Mohon tunggu...
Ani Sri Mardiati
Ani Sri Mardiati Mohon Tunggu... -

i just ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ekonomi Lagi-lagi Kendalanya

23 April 2012   04:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:15 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi mulai datang namun perasaan marah jengkel dan benci yang terus mengitari pikiran, seolah-olah kemarahan tertuangkan didalam keadaan sekarang ini. Rasa capek,sia-sia tak berguna dalam kepulangan ku pada hari jum’at kemarin, diliputi kebingungan kemarahan yang menjadikan perasaan ingin meneteskan air mata jika teringat akan kejadian 3 hari yang lalu.saya sampai di rumah kurebahkan tubuh dan Istirahat yang saya rasakan hanya sejenak yang saya gunakan untuk mengumpulkan tenaga buat besok, namun semua hanya angan-angan dan rencana belaka tak ada kenyataannya, semua jadwal dan rencanayang sudah saya atur gagal gara-gara orang tua saya sendiri, saya tak bermaksud menyalahkan orang tua namun kalo bukan karena mereka semuanya tak bakalan seperti ini, akhirnya saya terdiam dan berkata “Sabar inilah ujian yang harus kamu jalani” dan sayapun diam memikirkan harus bagaimana namun tak kunjung ada ide maupun jawaban.

Minggu 22 April 2012 Saya bertekad untuk berangkat kembali ke Surabaya dengan angan bisa tercapai dan dapatkan semuanya, sebelum berangkat q siap-siap, namun kembali kegagalan itu kembali datang, ku buka dompet ku berwarna coklat yang ada didalam tas kecilku namun tak sepeserpun ada uang didalamnya. Saya diam lagi didalam kamar sambil merenungkan bagaimana caranya saya bisa kembali ke Surabaya tanpa membawa uang sepeserpun,akhirnya ku urungkan niatku untuk kembali ke Surabaya karena saya merasa tak ada nyali untuk berangkat tnapa membawa seserpun uang, saya memikirkan bagaimana caranya hidup di kita metropolitan seperti itu tanpa sepeser uang, saya coba beranikan bicara ke pada kedua orang tuaku namun semuanya sia-sia belaka beliau berkata” Nduk abah karo umi ndak iso nyangoni awakmu gawe balek di Surabaya” dengan perasaan yang sedikit swedih dan bingung mesti bagaimana.

Senin,23 April 2012 habis subuh dengan niat Bismillahirrahmanirrahim, saya bertekad berangkat dan berpamitan ke kedua orang tua dan di kasih uang saku ama umi yang hanya cukup buat perjalanan satukali saja, saya masih bersyukur dapatkan semua itu, kemudian bertekad berangkat menuju terminal dan naik bis jurusan Tulungagung-Surabaya.dengan tekat bilang ke kondektur bis “Pak kulo nderek sareng, kulo adik ipun pak huda Sopir” dan kondektur itupun bilang “oh inggih mb”. Perasaan lega sedikit terobati karena saya bisa kembali menuju Surabaya dengan tumpangan itu, namun dalam benak dan fikiran masih berputar memikirkan bagaimana caranya hidup di kota dengan uang 2 lembar limaribuan.

Dengan perasaan sedih dan Kebingungan yang terus meningkat membuat saya berfikir bagaimana saya harus bisa dapatkan uang dan untuk bisa hidup dan melanjutkan kuliah ku yang kurang bentar ini namun sekali lagi kekurangan ekonomi adalah kendalaku untuk sekarang ini. Kendala yang semua orang bingung bagaimana mengatasi semua ini.

Ekonomi yang semakin hari semakin tak karu-karuan, mencari kerja susah membut lapangn kerjaan sendiri banyak terbentur kekurangan modal usaha. Kekurangan Ekonomi yang juga menagkibatkan banyak kejahatan dimana-mana, banyak orang mengahalalkan segala cara demi sepeser uang dan sesuap nasi untuk melanjutkan hidupnya dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun