Cahaya dan teman-temannya di kampung Inggris memang hanya sampai hari Senin sampai Jumat. Selebihnya, libur Sabtu dan Minggu banyak dimanfaatkan untuk pulang atau berjalan-jalan untuk mengunjungi tempat wisata yang ada di sekitarnya.
Kursus program liburan yang diambilKampung Inggris Pare, yang berada di desa Tulungrejo ini memang menawarkan begitu banyak potensi wisata. Sawah-sawah dengan tanaman sayur yang indah, sungai-sungai dan rerimbunan pohon bambu yang masih asri, pasar-pasar yang begitu ramai seolah menjadi tempat hiburan yang banyak diminati.
Meskipun Cahaya dan kelima temannya kursus di tempat yang sama, tetapi mereka berada di kelas yang berbeda-beda. Meski begitu, Cahaya sudah mempunyai beberapa teman baik yang dikenalnya dari satu kelasnya. Fitri, mahasiswa dari Jember yang begitu cantik dan lemah lembut, Niha dan Rini, mahasiswa dari Malang yang sangat manis dan baik hati. Hari itu, minggu kedua setelah mereka memulai kursus.
Tempat kursus Cahaya mengadakan study tour ke tempat wisata yang berada di sekitarnya. Selain untuk refreshing, acara study tour juga untuk melatih conversation bahasa Inggris yang telah mereka dapatkan di kelas selama dua minggu ini. Cahaya dan rombongan teman-temannya dari Surabaya berencana naik andong. Teman-temannya yang lain ada yang menyewa sepeda, motor, mobil, bahkan ada yang menyewa angkutan.
Dalam perjalanan pulang dari kelas kursus, Jaya, seorang mahasiswa dari Tasikmalaya tampak berjalan cepat mengejar Cahaya.
"Aya, please ride bike with me on studi tour tomorrow. I will rent bike for you," pinta Jaya kepada Cahaya.
"I'm sorry, i and my boardinghouse friends was planned ride the horse cart. So sorry Jaya," jawab Cahaya.
"Oke, nevermind," jawab Jaya agak kecewa, "Maybe another time we can refrreshing together?" tanya Jaya lagi.
"Ok. See you tomorrow," jawab Cahaya sambil belok ke kosnya yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat kursus.
Cahaya memang mencoba selalu menjaga jarak dengan setiap lelaki yang ingin mendekatinya. Ia tak ingin akan ada hati yang kecewa jika membalas kebaikannya. Sementara ia masih belum ingin menjalin hubungan dengan siapa pun.Â
Keesokan harinya, hari Sabtu jam enam pagi mereka sudah mulai berkumpul di tempat yang sudah ditentukan. Ada yang naik sepeda ontel, andong, motor dan mobil. Tujuan pertama mereka adalah candi Surowono. Cahaya dan kelima teman lainnya, empat di belakang dan satu di samping kemudi tampak menikmati perjalanannya.
Meski kadang mereka berteriak ketakutan karena kuda yang berlari dengan kencang yang membuat seakan muatan tak seimbang karenanya. Dalam perjalanan, tampak sungai-sungai kecil dengan air yang bersih selain untuk pengairan dan budidaya ikan. Hamparan sawah menghijau dengan tanaman hortikultura yang sangat menawan.
Cuaca yang asri dan dingin seperti pegunungan menambah indahnya pemandangan. Setelah hampir 20 menit perjalanan, akhirnya sampailah di tempat tujuan. Para pengunjung dari tempat kursus Cahaya segera berkumpul dengan tutor yang mereka panggil dengan panggilan mister dan miss.
"Oke class, please your gather up with your class and hear your tutor about history of Surowono. Please, keep speak english every conversation with your friend. Oke?" terang Mister i, salah seorang tutor Cahaya di kelas kursus. Segera mereka berkumpul sesuai kelasnya masing-masing disertai seorang tutor sebagai pembandu wisata.
"Surowono is a Hindu temple of Majapahit Kingdom, Located in Canggu Village of the kediri near Pare Distric in EAST Java Indonesia. It was believed to have been bulit in 1390 AD as memorial to Wijayarajasa, The prince of Wengker. As of today the temple is not fully intact. Only the base of the temple has been restored to its original form and many more bricks are waiting around the structure to be reassembled," terang Miss Tri, tutor di kelompok Cahaya.
"The temple is small, only 8 x 8 meters. The temple, which made of entirely andesite stones, is a Shiva temple. Currently the whole body and roof the temple have gone without a trace. Only the 3 meter high temple base remains in its place. To access the veranda on the temple based, a narrow stairway is available on the west side. From tha stairway positon, it can be concluded that this temple faces towards the west," tambah tutor imut berjilbab tersebut.
"Oke class, any question about this place or the word what you dont understand?" tanyanya kepada hampir lima belas remaja dalam kelompoknya. Satu per satu teman Cahaya bertanya dengan berbicara bahasa Inggris sambil terbata-bata.
Dan kini, giliran Cahaya bertanya. "Know, what this tample using to educational tourism only?" tanya Cahaya.
"Oke, Cahaya. This in addition to being place of educational tourism, Surowono temple was also often used as a place of ritual." Miss Tri.
"Oke. Thanks Miss," jawab Cahaya sambil me-ngangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Di tempat lain, tampak tutor yang lain juga menerangkan tentang sejarah Candi Surowono. Mungkin karena anggota kelas tersebut banyak yang belum mengerti dengan penjelasan dengan bahasa Inggris, tutor juga menerangkan dengan bahasa Indonesia.
"Candi Surowono adalah candi Hindu peninggalan kerajaan Majapahit yang terletak di Desa Canggu Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Meski hanya meninggalkan bangunan kaki saja, namun nampaknya, candi ini dulunya sangat gagah. Kaki candi terlihat berukuran sangat besar.Â
Candi ini diperkirakan dibangun pada abad 14 untuk memuliakan seorang raja dari kerajaan Wengker yang merupakan bawahan Majapahit. Candi ini juga beberapa kali disebut dalam Negarakertagama. Candi Surowono memiliki ukuran yang tidak begitu besar. Ukurannya 8 x 8 meter persegi. Keseluruhan bangunan tersusun atas batuan andesit. Di sekitar candi Surowono juga terdapat bebarapa arca. Salah satunya adalah arca Resi Agastya yang tampak rusak bagian atas dan bagian bawahnya."
"Oke the last information to you that Surowono temple was renovated. Pricisly in 1997 ago, in the supervision of conservation heritage hall (BPCB) Trowulan. To enter this temple area is charged a volunary free."
"Know, you can enjoy this place, take the picture for the memories, keep speak english with your friend," pungkas tutor yang sangat fasih bahasa Inggris tersebut sambil meninggalkan rombongannya. Cahaya dan teman-temannya pun langsung berpencar. Ada yang ngobrol dan berpose ke sana kemari dengan riangnya. Ada yang berkumpul sambil membawa bekal cemilan yang dibawa.
Setelah sampai waktu yang ditentukan. Rombongan mereka pun menuju pasar sayur untuk berbelanja dan pulang. Cahaya dan beberapa temannya membeli ladu yang berwarna-warni, jilbab. Sedangkan beberapa temannya yang lain ada yang berbelanja sayur.
"Aku mau bikin plecing kangkung. Besok, kita masak-masak," kata Khusna, salah seorang teman kosnya yang berasal dari Lombok.Â
Meski tak semua kata yang diucapkan tutornya dapat ia tangkap semua, tapi, sedikit-sedikit Cahaya mampu menerjemahkan. Karena kemampuan dari teman-teman Cahaya yang tidak sama, ada yang langsung merespon pertanyaan dengan bahasa Inggris, tapi tak sedikit yang mengangguk-anggukan kepala saja. Entah mereka mengerti atau tidak. Yang jelas, jika ingin bisa cepat berbicara bahasa Inggris, maka harus sering berbicara atau speaking sesering mungkin. Tidak usah takut salah, karena practice make perfect. Itulah kata-kata yang selalu Cahaya ingat dari beberapa tutor di kelas kursusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H