABARAT (MEI), NUSA INDONESIAN GASTRONOMY
Kehadiran Mei dari Nusa Indonesian Gastronomy melengkapi seluruh sajian dari Jelajah Kuliner. Â Presentasinya sungguh menggugah pengetahuan kita akan dunia pangan khususnya apa yang ada di kawasan Wallacea dan semua bahan alam yang digunakan untuk memproduksi sajian kuliner yang ada di sana.
Mei, istri dari Chef Ragil, dan sudah mengelilingi ratusan kabupaten yang ada di Indonesia ini, begitu lugas menyampaikan pengalaman beliau saat menjelajah dan menemukan rangkaian sumber daya alam di kawasan Wallacea. Â Ada berbagai bahan baku (bahan dasar) yang digunakan oleh masyarakat setempat sebagai materi utama dari produk kuliner mereka. Â Produk akhirnya pun tentu memiliki kekhasan tersendiri, baik dalam sajian visual maupun rasa dan mencerminkan identitas mereka sebagai daerah yang kaya akan rempah dan beberapa item yang hanya ada di sana.
Beberapa makanan yang ditampilkan Mei dan dibagi berdasarkan daerah asalnya adalah sebagai berikut. Â Di Sulawesi ada Kapurung, hidangan khas Bugis yang umum didapatkan di Luwu, Sulawesi Selatan. Â Terbuat dari bubur sagu yang disajikan dengan kuah ikan atau ayam serta sayur-sayuran dan jagung. Â Di Maluku ada Kue Bagea, kue khas Maluku Utara (yang masuk dalam zona Wallacea). Â Kue ini menggunakan bahan dasar utama tepung sagu, kenari, kayu manis, cengkeh, gula dan soda kue. Â Di Nusa Tenggara ada Se'i. Â Hidangan khas pulau Rote berupa daging asap yang sebelumnya diberi bumbu bawang merah, bawang putih, dan garam. Â Direndam selama satu malam, melewati proses pendinginan, lalu diasap sampai matang. Â Se'i bahkan sekarang lagi populer di tanah air. Â Saya termasuk salah seorang yang sering mengkonsumsinya karena di Cikarang sudah ada beberapa restoran yang menghidangkan khusus Se'i (Se'i sapi).
Menelusuri lebih lanjut tentang berbagai kuliner di zona Wallacea, Mei menemukan berbagai kekhasan yang wajib kita ketahui. Â Diantaranya adalah:
Menggunakan UMBI sebagai bahan utamanya. Â Seperti singkong, ubi, talas/ubi jalar. Â Disajikan dengan dicampur di dalam sup, dikukus maupun digoreng;
Jika warga di pinggir laut lebih banyak mengkonsumsi ikan dan hasil laut lainnya, warga di pedalaman memilih untuk menyantap DAGING (babi atau kerbau) yang umumnya dihidangkan dalam acara-acara adat;
JAGUNG khususnya di Nusa Tenggara digunakan sebagai hidangan utama untuk beberapa resep dan staple food seperti Jagung Titi;
Bahan lainnya adalah PISANG. Â Buah, bunga dan batangnya, bisa dijadikan bahan makanan. Â Sementara daunnya digunakan sebagai bagian dari proses memasak.
Lewat webinar ini juga, Mei yang sekarang sedang menyusun buku tentang resep tradisional nusantara, ingin menyampaikan beberapa isu tentang wisata yang sepertinya (sangat) tepat dan penting untuk disampaikan ke publik. Â Beberapa hal yang menurut saya akan menjadi faktor penentu dalam pelestarian kuliner nusantara.
Menggunakan BAHAN LOKAL yang tersedia di masing-masing daerah. Â Selain menjadi pengalaman tersendiri bagi para penikmat, bahan lokal juga bisa menjadi ciri khas yang akan dikenal dan dikenang;
Mengangkat RESEP LOKAL. Â Sehingga sajian yang disajikan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan;
PRODUK ARTISAN. Â Daripada menggunakan produk sachet, ada baiknya jika menghadirkan minuman-minuman lokal dalam wadah yang menarik. Â Selain lebih berkesan, cara seperti ini akan mengurangi penggunaan plastik. Â Salah satu wujud dari tindakan mencintai dan menjaga keterbelangsungan bumi;
STANDARD HIGIENIS. Â Menjaga kebersihan tentunya adalah hal penting yang wajib dijaga. Â Terutama untuk daerah-daerah wisata yang sarat akan pengunjung. Â Bersih tentu saja menciptakan kenyamanan, keamanan dan kesehatan. Â Menjaga kebersihan juga akan mencerminkan identitas diri kita.
"On the spiritual theory. Â Man consists essentially of a spiritual nature or mind intimately associated with spiritual body or soul. Â Both of which are developed in and by means of a material organism" (Afred Russel Wallace)
Terimakasih saya sampaikan untuk Omar Niode Foundation, The Climate Reality Project Indonesia, dan World Food Travel Association atas penyelenggaraan webinar yang berlimpah pengetahuan ini. Â Semoga event berkualitas seperti ini bisa lebih mengenalkan Wallacea secara lebih luas lagi, khususnya kepada masyarakat tanahair. Â Kecintaan terhadap keindahan alam dan kekayaan kuliner (khususnya di zona Wallacea) akan semakin bertumbuh dan melahirkan para petualang dan penulis materi kuliner yang handal dan berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H