Mohon tunggu...
Syaiful Annas
Syaiful Annas Mohon Tunggu... -

rasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alternatif Bermasyarakat

22 Januari 2014   17:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:34 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kapital cum liberal, pasar bebas, globalisasi telah menciptakan neraka baru dan kita merasakannya sekarang. jurang kesenjangan semakin lebar nan dalam. marx berangkat dari matterialisme begitu juga darwin. namun sebagaimana kita tahu marx mengkritik habis-habisan kapitalisme dan pasar bebas. kritikan marx ini mendapat pertentangan baik dalam tubuh marxists a.k.a komunis, kapitalisme itu sendiri hingga para agamawan yang bersembunyi di balik kerudung teologi.

kita insaf, komunis mengalami saat berjaya pada revolusi perancis dan revolusi bolshevik. setelah revolusi bolshevik para pejuang marxist mulai saling sikut. lenin yang diteruskan stalin memburu para marxists yang mengkritik pemerintahannya. leon trotsky, rosa luxemburg, antonio gramsci masuk dalam dpo soviet. kapitalisme yang mengakar kuat lambat laun mengalami evolusi juga semakin kuat, semakin menipu dan semakin sempurna, contohnya dalam suatu perusahaan sekarang terdapat divisi csr (corporate social responsibility). csr seolah-olah peduli pada masyarakat, pada alam. namun kita lihat berapa banyak sdm serta sda yang dieksploitasi habis-habisan, pertanggung jawabannya hanya lewat csr dan upeti. masyarakat termanipulatif oleh csr.

dari kalangan agamawan, dongeng sebelum tidur meninabobokkan masyarakat. komunis itu jahat sebab mereka tak percaya tuhan, keyakinan kita di setarakan dengan narkotik, bla bla bla bla. entah kenapa dari pengamatan saya agama khususnya agama ibrahimik ( yahudi, kristen, islam ) sering membawa dongeng-dongeng kontra produktif malahan jadi sumber konflik. para agamawan di butakan oleh barisan teks-teks dalam manifesto komunis. mereka tidak pernah mendalami mengapa marx mengatakan itu. asas kasualitas, teori hermeneutik, bahkan asbab wurud (dalam islam, saya yakin dalam agama ibrahimik lain terdapat konsep tersebut), tidak mereka gunakan sehingga menimbulkan distingsi pandangan akan teks. pada era pertengahan dan modern, gereja melakukan berbagai hal yang menurunkan keweibawaan gereja sendiri, sebagai contoh praktik jual-beli indulgensi.

secara pribadi saya tidak fanatik terhadap marx, marxists, komunis atau ideologi apapun. disini saya hanya menyampaikan alternatif konsep bermasyarakat (perlu diperhatikan saya tidak tertarik untuk merubah ideologi negara) dan meluruskan kesalahpahaman mayoritas rakyat indonesia.

berlanjut ke dalam konsep bernegara. saya tekankan di sini jangan hanya melihat uni soviet, korea utara, bahkan china jika menyebut negara komunis/sosialis. ada kuba, vietnam, negara-negara amerika latin khusunya venezuela. dalam negara-negara tersebut demokrasi di lindungi. komunis sesungguhnya juga mengadopsi demokrasi namun dalam bentuk ramping, tidak seperti demokrasi gendut ala indonesia. mereka tidak memiliki parlemen namun memiliki soviet. mudahnya soviet itu seperti organisasi masyarakat yang kita ketahui, di organisasi tersebut, ada tandfiz, mustasyar, lalu syuriah, namun terdapat juga lembaga-lembaga di bawahnya. persoalan utama dari sistem ini adalah tentang hak milik. dalam sistem ini negaralah yang memiliki hak milik. sehingga adagium sama rasa sama rata di gunakan untuk mengkritik komunis. ada kesilapan dalam memahami "sama rasa sama rata". jika negara membolehkan adanya handphone maka semua rakyat jenis dan modelnya sama semua, inilah letak kesilapannya. negara memberikan sesuatu menurut kemampuan dan kebutuhan masyarakat. persoalan yang tidak kalah penting adalah aspek teologis. di amerika latin ada teologi pembebasan para romo sudah mencoba memperpadukan antara marxisme dengan teologi injil. dalam islam ada tan malaka, haji misbach, mereka berdua meng elaborasikan antara quran dengan kacamata marxisme.

tentang kepemilikan hak milik menurut komunis, ditentang oleh teman marx sendiri yaitu bakunin. bakunin menilai bahwa sumber permasalahan adalah hak milik. oleh karena itu sodoran dari bakunin mengahpus hak milik dan diganti kepemilikan kolektif. dalam kepemilikan kolektif misalnya ada sebuah tanah 1 hektar, maka masyarakat yang berada dalam tanah itu berhak memanfaatkan tanah 1 hektar tanpa adanya tuan tanah. dan setiapa orang mendapatkan apa yang dibutuhkannya saja. secara lanskap luas kolektifitas ini akan membentuk suatu jaringan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat tanpa adanya hirarki diatasnya dengan kata lain tidak adanya pemerintahan. faham yang digelontorkan bakunin kita sering menyebutnya anrko. anarko-komunis, komunis libertarian atau punk (sayangnya punk yang berkembang mayoritas di dunia hanyalah punk tanpa isi, punk di gunakan dalih untuk tidak menuruti norma masyarakat).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun