Teori Kajian Budaya merupakan kelompok pemikiran yang secara khusus memperhatikan cara budaya dihasilkan melalui perjuangan berbagai ideologi (Cahyo, 2017). Gagasan Karl Marx tentang kapitalisme yang menciptakan kelompok elit penguasa telah lama menjadi akar dari teori Kajian Budaya.
Gereja Katolik berpusat di Vatikan dengan pimpinan tertinggi Paus dan terdapat hierarki yang mengatur setiap aktivitas. Birokrasi dalam Gereja Katolik yang lama memang menciptakan banyak peraturan ketat yang mewajibkan seluruh pengikutnya mematuhi tradisi turun-temurun. Hal itu lah yang kemudian ditentang sehingga menyebabkan terjadinya Konsili Vatikan II dan banyak terjadi perubahan anyar dalam kehidupan menggereja.
Kajian Kultural mengintegrasikan berbagai perspektif dalam pemikirin seperti seni, kemanusiaan, dan relasi sosial. Elizabeth mengupas bagaimana ketegangan menyeruak diantara musisi gereja tradisional dan progresif. Ia menjelaskan bahwa kemunculan Kidung Adi dan Madah Bakti di Pulau Jawa tidak lepas dari para pendukung musik gereja tradisional dan kontemporer.
Pendukung musik gereja tradisional berpendapat bahwa iringan misa dalam gereja harus sejalan dengan tata liturgi baku, sehingga aspek keindahan tidak terlalu penting untuk diperhatikan. Sedangkan pendukung musik gereja kontemporer berpendapat bahwa kehadiran Tuhan dapat dimanifestasikan melalui lagu-lagu yang disusun dengan melodi indah. Dengan demikian, pendukung musik gereja kontemporer mengklaim bahwa estetika berperan dalam fungsionalitas. (Hamilton, 2018:18-19)
Teori Kajian Budaya cenderung bersifat reformis, tidak heran para misionaris di Indonesia terutama Pulau Jawa ikut memanfaatkan Gamelan dalam melakukan pendekatan terhadap masyarakat lokal. Mereka berharap Gamelan dapat meraih hati masyarakat lokal sehingga bersedia untuk dibaptis dan masuk ke dalam agama Katolik.
Luca Pietrosanti dalam jurnalnya menulis perjalanan para misionaris menggunakan gamelan bersama dengan paduan suara polifonik dalam ritus Romawi Misa Kudus. Pusat Musik Liturgi di Indonesi berinovasi melahirkan tangga nada pelog untuk musik-musik Gregorian. Sampai saat ini, bentuk gendhing yang biasa digunakan dalam liturgi mencakup gending alit seperti ketawang, ladrang, dan monggang. (Pietrosanti, 2019:27-29)
Akhir kata, Gamelan memiliki kisah yang panjang dalam sejarah Liturgi Gereja Katolik. Gamelan bahkan telah menjadi identitas tersendiri yang berperan pada kemunculan Kidung Adi maupun Madah Bakti.
Referensi
Cahyo, P. S. N. (2017). Cultural Studies: Perlintasan Paradigmatik Dalam Ilmu Sosial. Komunikatif: Jurnal Ilmiah Komunikasi, 3(1), 19-35.
Hamilton, E. (2018). From Organ to Gamelan: Javanese Catholic Musical Traditions In Yogyakarta, Central Java. Independent Study Project (ISP) Collection. 2939.
Kellner, Douglas. “ Cultural Studies and Social Theory: A Critical Intervention.” Dalam Handbook of Social Theory, disunt ing oleh George Ritzer dan Barry Smart . London: SAGE Publications, 2001.