Tidak ada yang lebih berharga dari sebuah pemikiran, tubuh boleh terpasung, namun jiwa dan pemikiran harus terbang sebebas-bebasnya.
Cuplikan kata dari R A kartini tatkala sedang berada dalam masa pingitan, gambaran suasananya mungkin tak jauh berbeda dengan suasana saat ini kala pandemi menghadang, era covid-19, yakni raga yang begitu merasa berada dibalik jeruji demi mencegah tersebar luasnya virus tersebut.Â
Kembali ke era R.A. Kartini, semangatnya patut dihargai, diteladani, dihormati langgeng abadi sampai saat ini, berdiam diri rumah demi masa pingitan dilakoninya kala usia menginjak remaja, dimana merupakan masa gemilang untuk mencari pengalaman, pengetahun, pendidikan, namun apalah daya, memegang adat tetap diutamakan, melanggar adat adalah suatu kecelakaan, mungkin begitu makna tersiratnya.Â
Bagi R.A. Kartini, melakoni masa pingitan menandakan bahwa raga yang berada di rumah saja bukan alasan yang tepat untuk membelenggukan akal dan pikrian. Hemat kata dari penulis "biarkan dulu otak yamg mengangkasa terbang, sebelum akhirnya raga yang berpetualang".
Memperhatikan literasi dari berbagai informasi perihal kata-kata indah akan  rangkaian yang mempesona di terjemahkan dari berbagai kutipan yang tertuang dari jemari tangan R.A Kartini dalam serpihan surat-surat yg ditujukan kepada  sahabat-sahabatnya.
Tahun 1903 silam, pemikiran akan perjuangan kebiasaan kaum perempuan yang hendak dituntut menuruti adat yang menurutnya tak sebagaimana mestinya, namun perihal adat tetap di pegang kuat olehnya, melihat beliau adalah anak bangsawan panutan masyarakat sebagai juru teladan dan ndoro yang terhormat.Â
Namun pemikiran dan idenya tak lain juga ingin memperjuangakan kemerdekaan perempuan dari segi kecerdasan dalam berbagai bidang, dalam bukunya tak hanya mengenai perihal pendidikan namun juga memperjuangkan agar perempuan mahir dalam bidang kesehatan, terbukti saat pemikirannya menginginkan perempuan untuk tanggap dalam menjadi dukun bayi, perempuan sebagai pelukis sejati sesuai kemahiran diri, dan yang paling penting adalah perempuan sebagai pendidik yang paling utama dalam lingkungan keluarga.
Aksi kesetaraan gender saat ini begitu menggebu, pertanda bahwa akses pemikiran ranah tujuan dari R.A. Kartini masa kini efeknya sedang dirasakan bagi kaum perempuan khususnya. Begitu banyak perempuan menduduki bidang yang setara dengan pria, menjadi seorang pemimpin, juru bicara, guru, pengusaha, dan profesi lainnya.
Kutipan pesan dari R.A. Kartini sebagai motivasi ialah perihal untuk sementara waktu didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan:dari sinilah peradaban bangsa harus dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas, dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di antara bangsanya..
Saat perempuan sudah berumah tangga dan Jika masih ditemui sebuah logika bahwa perempuan tugasnya adalah sumur, dapur, kasur , itu sudah sepatutnya harus dihempaskan, karena perihal kegiatan dalam rumah tangga harmonisnya pasti dilakukan dengan kata "saling". Pengajaran dan pendidikan bagi perempuan tidak terhenti sampai kapanpun demi menjaga kelestarian kebaikan dalam kehidupan, karena kerusakan bagi satu laki-laki  akan mematikan satu orang, namun kerusakan bagi satu perempuan akan mematikan satu peradaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H