Seperti diketahui, SKK Migas menargetkan untuk peningkatan produksi minyak bumi sebesar 1 juta barel minyak per hari (BPOD) serta gas alam sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030 mendatang. Sejumlah strategi pun disiapkan guna mencapai target tersebut.
Dalam Webinar bertajuk "Upaya Industri Hulu Migas Menggapai 1 Juta BPOD dan 12 Miliar BSCGD" yang diselenggarakan oleh SKK Migas beberapa waktu lalu, Kepala SKK Migas Dwi Sucipto menyebutkan, pihaknya menargetkan peningkatan produktivitas migas ini berdasakan Perpres No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum  yang telah menetapkan kerangka nasional. Dimana bauran energi dari sektor migas sekitar 50 persen di tahun 2020 menjadi 44 persen di tahun 2030.  Meski demikian, secara presentase kontribusi migas Indonesia diakuinya menurun, akan tetapi secara volume meningkat.
"Karena kebutuhan pasokan energi yang semakin meningkat, meskipun secara persentase menurun, namun kebutuhan pasokan dari Minyak Bumi dan Gas secara nominal makin membesar," ucap Dwi.
Beragam staretgi pun digencarkan SKK Migas guna memenuhi target tersebut. Sekretaris SKK Migas,  Taslim Z. Yunus mengungkapkan, ada 4 strategi yang diupayakan dalam peningkatan produksi migas. Pertama, dengan mengoptimalisasi lapangan eksisting yang sudah ada. Kontrbusi dari lapangan eksisting ini memang diakui Taslim, belum bisa menaikan produktivitas migas, namun dari eksisting ini bisa mengurangi laju penurunan produksi. Kedua, adanya transformasi sumber daya dari kotijen ke produksi. Meski dinilai belum secara signifikan menaikan produktivitas migas, akan tetapi hal ini cukup bisa memberikan kontribusi  selama ini.
Ketiga, dengan mempercepat chemical Enhanced Oil Recovery (EOR) dimana hal ini bisa membantu menjaga dan meningkatkan kapasitas produksi migas nasional. Keempat, eksplorasi untuk menemuan besar yang dilakukan secara massif.
"Jika dilihat dari strategi pertama dan kedua, memang belum bisa meningkatkan produksi secara signifikan. Jadi ke depannya, kami berharap bisa memaksimalkan strategi ketiga dan keempat," ujar Taslim.
Di sisi lain soal gas, ia pun menilai bahwa strategi pertama dan kedua bisa menekan laju penurunan produksi gas. Menurutnya, banyak lapangan-lapangan gas yang sudah ditemukan namun belum bisa digarap secara maksimal. Bahkan, dari sekian banyak jumlah cekungan yang ada memang lebih banyak menghasilkan gas ketimbang minyak bumi.
"Perlu dibuatkan hub-hub dari kegiatan ekplorasi dan eksploitasi ini untuk mengembangkan cekungan-cekungan yang belum dieksplorasi saat ini," ucap Taslim.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, tidak serta merta membuat SKK Migas menurunkan produktivitasnya. Hal ini terlihat dari kontribusi SKK Migas pada Pemerintah yang terus meningkat dan bahkan melampaui target yang telah ditentukan.