Mohon tunggu...
Annastatius Cakrawinata
Annastatius Cakrawinata Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA

Semoga dapat bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apa yang Terjadi Terhadap Ukraina dan Russia?

1 April 2022   08:36 Diperbarui: 1 April 2022   08:38 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: liputan6.com)

Kita mengetahui kalau pada saat ini sedang terjadi perang antara dua negara yang sebelumnya merupakan anggota dari Uni Soviet yaitu Russia dan Ukraina, tetapi sebelum konflik ini terjadi hubungan antara Ukraina dan Russia itu baik-baik saja atau netral karena presiden ke-4 ukraina yaitu Viktor Yanukovych merupakan Pro-Rusia sehingga hubungan relasi antar Rusia-Ukraina itu berstatus netral. 

Tetapi pada tahun 2014, presiden Viktor Yanukovych harus mencabut jabatannya karena pada saat itu di Ukraina terjadi Revolusi Martabat atau revolusi yang dimana rakyat Ukraina menentang supremasi Rusia, dan pada tahun 2015 pihak Rusia-Ukraina membuat perjanjian damai yaitu perjanjian Minsk yang dinamai sesuai dengan ibu kota dimana perjanjian damai ini dibuat yaitu Belarus (Iswara, 2022). Dengan demikian pada tahun 2019 Volodymyr Zelensky menjabat sebagai presiden ukraina sampai saat ini. 

Lalu penyebab utamanya dari konflik ini adalah rencana atau keinginan Ukraina untuk menjadi salah satu anggota dalam NATO atau North Atlantic Treaty Organization, dan presiden Russia Vladimir Putin akhirnya meminta kepada pihak Ukraina untuk tidak mengambil keputusan tersebut.

(Sumber gambar: ukrinform.net)
(Sumber gambar: ukrinform.net)

Setelah itu, pada tahun 2021 mulai pembicaraan damai antara Rusia - Ukraina supaya masing-masing pihak bisa memiliki hubungan yang netral antara Russia dan dengan negara Eropa lainnya atau NATO. Tetapi dalam pembicaraan tersebut tidak dapat menemukan solusi dan hubungan antara Rusia - Ukraina kembali memanas, pada bulan November 2021 pemerintahan Ukraina merasa atau memprediksi kalau Rusia akan melakukan invasi militer ke negaranya karena adanya penambahan pasukan militer di perbatasan kurang lebih sekitar 100.000 pasukan. 

(Sumber gambar: sains.sindonews.com)
(Sumber gambar: sains.sindonews.com)

Banyak negara Eropa berharap kalau Rusia tidak akan melakukan invasi militer ke Ukraina karena yang kita ketahui kalau Rusia merupakan negara penghasil gas terbanyak di Eropa dan sekitar 40% gas yang digunakan oleh negara Eropa itu adalah dari Rusia sehingga akan mengakibatkan krisis energi jika invasi tersebut terjadi. Tepat pada tanggal 24 Febuari 2022, presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan akan melakukan "operasi militer khusus" ke Ukraina dikarenakan sikap Ukraina ingin segera bergabung bersama Uni Eropa dan NATO. 

(Sumber gambar: kabar24.bisnis.com)
(Sumber gambar: kabar24.bisnis.com)

Sumber Video : VIVACOID

Pada hari dimana presiden Vladimir Putin telah mengumumkan "operasi militer khusus", mulai banyak roket-roket yang diluncurkan dari perbatasan oleh pasukan militer Rusia, pesawat-pesawat tempur Rusia terbang di atas ibu kota Kyiv dan dari peluncuran roket tersebut mengakibatkan beberapa kota di Ukraina seperti Kharkiv mengalami kehancuran dari serangan Rusia tersebut, lalu belum lama ini dikatakan kalau kota Mariupol di Ukraina juga sudah jatuh di tangan militer Rusia. 

(Sumber gambar: tribunnews.com)
(Sumber gambar: tribunnews.com)

Setelah beberapa hari dari operasi militer yang dilakukan oleh negara Rusia, mulai ada beberapa dari negara Barat, termasuk Eropa dan Asia seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan negara eropa lainnya memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia yang memiliki target pada bidang perdagangan Rusia seperti berhentinya melakukan ekspor minyak dari Rusia, keluarnya Rusia dari SWIFT, dan berhentinya pemberian teknologi canggih ke Rusia. Lalu beberapa negara yang mendukung Ukraina seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Kanada, Turki, Italia mulai memberikan bantuan ke Ukraina seperti senjata-senjata canggih yang saat ini digunakan oleh tentara Ukraina dan bantuan lainnya seperti fasilitas kesehatan. 

Tetapi setelah presiden Vladimir Putin mengetahui kalau negaranya akan terkena sanksi, maka dengan demikian beliau melakukan pemberian sanksi kepada negara-negara yang memberikan sanksi kepada negara Rusia dan beliau menyatakan ada 22 negara yang dianggap tidak bersahabat dengan Rusia, urutannya adalah sebagai berikut :

  1. Amerika Serikat
  2. Kanada
  3. Negara-negara Uni Eropa
  4. Inggris
  5. Ukraina
  6. Montenegro
  7. Swiss
  8. Albania
  9. Andora
  10. Islandia
  11. Liechtenstein
  12. Monako 
  13. Norwegia
  14. San Marino
  15. Makedonia Utara
  16. Jepang 
  17. Korea Selatan
  18. Australia
  19. Mikronesia
  20. Selandia Baru
  21. Singapura
  22. Taiwan (Rafie, 2022)

Lalu kira-kira apakah ada sanksi juga dari pemerintahan Rusia telah berikan kepada 22 negara ini? jawabannya adalah iya, dan sanksinya tersebut adalah jika ingin melakukan pembelian minyak mentah atau gas dari Rusia harus menggunakan mata uang nasional Rusia yaitu Rubel, sanksi lainnya adalah seperti menyitakan sekitar 100 pesawat yang dibuat dari perusahaan Amerika Serikat dan Eropa, dan tidak mengizinkan presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk melakukan penerbangan ke Rusia.

(Sumber gambar: economy.okezone.com)
(Sumber gambar: economy.okezone.com)

Supaya konflik antar Rusia dan Ukraina bisa mereda dan berakhir, maka pihak dari Ukraina ingin melakukan pembicaraan damai bersama pihak Rusia dan disetujui oleh Rusia. Walaupun pada pembicaraan pertama dan kedua belum memiliki hasil yang bisa diterima oleh sesama pihak, tetapi ada berita baik dari presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yaitu negaranya siap menjadi negara netral sama seperti negara Serbia dan Swedia. Setelah melakukan pembicaraan yang ketiga di Turki pada hari Kamis, 10 Maret 2022 dari pihak Rusia menyetujui pernyataan tersebut dan kita bisa melihat kalau target untuk menuju perdamaian antar dua negara ini sudah mulai terlihat secara perlahan. 

(Sumber gambar: liputan6.com)
(Sumber gambar: liputan6.com)

"Kami sangat berharap dari pertemuan ini menjadi titik balik dan langkah penting menuju perdamaian dan stabilitas," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu pada hari Senin, 7 Maret 2022. (Yanuar, 2022)

Sumber :

Daftar 22 Negara yang Tidak Bersahabat Dengan Rusia

Menlu Rusia dan Ukraina Bertemu di Turki

Perjanjian Damai Antara Rusia-Ukraina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun