Balanced Scorecard di Rumah Sakit
Oleh : Anne Maria Chandra
Setiap perusahaan apapun bidang usahanya baik perusahaan jasa, perusahaan dagang, perusahaan manufaktur maupun bidang lainnya tentu memiliki visi yang ingin dicapai. Dalam proses mencapai tujuannya, perusahaan memiliki strategi dan alat ukur pencapaian kinerja baik kinerja dari sisi keuangan maupun kinerja dari sisi non keuangan.
Apakah ada alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur pencapaian kinerja tersebut? Ya, Balanced Scorecard (BSC) adalah jawabannya.
Metode BSC ini terus berkembang dari awal tahun 1990 hingga saat ini. Bahkan metode BSC dapat digunakan di berbagai bidang perusahaan termasuk di bidang perumahsakitan. Di dalam BSC terdapat 4 perspektif yaitu keuangan (financial), pelanggan (customer), proses bisnis internal (internal process business) serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth). Setiap perspektif memiliki hubungan sebab-akibat. Dalam konsep BSC terdapat dua indikator yaitu indikator akibat (Lagging Indicator) dan indikator sebab (Leading Indicator).
Indikator akibat adalah suatu ukuran yang dapat diidentifikasi setelah suatu peristiwa terjadi. Dari indikator ini dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan saat ini sehingga perusahaan memiliki gambaran hal-hal apa saja atau strategi mana yang harus dilakukan oleh perusahaan di waktu mendatang. Perspektif yang menjadi indikator akibat adalah perspektif keuangan dan perspektif pelanggan. Sedangkan indikator sebab adalah suatu ukuran kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai indikator akibat. Perspektif yang menjadi indikator sebab adalah perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Apa saja perspektif dan indikator BSC yang ada di rumah sakit?
1. Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan berperan untuk mengukur kondisi keuangan rumah sakit dalam perencanaan dan keputusan di masa depan. Indikator yang dapat digunakan yaitu pertumbuhan pendapatan, efisiensi biaya, peningkatan laba, dll.
2. Perspektif Pelanggan