Lalu, 10 November terjadi peperangan di Surabaya. Ini rangkaian sejarah yang membuktikan bahwa santri, dalam hal ini dunia pesantren, memiliki andil yang begitu besar pada perang 10 November dan perang-perang sebelumnya.
Lalu, kenapa harus santri? Dan apa sebenarnya definisi dari santri itu sendiri?
Menurut Slamet, Santri adalah orang yang hidup dalam pola kehidupan yang mengamalkan agama Islam dengan sebaik-baiknya, mencintai negeri, dan mau berkorban untuk negara. Sisi utamanya, yaitu kiai, pesantren, dan santri. Tapi, di luar itu semua, ia menyebut bahwa santri adalah masyarakat yang jauh lebih luas dan mengamalkan Islam dalam rangka menjaga kemaslahatan umum.Â
Ia bahkan menerangkan definisi santri menurut Clifford Geertz - seorang antropolog asal Amerika Serikat- sudah tidak berlaku. ia menyebut definisi tersebut "Jadul banget,". Ia menegaskan bahwa tidak boleh ada definisi seperti dahulu yang menyebut santri adalah kelompok masyarakat di luar masyarakat abangan dan priyayi.Â
Dari kutipan percakapan sekilas tersebut, maka bisa dikatakan bahwa dikotomi santri di luar bagian dari masyarakat, itu sudah tidak relevan lagi. Sejarah mencatat bahwa kiai dan santri, sudah banyak berjasa pada negeri ini. Peringatan HSN adalah secuil dari balas jasa -yang sudah pasti sulit terbayar- atas kontribusinya pada negeri. Jadi, rasanya, tidak ada salahnya berterima kasih, selayaknya pada para pahlawan yang sudah tunai mengentaskan tugasnya kala itu, pada negera ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI