Mohon tunggu...
Annias Suci Pratamia
Annias Suci Pratamia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya menyukai kegiatan menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perbedaan Waktu Idulfitri di Indonesia

14 Mei 2023   19:45 Diperbarui: 14 Mei 2023   19:58 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PERBEDAAN WAKTU IDUL FITRI DI INDONESIA

 Perbedaan pendapat merupakan suatu hal yang lumrah dan biasa dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk juga dalam menetapkan suatu permasalahan yang dihadapi dalam hidup ini. Maka dari itu banyak sekali orang yang mengutarakan pendapat-pendapatnya dalam berbagai problematika masalah kehidupan.Dalam hal agama pun banyak sekali berbagai macam perbedaan-perbedaan pendapat. 

Dari perbedaan pendapat tersebut maka muncul berbagai macam pendapat yang dapat di tampung kebenarannya dan dapat menjadi dasar dalam menetapkan berbagai pemecahan masalah yang sedang di hadapi.Oleh karena itu permasalahan yang di hadapi akan cepat selesai dan menghasilkan suatu kesepakatan yang baik dan benar. 

 Dalam lingkungan agama pun juga terdapat banyak sekali perbedaan-perbedaan pendapat mengenai permasalahan-permasalahan seputar dunia keagamaan. Mulai dari masalah fiqhiyyah,furu'iyah,ushuliyyah,khilafiyyah dan lainnya di dalam masalah tersebut.Nah,perbedaan pendapat tersebut berdasarkan perbedaan pendapat dari kalangan imam mahzab,ulama,pemerintah,hakim, dan lainnya yang menimbulkan suatu perbedaan dalam berpendapat.Jika perbedaan pendapat di kalangan para ulama biasanya di sebut dengan iijtihad serta istinbat dan perbedaan pendapat di kalangan hakim di sebut dengan dissenting opinion dalam persidangan. 

 Perbedaan pendapat dalam masalah agama yang menjadi pembahasan adalah tentang perbedaan idul Fitri atau 1 Syawal di berbagai wilayah di Indonesia.Hal tersebut menjadi suatu contoh dalam perbedaan pendapat yang menjadi sebuah perbedaan pendapat di kalangan para ulama dan pemerintah yang ada di Indonesia.Dari perbedaan pendapat tersebut maka waktu Hari raya Idul Fitri atau lebaran berbeda-beda dari setiap wilayah di Indonesia.

 Dalam masalah Idul Fitri tersebut terdapat berbagai perbedaan pendapat dari kalangan ulama dan pemerintah di Indonesia.Selain dari perbedaan pendapat tersebut terdapat juga perbedaan metode menentukan 1 syawal atau Idul Fitri.

Dalam menentukan Idul Fitri terdapat beberapa metode atau cara, yaitu metode Hisab (perhitungan) dan metode Rukyatul Hilal (pengamatan).Metode Hisab ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan ilmu falaq atau astronomi untuk memastikan hilal sudah wujud atau ada. Metode Rukyatul Hilal ini dilakukan dengan cara melihat dan mengamati Hilal atau biasa di sebut dengan bulan sabit setelah bulan baru dengan menggunakan teropong.

 Idul Fitri di tahun 2023 ini terdapat banyak perbedaan pendapat antara para Ulama Muhammadiyah, Ulama NU, dan Pemerintah di Indonesia.Dalam menentukan awal bulan qomariyah atau 1 Syawal ini terdapat perbedaan pendapat dan metode,sehingga Idul Fitri tahun ini berbeda-beda dari satu daerah di Indonesia.Dalam menetapkan Idul Fitri ulama-ulama Muhammadiyah selalu menggunakan metode hisab atau metode perhitungan.Maka dari itu Puasa Ramadhannya hanya 29 hari dan Muhammadiyyah menetapkan 1 syawal jatuh pada tanggal 21 April 2023 yang bertepatan pada hari Jum'at.

Sedangkan ulama-ulama NU dalam menetapkan Idul Fitri atau 1 Syawal dengan menggunakan Rukyatul Hilal atau pengamatan Hilal.Pemerintah dalam menentukan Idul Fitri sebenarnya menggunakan metode imkanur Rukyat untuk menyatukan perbedaan metode Hisab dan Rukyatul Hilal.Dalam menggunakan Imkanur Rukyat ini pemerintah pada hari Kamis belum melihat Hilal,maka sidang isbat pemerintah memutuskan dan menentukan 1 Syawal jatuh pada hari Sabtu dan puasanya genap 30 hari atau sebulan penuh.Sehingga pada tahun 2023 ini, Idul Fitri atau lebaran Pemerintah sama dengan NU yaitu pada tanggal 22 April 2023.

 Pada perbedaan pendapat mengenai waktu Idul Fitri atau biasanya di sebut juga dengan lebaran ini menimbulkan isu di kalangan masyarakat awam.Masyarakat awam banyak yang mengganggap bahwa hari Idul Fitrinya itu yang paling benar dari pada orang lain yang hari Idul Fitrinya berbeda dengannya.

Selain itu,terkadang mereka itu tidak toleransi dan menghargai perbedaan hari Idul Fitri dari orang lain.Maka dari permasalahan tersebut dapat menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kerukunan dan keharmonisan antar masyarakat.Bahkan bukan hanya itu, permasalahan tersebut bisa juga menimbulkan perpecahan dan terputusnya tali silaturahmi antar umat muslim. 

 Permasalahan tersebut harus segera di tangani dan di selesaikan untuk menghilangkan atau meminimalisir perbuatan yang tidak baik itu.Walaupun perbuatan itu sepele akan tetapi banyak dampak yang di timbulkan.Nah, maka dari pada itu perlu adanya suatu penanganan dan pencerahan agar masyarakat tidak lagi berasumsi bahwa pendapat dan keyakinannya yang paling benar.Selain itu juga kebanyakan masyarakat yang tidak toleransi dan tidak menghargai pendapat orang lain, apalagi dalam hal waktu lebaran atau idul fitri.

Dari problem masalah tersebut maka harus ada cara atau langkah-langkah untuk menyelesaikan problematika masalah tersebut dan mengarahkan masyarakat kearah yang benar. 

 Berikut ini cara- cara efektif yang dapat digunakan untuk menangani permasalahan tersebut dan dapat menumbuhkan sikap toleran dalam bermasyarakat:

1) Mengadakan sebuah acara kemasyarakatan dalam rangka memberikan pencerahan terhadap persoalan waktu lebaran itu semuanya benar dan sama, tidak ada yang paling benar sendiri. 

 2) Masyarakat di beri bimbingan untuk bersikap toleran terhadap perbedaan pendapat, baik itu dalam bidang agama maupun yang lainnya. Jika dalam masalah ini dalam hal lebaran maka toleransinya adalah dengan menghargai idul fitri orang lain. Maksudnya di sini adalah dengan berkunjung ke rumahnya diwaktu hari lebarannya bukan di hari lebarannya. 

3) Memberikan sebuah imbauan kepada masyarakat bahwa perbedaan pendapat itu adalah hal yang biasa dan perbedaan pendapat itu adalah sebuah rahmat yang di berikan Allah kepada manusia agar dapat mencapai suatu tujuan serta dapat memecahkan suatu permasalahan di dunia yang fana ini. 

4) Mengadakan acara halal bihalal sehabis lebaran untuk merekatkan ukhuwah dan menjalin silaturahim antar masyarakat. 

 Dengan menggunakan cara/langkah tersebut permasalahan akan dapat di tangani dengan baik dan maksimal.Selain itu juga dapat meminimalisir dampak yang di timbulkan dari permasalahan tersebut.Semoga dengan cara tersebut membuat masyarakat tidak melakukan perbuatan yang tidak baik tersebut.

Sehingga dalam bermasyarakat ini masyarakat akan lebih mengedepankan sikap toleransi, serta mengganggap perbedaan pendapat itu sesuatu yang biasa dalam diri manusia.Nah, maka dari itu perbedaan pendapat itu bukan hal yang perlu untuk di perdebatkan dan di permasalahan dalam menetapkan suatu tujuan tertentu.Termasuk juga perbedaan pendapat tentang waktu idul fitri atau lebaran di Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun