Bahan Utama
- Hidup di Indonesia
- Memiliki keahlian dan sederet titel
- Sehat Jasmani, Sakit Rohani
- Beragama
- Kekuasaan
- Memiliki Jabatan Penting / Basah
- Memiliki Modal
- Berbudaya
- Persahabatan
Bumbu
- Lemah Iman
- Lemahnya Hukum
- Tidak Punya Rasa Malu
- Serakah
- Pemalas
- Sombong
- Pembohong/Pendusta
- Status Masyarakat.;
- Iri hati
- Munafik
- Budaya hidup mewah yang dipaksakan
- Mental Feodal Bawaan
- Beli Jabatan/Posisi
- Kesempatan, peluang
- Dendam kesumat Latar Belakang Hidup Susah
Cara Memasak
- Bahan Utama yang ukurannya memang sudah tak terhingga dan tak bisa diukur dengan timbangan dicampur aduk dalam sebuah sistim yang rapi, mulai dari 1 hingga 9. Bahan diletakkan di tempat yang tahan terhadap api rasa malu dan tahan terhadap hukum, kuali dilengkapi pengaduk, tutup dan kompor yang saling bekerja sama. Bahan-bahan diaduk dengan waktu yang tak terhingga dan tak terjamah oleh kejujuran, rasa malu , serta rasa dosa.
- Untuk membuat koruptor dengan cita rasa yang tinggi dan nikmat, bumbu-bumbu langsung dicampur tanpa peduli akan mendatangkan dampak kerugian bagi orang banyak, tak peduli dengan dosa dan bahkan tak peduli kalau terlihat oleh umum. Takaran sesuai dengan bahan jabatan atau posisi yang ada, makin tinggi jabatan atau posisi, maka semakin banyak bumbu yang diperlukan. Aduk jadi satu semua bumbu, kemudian campur dengan bahan dan panaskan dengan kuali sebagai tempat korupsi. Setelah masak menjadi koruptor, cicipi hasilnya hingga koruptor matang dan terbiasa, kemudian nikmati hasilnya. Untuk menambah kenikmatan dari koruptor perlu tambahan menu lain sebagai pendamping yang cocok. Menu yang cocok sebagai pendamping koruptor biasanya adalah sate atau gulai koruptor yang dimasak dalam kuali lembaga, instansi atau BUMN lain sebagai teman santapan. Saat memasak bumbu dan bahan, faktor utama yang harus diperhatikan adalah jangan perduli sekeliling. Biarkan sekeliling susah, menderita dan hancur, asalkan hasil koruptor bisa dinikmati beramai-ramai, kalau bisa dibagi-bagikan ke lembaga-lembaga sosial, yatim-piatu atau masjid agar rasa koruptor menjadi lebih afdol dan menjadi rasa kebersamaan.
- Hiasan saat penyajian, agar rasa koruptor tidak terlalu terlihat oleh hukum usahakan agar koruptor disantap dengan sedikit komat-kamit sebagai doa, kalau bisa atribut saat menyantap juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan trend komat-kamit yang diucapkan. Semua hidangan koruptor akan terasa lebih enak, mulus dan tak tercium hukum pastinya.
- Untuk menghilangkan rasa getir usahakan agar hasil dari koruptor dicicipi dahulu bersama-sama dengan pihak-pihak terkait yang suka dengan cita rasa koruptor
- Kelengkapan saat menyantap sajian koruptor jangan dilupakan untuk mengelabui sekeliling, misalnya pake atribut sesuai dengan agama masing-masng, supaya cita rasa koruptor menjadi halal.
- Selamat mencoba dan buatlah kreasi koruptor sesuai dengan selera dan tempat anda berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!