Surabaya, 16 September 2024 – Dalam upaya mengatasi masalah sampah dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan limbah, sebuah presentasi dari Annas Solihin, S.Pd. dari https://s2dikdas.fip.unesa.ac.id/ penting mengenai penerapan budaya Zero Waste di Surabaya digelar hari ini. Penelitian yang dipresentasikan ini mengkaji penerapan budaya Zero Waste di Pasar Tradisional Citraland Fresh Market, revitalisasi Bank Sampah Dinoyo Keputran, dan implementasi etnopedagogi berkelanjutan di SDN Keputran I. Hasil penelitian ini tidak hanya menunjukkan progres yang telah dicapai, tetapi juga tantangan yang masih perlu diatasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.
Masalah sampah merupakan isu global yang juga dihadapi oleh kota-kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya. Peningkatan populasi dan urbanisasi telah menyebabkan lonjakan jumlah sampah, terutama sampah plastik. Dalam konteks ini, penerapan budaya Zero Waste menjadi salah satu solusi untuk mengurangi limbah dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi konsep Zero Waste dalam berbagai aspek, mulai dari pasar tradisional hingga lembaga pendidikan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumentasi di tiga lokasi utama: Pasar Tradisional Citraland Fresh Market, Bank Sampah Dinoyo Keputran, dan SDN Keputran I. Para peneliti melakukan wawancara dengan pedagang, pengelola pasar, masyarakat, serta guru dan siswa di SDN Keputran I.
A. Penerapan Budaya Zero Waste di Pasar Tradisional Citraland Fresh Market
Pasar Tradisional Citraland Fresh Market menjadi contoh nyata dari penerapan konsep Zero Waste di Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian:
Partisipasi Pedagang dan Konsumen: Banyak pedagang di pasar ini telah menyadari pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kebijakan pasar yang melarang penggunaan kantong plastik telah mendorong pedagang untuk menggunakan tas belanja yang dapat digunakan kembali. Selain itu, banyak pedagang yang mulai mengemas produk dalam kemasan ramah lingkungan, seperti daun pisang.
Tantangan dalam Penerapan: Meskipun ada kesadaran yang meningkat, tantangan tetap ada. Kurangnya sosialisasi yang merata tentang konsep Zero Waste di kalangan pedagang dan konsumen menyebabkan masih adanya kebingungan tentang cara praktis mengurangi sampah. Selain itu, beberapa konsumen masih kesulitan untuk mengubah kebiasaan lama mereka dalam menggunakan plastik.
Dukungan Pemerintah Kota: Dukungan dari pemerintah Kota Surabaya sangat berperan dalam penerapan program Zero Waste ini. Kebijakan kampanye anti-plastik dan penyediaan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung budaya Zero Waste.
B. Revitalisasi Bank Sampah Dinoyo Keputran
Bank Sampah Dinoyo Keputran menjadi inisiatif penting dalam pengelolaan sampah berbasis komunitas. Temuan dari penelitian ini meliputi:
Partisipasi Masyarakat: Warga di sekitar Keputran semakin aktif dalam memilah sampah di rumah sebelum membawanya ke bank sampah. Edukasi yang dilakukan oleh pengelola bank sampah telah meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah yang benar.
Inovasi dalam Pengelolaan: Bank Sampah Dinoyo Keputran menerapkan sistem insentif bagi warga yang aktif dalam memilah sampah. Dengan sistem ini, warga dapat mengumpulkan poin yang bisa ditukarkan dengan barang kebutuhan pokok, yang mendorong partisipasi masyarakat, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.