Mohon tunggu...
Anne Grace
Anne Grace Mohon Tunggu... Freelancer - Human being

Learn and Grow

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aku Juga Ingin Mencintai Diriku

8 November 2020   08:36 Diperbarui: 8 November 2020   09:49 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                     (wondering Falmingo-Tatiana post's)

Begitulah seorang teman mengungkapkan rasa kecewa pada lingkungan yang tak pernah bisa menerimanya. Kecantikan fisik telah menjadi tuntutan yang tak berkesudahan. Sebagai seorang perempuan terlebih juga sering mendapat perlakuan yang sama, aku merasa hal tersebut sangat berdampak buruk sekali terhadap kepercayaan diri. 

Stereotype cantik sebenarnya terbentuk sejak lama dimulai dari  era pra kolonial hingga sekarang, sehingga wajar saja hal tersebut masih sangat sulit untuk dilepaskan, meskipun sudah banyak orang yang mulai meninggalkan stereotype tersebut. Tanpa berniat untuk men-generalisir, kenyataannya sebagian besar yang menumbangkan mental itu sendiri adalah orang-orang di sekitar dan ironisnya hal tersebut datang dari keluarga atau orang terdekat. 

Seorang teman tadi adalah seorang yang sangat berbakat, dia memiliki sesuatu yang tak banyak orang miliki, namun dalam sekejab kalimat yang sederhana seperti, "kalau kamu kurus pasti lebih cantik" , "make up mu terlalu berlebihan, jadi kelihatan norak" "suaramu bagus loh, tapi penampilanmu kurang mendukung"  telah membunuhnya secara perlahan. 

Ada banyak sekali kalimat  lain yang sering dianggap sebagai basa basi ataupun sekedar candaan yang tanpa disadari telah menjadi budaya yang masih dipelihara. 

Berbagai kalimat yang diucapkan oleh orang lain tanpa rasa bersalah dengan cepat pula membuatnya merasa tidak layak lagi. Bahkan sekedar untuk mem-posting foto di media sosial, membuatnya harus berpikir seribu kali atau malah tak jadi meng-uploadnya. Ketakutan akan direndahkan oleh orang lain membuatnya harus tampil dengan topeng palsu. 

Sering kali, segala cara dilakukan untuk membuat diri kelihatan menarik hingga membuatnya turut pula menentukan standar pada orang lain, kemudian rasa lelah menggenapi tuntutan orang lain akan semakin memuncak.

Penerimaan diri bukanlah suatu proses yang mudah, ketika orang-orang di sekitar selalu berusaha menjatuhkan tanpa peduli dampak panjang yang akan terjadi. mental blok telah membuatnya membuatnya harus terjebak dalam situasi dimana kesempurnaan harus dikejar meski harga diri telah runtuh. 

Yang sangat mengkhawatirkan adalah ketika suatu kali dipertemukan dengan suatu masalah, kemudia tanpa sadar pikiran akan segala penolakan dari masa lalu akan direcall dan perlahan semakin menambah daftar panjang ketidakpantasan dalam diri. 

Serangan-serangan itu menggerogoti seluruh pikiran , kemudian kedepannya, siapa yang tahu batas kesanggupan dari setiap orang? Apakah dia masih bertahan atau justru melakukan hal-hal di luar batas.

Mencintai diri sendiri artinya menjadi jujur pada diri sendiri, hanya dengan kejujuran itu kita bisa menerima diri seutuhnya. Terkadang kita lupa, bahwa kita tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Itu bukanlah kewajiban kita, namun kita bisa lebih bijak untuk memilih tidak menyakiti siapa pun.

Sungguh menggembirakan ketika menyadari, bahwa kenyataannya setiap orang memiliki keindahannya masing-masing, sekalipun sebagian orang tak mampu melihatnya. namun siapa yang tahu, ada orang lain yang merasa terberkati dengan sesuatu yang kita miliki. Mungkin tak terlihat oleh mata tetapi ada perasaan yang menggugah jiwa dari mereka yang mengaguminya. Kita tidak tahu bahwa hal sederhana yang kita lakukan bisa berdampak besar bagi kehidupan sebagian besar orang. seperti ada yang mengatakan, sebaik-baiknya hidup adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Semoga setap orang bisa menemukan cahaya mereka yang hilang dan merakit senyum kembali dengan hati yang merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun