Mohon tunggu...
Annida Arsya Putri
Annida Arsya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merenungi Masa Lalu, Menyongsong Masa Depan: Refleksi tentang Sosial Budaya di Indonesia

21 Juni 2024   20:02 Diperbarui: 21 Juni 2024   20:17 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa lalu bukanlah sesuatu yang harus kita lupakan, tetapi sebuah cermin yang bisa membantu kita melihat dengan lebih jelas arah yang akan kita tuju. Kita perlu menghargai warisan sejarah dan budaya yang telah diwariskan kepada kita, dan berkomitmen untuk terus memperbaiki diri dan masyarakat demi masa depan yang lebih cerah.

Melalui tulisan ini, saya ingin menggugah kesadaran kita semua untuk lebih bijaksana dalam menyikapi berbagai isu yang ada di sekitar kita. Dengan memahami masa lalu, kita bisa lebih siap menghadapi masa depan. Semoga refleksi ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang membangun bangsa yang lebih baik, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, solidaritas, dan kebersamaan. Mari kita bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih cerah, dengan belajar dari sejarah dan memori kolektif yang kita miliki.

              Observasi partisipatif yang dilakukan di beberapa komunitas adat di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa ritual dan tradisi lokal memainkan peran penting dalam melestarikan memori kolektif. Misalnya, upacara-upacara adat yang dilakukan secara rutin tidak hanya berfungsi sebagai ajang berkumpul dan berdoa, tetapi juga sebagai sarana untuk mengingatkan anggota komunitas akan sejarah dan nilai-nilai budaya mereka. 

Salah satu upacara adat yang menarik adalah ritual Ngaben di Bali, dimana melalui prosesi pembakaran jenazah, masyarakat diajak untuk merenungi siklus hidup dan mati, serta hubungan mereka dengan leluhur. Upacara ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sarana untuk menjaga dan memperkuat identitas budaya mereka di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.

               Globalisasi membawa tantangan besar bagi kelangsungan budaya lokal. Budaya asing yang masuk melalui media massa dan teknologi digital dapat mengikis nilai-nilai dan tradisi lokal. Sebagai contoh, di kalangan generasi muda, penggunaan bahasa daerah semakin berkurang dan digantikan oleh bahasa Indonesia atau bahkan bahasa asing seperti bahasa Inggris. 

Budaya konsumtif dan gaya hidup modern juga mulai menggantikan nilai-nilai kebersamaan dan gotong-royong yang selama ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan hilangnya identitas budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Dalam membentuk identitas sosial budaya masyarakat Indonesia memori kolektif memiliki peran yang sangat penting. Meskipun kita hidup di era modern dengan segala kemajuan teknologi dan globalisasi, memori kolektif tetap menjadi fondasi penting yang mempengaruhi cara pandang dan sikap kita terhadap berbagai isu yang ada.

               Ritual dan tradisi lokal tidak hanya berfungsi sebagai praktik budaya, tetapi juga sebagai mekanisme penting dalam menjaga keberlanjutan memori kolektif. Melalui upacara-upacara adat, nilai-nilai dan sejarah budaya dapat diwariskan dari generasi ke generasi. 

Hal ini selaras dengan pandangan Clifford Geertz, yang menekankan bahwa ritual adalah cara penting untuk mengkomunikasikan dan memperkuat sistem kepercayaan budaya. Dalam masyarakat yang semakin terfragmentasi oleh modernisasi dan globalisasi, ritual adat berperan sebagai benteng terakhir dalam mempertahankan identitas dan integritas budaya.

              Tantangan globalisasi terhadap identitas budaya lokal menjadi semakin nyata, terutama di kalangan generasi muda. Masuknya budaya asing melalui media digital dan hiburan populer dapat menggerus nilai-nilai budaya lokal. Ini sejalan dengan pandangan Anthony Giddens tentang modernitas, yang menyatakan bahwa globalisasi dapat menciptakan ketegangan antara tradisi dan modernitas. 

Namun, penting untuk diingat bahwa identitas budaya tidak statis, melainkan dinamis dan terus berkembang. Dalam menghadapi arus globalisasi, tantangan bagi masyarakat Indonesia adalah bagaimana memanfaatkan teknologi dan informasi untuk memperkuat dan mempromosikan budaya lokal, bukan untuk menghapusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun