Mohon tunggu...
Annur Diana
Annur Diana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih sekolah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Langkah Terburu-buru Calonkan Jokowi Jadi Presiden 2014

2 Desember 2012   02:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:20 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa sih terburu-buru dan terkesan latah dengan kehadiran Jokowi, kalau googling sekarang sudah banyak yang komentar untuk mencalonkan Jokowi jadi presiden  2014, padahal pak Jokowinya belum tentu mau dan masih harus membuktikan kinerjanya dulu sebagai gubernur DKI Jakarta 2012-2017.

Memang kalau dilihat dari popularitas dan penayangan berita gegap gempita Jokowi saat ini menggungguli Presiden SBY, paling sedikit sehari sekali pasti ada berita perihal Jokowi. Apapun yang dilakukan Jokowi jadi magnet bagi media dan sekeliling orang yang berada didekatnya. Kelihatannya tidak ada pengawalan ketat dan tidak ada batasan bagi siapa pun yang mendekatinya, selalu disambut dengan senyum dan gaya khas Jokowi tanpa risih dan alergi pada semua orang yang menyalaminya.

Kedua pimpinan DKI Jakarta memang fenomenal, Jokowi dan Ahok seolah membuat mata warga Jakarta terbuka dan tertawa geli. Bagaimana tidak, bila seorang gubernur Ibukota Negara tidak mau menggunakan mobil dinas berkelas dan memilih mobil biasa-biasa saja. Inikan membuat jajaran elit dibawah kepemimpinannya merengut, alias manyun ga bisa lagi pake mobil kelas diatasnya. Mungkin mereka si elit-elit PEMDA DKI yang biasa pakai mobil mewah saat ini hanya bisa menggerutu dan memaki dalam hati. Ahok juga tidak jauh beda dengan Jokowi, kali pertama yang diminta adalah memperkecil ruang kerja dan memaksimalkan apa yang sudah ada dan tidak minta ina ini yang baru. Malah sekali waktu saat nonton televisi saya terkaget-kaget dan kagum dengan cara tradisional Ahok menegur Notulen dengan gaya khas jakartanya waktu itu. Bla bla saat menerima pendemo dan bermusyawarah, Ahok berkata kepada bawahan wanita yang menjadi notulen saat ini," tolong dicatat ya pertemuan ini!"  Mungkin tanpa disadari oleh notulen, disela-sela pembicaraan,  Ahok bertanya lagi," sudah dicatat?" Lantas dijawab notulen," sedang dicatat pak," Kontan gaya eksentrik Ahok yang sedikit kesal keluar saat itu," gimana sih didepan lu ada komputer, tapi lu catat diatas kertas, emangnya lu tulis steno?" Mungkin belum pernah terjadi hal seperti yang dilakukan oleh Ahok, sehingga saya melihat kebodohan pegawai PEMDA yang meletakkan Laptop dimejanya tapi menulis diatas kerja, itu menandai kalo si notulen tidak bisa mengetik cepat dan biasa kerja asal-asalan. Diterima atau tidak, teguran Ahok adalah suatu  pembelajaran yang baik, terutama bagi notulen yang bertindak bodoh saat itu.

Kedua orang pimpinan Ibukota ini sepertinya memiliki karisma yang membuat para pendemo menjadi tenang, masyarakat yang sedang dikunjungi ramai dan antusias menyambut dan menyapa,  seperti tanpa garis pembatas berdialog layaknya perjumpaan dengan teman lama. Tak ada ring dan pengawalan super ketat, tak ada dorongan dan pengusiran dikala seseorang mendekati Jokowi,

Apakah semua itu sudah cukup untuk Jokowi dicalonkan menjadi Presiden 2014?

Dari beberapa refferensi pada jaman kepemimpinan sebelum Presiden SBY, rata-rata semua mendapat dukungan dan sanjungan yang tak jauh beda dengan Jokowi saat ini. Tapi alhasil, jabatan presiden hanya sekejap saja seperti yang dialami oleh Habibie, Gus Dur dan Megawati. Untuk mantan Presiden Soekarno yang sangat karismatik dan dicintai rakyatnya pun jatuh oleh scenario samar, yang akhirnya menjadi orde baru pimpinan Suharto. Suharto pun demikiain, akhirnya rela mundur atas desakan pendemo saat itu dan lahirlah era reformasi. Di era reformasi ini pun juga sama, presiden terpilih hanya mendapat dukungan sesaat dan kemudian dijatuhkan oleh kepentingan burem.

Habibie ditolak pertanggung jawabannya oleh MPR. Gus Dur yang memiliki pengikut mayoritas agama Islam pun mundur sekejap pada sidang istimewa meski  beliau dipilih secara aklamasi pada sidang umum MPR saat itu, Megawati yang saat itu menggantikan Gusdur pun hanya separuh periode jabatan presiden dan kalah pada PILPRES 2004 dari SBY yang saat itu memanfaatkan kritikan Megawati. Hati para Ibu dan masyarakat Indonesia yang melankolis tersentuh dan SBY menang telak. Pilpres berikutnya pun tidak mengalami masalah, mulus meluncur ke kursi Presiden dengan menggunakan jargon anti korupsi dan kekuasaan sebelumnya. Saat ini pun dengan berbagai persoalan dan alasan banyak pendemo anti SBY,  yang kelihatan bosan dan tidak mau SBY memimpin negeri ini lagi. Bagaimana dengan Jokowi, bila memang dicalonkan dan terpilih tahun 2014 nanti?

Bangsa Indonesia ini memiliki karakter unik dalam memilih sesuatu, misalnya seperti memilih anggota DPR. Artis atau aktor yang sering mucul di televisi atau bisa dibilang populer, berikutnya penceramah agama, keturunan pejabat besar sebelumnya, banyak uang, sangat memiliki peluang untuk dipilih. Untuk aktifivis sosial yang besar saja yang mungkin dikenal dan dipilih, jika hanya sekedar aktivis yang bermodal niat dan semangat mungkin cuma mimpi untuk menyaingi kategori dan popularitas yang pasti dipilih. Hanya sejuta satu mungkin yang seperti Jokowi, dengan waktu singkat dapat menghipnotis dan mengaguminya.

Satu kenyataan terjadi belum lama ini, yaitu tentang ramainya mobilEsemka yang digadang-gadang oleh Jokowi menjadi mobnas, meskipun harus menerima pil pahit kegagalan uji coba emisi. Apakah Jokowi tahu dengan jelas sampai mobil Esemka terbangun? Jawabannya tidak.   Niat Jokowi memang baik dan tulus, tapi ada beberapa pihak yang bertepuk memanfaatkannya. Contoh, siapa penyalur mesin mobil tersebut? siapa yang mengerjakan bagian demi bagian mobil tersebut? Dan lain sebagainya yang berkaitan dengan mobil Esemka.

Mobil Esemka dibangun oleh siswa SMK, yang berarti masih belajar di sekolah. Kalau  dikerjakan disekolah apakah statusnya seperti pekerja dipabrik mobil? apakah mereka dibayar untuk setiap keringat yang mengucur? Dimana produksi itu dilakukan, di sekolah atau ditempat dengan status bukan milik negara? Banyak lagi kejanggalan yang tidak diketahui oleh Jokowi saat itu, sehingga beliau berani menggadangkan mobil Esemka. Pengerjaan mesin mobil dilakukan di salah satu SMK Top Bekasi dengan fasilitas sekolah sebagai pabrik dan siswa sebagai pekerja gratis,  dan ada beberapa sekolah lagi melakukan hal yang sama. Alasan trendnya mungkin tranfer teknologi, agar siswa siap terjun dilapangan setelah lulus.

Kalau begini apa namanya? bukankah Jokowi bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Waktu itu Jokowi masih menjabat walikota, bagaimana bila menjabat Presiden? Yang belum kenal dengan karakter Indonesia secara menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun