Mohon tunggu...
Annur Diana
Annur Diana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

masih sekolah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Harusnya Lapas Koruptor di Lereng Gunung Berapi

29 November 2012   09:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:29 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Letusan Gunung Berapi Lokon di kota Tomohon Sulawesi Utara yang mengeluarkan debu setinggi 2,5 km dan suara letusan yang terdengar hingga radius 5 km pastinya menakutkan, terutama bagi penduduk yang tinggal berdekatan dengan gunung itu. Semua menghindar dan menjauh dari amukan gunung Lokon,    sudah pasti seluruh lokasi yang berdekatan dengan gunung berapi yang sedang meletus diseluruh Indonesia akan melakukan hal yang sama, yaitu menjauh dan menyelamatkan diri. Jangan sampai seperti kejadian di gunung berapi di Jogjakarta beberapa waktu lalu, dimana wedus gembel menewaskan sesepuh gunung merapi Mbah Marijan dan beberapa orang lainnya. Semoga bencana gunung berapi Lokon tidak memakan korban dan segera berakhir.

Terinspirasi peristiwa gunung meletus, ada baiknya terpidana kasus korupsi ditempatkan di lapas-lapas yang dibangun di gunung-gunung berapi yang tersebar di Indonesia. Bukan ditempatkan di lembaga pemasyarakatan umum seperti saat ini. Coba masuk atau ikut menjenguk terpidana yang tersangkut kasus korupsi, mereka keren-keren dan licin-licin, bahkan terkesan masih menjadi bos didalam sana. Kesannya tidak sepadan dengan apa yang mereka (para koruptor) lakukan. Ini benar, karena saya pernah ikut masuk ke Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin Bandung.

Waktu itu ramai sekali yang besuk, seperti saat besuk ke rumah sakit. Mereka si Koruptor kelihatan gagah dan rapi, tidak ada raut wajah terpidana atau isyarat orang yang sedang belajar untuk  bertobat. Penuh canda tawa, peluk cium dan keakraban di ruang yang kudatangi.  Beberapa orang seperti office boy lapas bahkan melayani terpidana dan dengan menyebut BOS, persis seperti dikantor-kantorlah. Antara petugas dan terpidana begitu akrab, seperti tidak ada jarak dan perbedaan. Mulai dari kopi, cukur rambut, dan kelengkapan lain seperti yang ada di warung-warung tersedia didalam lapas itu.

Mungkin waktu rehabilitasi tidak akan terasa bila berada di lokasi yang penuh kekeluargaan seperti itu, bahkan kelihatan nyaman bila masih tersisa deposit korupsi yang tidak terjangkau pihak berwajib. Kenyataan ini rasanya sulit membuat efek jera bagi mereka dan calon pelaku korupsi berikutnya. Apalagi dalam hal hitung-hitungan angka, pasti mereka yang berotak korup tidak akan takut meski harus tinggal sementara dihotel lapas, setelah keluar dan bebas mereka masih bisa menikmati sisa usaha dan kerja keras korupsinya.

AndaikanLapas Koruptor dibangundilereng-lereng gunung berapi, jarak jalan dibuat minim 5 km dari lapas dan tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan untuk mencapai lapas, kecuali Petugas. Kondisi ini akan membuat pembesuk segan dan malas menjenguk sang idola pesakitan yang berotak korup di lapas itu. Si pesakitan yang sedang diajari bertobat didalamnya, pastinya akan tertekan dan was-was bilamana gunung tiba-tiba meletus. Sang koruptor akan tobat setobat-tobatnya dan tidak akan balik lagi, kemungkinan mereka yang telah keluar akan ikut kampanye agar tidak ada lagi tindak korupsi dikemudian hari, itu kalau mereka selamat dari letusan gunung berapi.

Kelihatannya kejam dan tidak manusiawi sekali tulisan ini, melanggar HAM dan sebagainya. Pertanyaannya, apakah mereka pelaku korupsi itu manusiawi? apakah mereka mengerti apa itu hak asasi? apakah mereka itu tidak melanggar HAM? Saat ini lokasi terpidana korupsi masih tidak adil dan masih terlalu ringan. Berbeda dengan terpidana pada umumnya, seperti yang sering muncul di media massa itu. Seorang pencuri yang nilainya tidak seberapa kadang memperoleh hukuman yang lebih berat dari koruptor Miliyaran Rupiah. Terkadang terpidana akibat pencurian bukan hanya hukumannya yang lebih lama dari koruptor, tapi memperoleh bonus terpincang-pincang akibat peluru yang menembus kaki, hal yang tidak akan pernah terjadi pada terpidana koruptor.

Lapas khusus koruptor di lereng gunung-gunung berapi ini sekedar hayalan dan hayalan pertimbangan bagi para penegak hukum yang anti korupsi (yang cinta korupsi). Dijamin pelaku korupsi lima tahun kedepan akan menurun drastis, nyaris tidak ada mungkin. Pekerjaan besar lain akan lebih terkonsentrasi untuk membuat negeri tercinta Indonesia ini lebih maju, daripada harus memikirkan masalah korupsi sepanjang tahun. (kitabasmikorupsi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun