SUARA HATI
Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi. Jena segera menuju bus kota yang berhenti didepannya. Setelah 30 menit, ia pun turun disebuah halte bus. Suasana tampak ramai. Banyak penumpang lalu Lalang naik dan turun dari angkutan umum.
Jena berjalan lima puluh meter ke arah barat melewati jembatan menuju warung kecil. Segera ia membeli minuman dingin dan duduk di bangku samping warung.
Hampir satu jam kemudian, tampak seorang pria dengan motor Honda CB berwarna putih menghampirinya. Jena tampak santai. Tak ada rasa marah di wajahnya meski telah menunggu hampir satu jam lamanya.
 ,"Maaf menunggu lama," aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku. Kamu mendadak sekali kasih kabarnya," ucap Amar, Laki-laki tinggi berkulit putih dengan tatapan penuh cinta.
,"Gak masalah," jawab Jena sambil tersenyum.
,"Kemana kita," Tanya Amar
,"Aku hanya ingin berkeliling sebentar disekitar sini,"
Hampir satu jam berkeliling tanpa tujuan, Jena meminta Amar agar mengantarnya ke terminal saja.
,"Amar pun mengiayakan permintaan perempuan yang diboncengnya.
Selama dalam perjalanan, mereka tak banyak bicara. Tak seperti saat mereka chat di whats app yang begitu banyak obrolan menarik diantara keduanya. Bercerita tentang kegiatan, pekerjaan dan pengalaman masa lalu yang seakan tidak ada habisnya.
Sesampainya diterminal, Jena tidak langsung meninggalkan Amar. Mereka berbicara sebentar.
,"Ya sudah, aku masuk terminal dulu," Pamit Jena.
Amar menarik tangan Jena karena ia masih ingin berbicara. Namun Jena menepis tangan pria yang dikenalnya sejak SMA.
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Amar, bukan bahagia yang dirasakan Jena. Ia merasa malu dan sangat bersalah.
 ,"Bagaimana mungkin seorang istri dan ibu dari satu putri dengan suami yang sangat menyayangi keluarga bisa menemui mantan pacarnya saat SMA. Apalagi mantan pacarnya itu juga mempunyai istri dengan dua anak ," tangisnya dalam Doa di keheningan malam.
Segera ia mengambil hand phone yang berada di meja dekat dengan tempat sujudnya.
,"Assalamualikum. Mohon untuk tidak menghubungi lagi setelah ini. Semoga kita menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tulis Jena dengan emoticon dua tangan menengadah.
Dengarlah suara hatimu. Hanya kebaikan yang akan menenangkan dan menyelamatkanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H