Mohon tunggu...
Annas Eka Wardhana
Annas Eka Wardhana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gabus Pucung, Si Hitam yang Menjadi Identitas Bekasi

15 Juli 2021   17:33 Diperbarui: 15 Juli 2021   17:51 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Detikfood.com

Rasa merupakan artian dari sebuah indera yang terhubung dengan sensasi kenikmatan di mana tubuh telah menyadari sensasi itu. Rasa sebagai perangsang selera, lapar dan haus adalah dasar beberapa tindakan yang menghasilkan bagaimana individu bertumbuh, berkembang, merawat dan membenahi kehilang-hilangan dari kebiasaan makan sebelumnya. 

Hal ini sebagai akibat dari adanya perubahan vital. Yakni mengatur tubuh untuk tidak makan dengan cara yang sama sebagai pembeda dengan tubuh-tubuh lainnya, menghasilkan suatu kreasi, meragamkan metode dan pengaruhnya dalam menentukan aneka cara pengelolaannya, itu semua adalah serangkaian dari pengertian beroperasinya rasa. 

Dalam olahan gabus pucung terdapat dua varian untuk pengelolaanya. Salah satu hal unik yang kita dapat dijumpai dari makanan yang sepintas mirip rawon khas Jawa Timur tersebut, terdapat dua cara pemasakan dan penyajiannya. Pertama, ikan gabus tersebut bisa disajikan dengan cara digoreng terlebih dahulu. Dan kedua, ikan gabus juga bisa dioven kering sebelum dicampurkan kepada kuah. Hal ini bermaksud untuk menjaga agar tekstur ikan gabusnya tetap terjaga dan tidak hancur saat disayur nanti.

Kuliner merupakan suatu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang dapat menunjukan jati diri sebuah bangsa, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya kuliner. Berbagai bangsa asing yang pernah singgah di Indonesia mempunyai peran yang cukup besar dalam perkembangan kuliner di Indonesia. 

Pertemuan antara beberapa kebudayaan yang terjadi di Indonesia pada periode tertentu dikenal dengan istilah kebudayaan Indis. Kebudayaan tersebut telah tumbuh subur karena adanya beberapa faktor baik faktor ekstern maupun faktor intern. 

Gabus pucung sendiri telah memberikan gambaran yang sangat jelas kepada kita tentang bagaimana manusa itu bisa terus belajar dari lingkungan tempat tinggalnya. Ikan gabus yang mungkin bagi sebagian masyarakat kini sebagai hidangan sederhana yang tak berati apa-apa, di era sekarang telah menjadi sesuatu hal yang sangat antik dan sangat bernilai dari sisi panjang sejarahnya. 

Bagaimana perkembangan bangsa Indonesia saat ini tidak dapat dilepaskan dari adanya suatu proses peristiwa sejarah. Bahkan menurut sejarawan terkenal Kuntowijoyo menyatakan bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa lalu untuk dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan kekinian. Begitu juga menurut Bapak Proklamator bangsa Indonesia yakni Ir. Soekarno mengatakan "Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah". Dalam pidato terakhirnya pada HUT Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. 

Sumber Referensi :

Anggraeni, Pipit. 2019. "Kuliner Hindia-Belanda 1901-1942". Beranda. Malang

Kautsar, Nurul Diva. 2020. "Mencicipi Sayur Ikan Gabus Pucung, Si Hitam Gurih, yang menyehatkan dari 'Rawa' Bekasi". Merdeka.com

Dhaniaprianty, Anisa. 2019. "Sejarah Hidangan Gabus Pucung". Enjoybekasi.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun