Cahaya naik kelas tiga di Madrasah Aliyah (MA). Jurusan IPA yang dia ambil dengan 24 temannya sekelas memberikan suasana baru. Ada yang sudah pernah satu kelas, ada juga yang pertama kali sekelas. Harus adaptasi dan mengenal lagi. Bagi Cahaya tidaklah masalah, karena ia bisa berteman dengan siapa pun dan lama-kelamaan ia akan menemukan teman yang cocok dengan sendirinya.
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah        Risa adalah teman sebangkunya yang baru di jurusan IPA. Risa, gadis kecil bersuara lantang ini adalah anak yang ramai, ramah dan ceplas-ceplos apa adanya. Berbeda dengan Cahaya yang kalem, pendiam dan tidak banyak bicara. Meskipun berbeda karakter, namun Cahaya seakan sudah menemukan teman yang cocok di  awal masuk sekolah. Ia dan Risa ke sana kemari berdua dengan kompaknya.
        Muhamad Arya, atau yang biasa disapa Ary, adalah salah satu dari teman laki-laki sekelasnya. Ia adalah orang yang sejak awal menarik perhatian Cahaya. Begitu pun sebaliknya. Ary merupakan teman sekelas Cahaya yang baru di kelas tiga. Datang selalu terlambat dan pulang sebelum waktunya. Bisa dibilang, ia salah satu siswa yang kurang baik. Hampir setiap hari, ketika jam pelajaran dimulai, Ary yang bangkunya di belakang Cahaya, selalu memanggil nama Cahaya untuk meminjam bolpoin. Dan itu, hampir setiap hari. Itu sebabnya Cahaya selalu membawa bolpoin dan pensil serta penghapus lebih jika ada teman-temannya yang meminjam.
        Hari itu, jam pertama pelajaran, Ary selalu terlambat. Ketika ditanya Bu Guru kenapa terlambat, "Nunggu angkutannya lama, Bu," katanya selalu. Segera Bu Guru menyuruhnya masuk.
        "Aya, Cahaya," panggilnya lirih. Tanpa menoleh, Cahaya langsung memberikan bolpoin yang ia pegang." Karena beranggapan Ary hendak meminjam bolpoin seperti biasanya.
        "Aku tidak pinjam bolpoin, cuma mau ngasih permen," katanya sambil memberikan permen yang dibungkus warna biru dengan tulisan i love you.
        Meski suka, tapi ia tak ingin menunjukkannya. Baginya, Ary hanya penyemangat saat berada di sekolah. Tak ingin lebih jauh dari itu.
        Waktu itu, saat jam kosong, seperti biasa Cahaya dan teman sekelasnya sangat bahagia. Apalagi waktu itu pelajaran Bahasa Arab yang tidak disukai banyak anak karena takut pada guru yang mengajar. Cahaya dan teman-teman sekelasnya langsung saja berpindah tempat duduk mengobrol dengan teman yang lain dengan sesuka hati. Cahaya yang duduk di pojok belakang kelas sedang asyik ngobrol dengan tiga teman lainnya. Tiba-tiba Ary menghampirinya dan meminta Risa yang duduk di se-belahnya pindah dengan mengedipkan mata.
        "Aku ke sana dulu ya, Mbak," izin Risa kepada Cahaya.
Risa pun menggelengkan kepala dan mengernyitkan dahinya tanda tidak suka. Meski teman, tapi tidak tahu kenapa Risa selalu memanggil mbak kepada Cahaya. Meski keberatan, toh Risa tetap berdiri dan meninggalkan tempat duduk.
        Ary langsung duduk di sebelah Cahaya dengan senangnya langsung saja ikut nimbrung obrolan cewek-cewek teman sekelasnya. Ketika sedang asyik ngobrol, tiba-tiba, Cahaya merasakan ada yang sedang memegang jemari tangan kirinya dengan paksa. Dan itu adalah tangan Ary. Ia pun langsung berusaha melepaskan tangan tersebut. Karena tak ingin ketahuan kedua teman di depannya yang sedari tadi ngobrol dengannya, Cahaya mencoba melepaskan pegangan itu dengan pelan. Mengetahui Cahaya ingin melepaskan jemarinya, Ary malah semakin erat memegang dan meremas jari Cahaya. Akhirnya Cahaya hanya diam karena tidak ingin kedua temannya tahu kejadian tersebut.