Mohon tunggu...
Anni Rosidah
Anni Rosidah Mohon Tunggu... Guru - Penulis Buku Arah Cahaya

Jaga Selalu cita-cita dan mimpimu. Jangan Pernah kau padamkan. Mesti setitik, cita-cita dan mimpi itu akan mencari jalannya

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Arah Cahaya Part 2 (Sakit, Antara Minda dan Salira)

1 Agustus 2023   13:07 Diperbarui: 7 September 2023   16:37 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang, setiap kali berobat, Yasif, kakak laki-laki Cahaya dan ibunya yang mengantar. Entah kenapa, kali ini Cahaya minta diantar bapaknya.

"Ya sudah, ayo!" jawab Abdul, ayah Cahaya yang saat itu sedang santai di rumah.

Segera Abdul mengambil motor GL hitam merah yang masih terparkir di teras rumah. Sore itu, sekitar jam empat Cahaya berobat ke dokter langganannya yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumah. Sesampainya di tempat praktek dokter, tampak tiga pasien laki-laki usia dewasa dan seorang ibu sambil menggendong anak perempuan sedang menunggu antrean.

                Segera Cahaya duduk di tempat duduk pasien disusul bapaknya yang mengambilkan nomer antrean. Setelah menunggu hampir 30 menit, giliran Cahaya masuk ke ruang praktek dokter. Sambil menahan demam dan menggigil kedinginan, ia langsung tidur di tempat periksa. Dokter memeriksa mata dan mulutnya.

                "Sudah berapa hari sakitnya?" tanya dokter sambil mengambil stetoskop yang sedari tadi digantungkan di lehernya dan membuka kancing baju bagian atas Cahaya untuk memeriksa bagian dada dan perut dengan lembut.

                "Diare?" tanya dokter lagi.

                "Iya Dok," jawab Cahaya lemah.

                "Bisa jadi karena kebanyakan pikiran ini," ungkap dokter.

                "Pikiran apa Dok?" timpal Abdul, bapak Cahaya.

                "Ya ditanyakan saja kepada anaknya," sahut dokter lagi.

                "Diminum obatnya, makan yang halus-halus. Jangan makan nasi atau yang pedas-pedas. Makan bubur atau lontong saja dulu. Jangan banyak pikiran juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun