Makanan bukan hanya sebagai pemenuh kebutuhan hidup bagi masyarakat, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah gaya hidup yang mampu menunjukkan kedudukan seseorang atau daerah yang menjadi tempat tinggalnya. Indonesia telah memiliki keunikan dalam kesederhanaan kulinernya. Dengan wilayah yang sangat luas.Â
Indonesia memiliki berbagai macam jenis kuliner dengan aneka cita rasa yang beranekaragam. Karena keanekaragaman kuliner Indonesia inilah tidak lepas dari adanya perkembangan bahan pangan dan juga pengaruh dari kebudayaan regional maupun kebudayaan asing.Â
Adanya perbedaan bahan pangan pada setiap daerah di Indonesia telah memberikan cita rasa yang berbeda pula pada setiap hidangan. Karena itu tidak heran maka terdapat suatu konsep local genius yang mengacu ke berbagai menu atau makanan yang dihidangkan dalam meja makan keluarga masyarakat pribumi dan orang-orang eropa di masa lalu. Bangsa Indonesia sendiri memang sangat terkenal akan konsep local geniusnya.
Sejarah mencatat bahwasannya kebiasaan santap makanan masyarakat Indonesia dahulu pada abad ke-15 hingga awal abad ke-17 digambarkan dengan penuh kesederhanaan. Dalam berbagai sumber-sumber kuno mengenai aktivitas kuliner di Indonesia pun mengatakan jika kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang tidak lepas dari adat dan nilai-nilai terkandung dalam ajaran dan kepercayaan pada waktu itu.Â
Penggolongan masyarakat berdasarkan ras ketika masa kolonial pun telah menjadi sesuatu yang lazim dilakukan pada waktu itu dan memberikan dampak pada pola maupun kebiasaan makan masyarakat Indonesia saat itu. Gaya hidup mewah sengaja diciptakan oleh orang Eropa untuk menunjukkan status sosial mereka termasuk dalam budaya makan.Â
Makannya tak heran jika saat ini kita menemukan literatur-literatur atau catatan sejarah mengenai sejarah makanan yang mengatakan awal mula makanan itu hadir karean faktor ekonomi masyarakat setempat.
Hal ini tergambarkan pada awal hadirnya kuliner khas Bekasi yakni gabus pucung. Menurut catatan sejarah, gabus pucung berawal dari ketidakmampuan masyarakat Betawi di masa kolonial Belanda untuk mengkonsumsi ikan mas, mujair, atau bandeng yang dirasa sangat mahal bagi kalangan masyarakat bawah.Â
Jika kita reflesikan tatanan Kota Bekasi maupun Kabupaten Bekasi dahulu memang daerahnya masih berupa rawa-rawa, sehingga hal yang wajar perkembangbiakan ikan gabus sangat berkembang pesat pada masa lalu. Sayur gabus pucung sendiri adalah olahan makanan yang menjadi identitas kuliner lokal dari wilayah Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.Â
Karena banyaknya ikan gabus hidup bebas pada rawa-rawa, masyarakat setempat melihat bahwa terdapat potensi pangan yang dapat diolah secara nikmat untuk dikonsumsi. Gabus pucung dikenal oleh masyarakat Bekasi sebagai kuliner khas daerah. Walaupun sebetulnya booming kuliner gabus pucung baru terjadi pada awal tahun 1970 dan 1980an.Â
Kini olahan gabus pucung bukan lagi hanya sekedar kuliner saja, melainkan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari salah satu tradisi masyarakat Betawi terutama Betawi Bekasi sebagai nyorong yang berarti memberikan sesuatu kepada orang lain. Dalam pemahaman yang lebih luas nyorong itu berartikan mengantar makanan oleh anak kepada orang tua atau oleh menantu kepada mertua menjelang bulan puasa atau menjelang hari raya idul fitri sebagai tanda pengikat tali silaturahmi.Â