Generasi Z, yang lahir dari tahun 1997 hingga 2012, tumbuh dalam era digital di mana mereka memiliki akses ke banyak informasi, termasuk informasi tentang makanan dan nutrisi. Di satu sisi, gagasan "4 Sehat 5 Sempurna" telah lama menjadi standar gizi penting di Indonesia. Panduan ini menekankan betapa pentingnya mengonsumsi makanan yang seimbang yang terdiri dari karbohidrat, yang berfungsi sebagai sumber energi utama; protein, yang mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh; dan lemak, yang berfungsi sebagai cadangan energi dan membantu penyerapan vitamin (Zakiyah, F. B., 2024). Vitamin dan mineral juga membantu tubuh menjalankan fungsinya secara keseluruhan, Susu ditambahkan untuk memastikan asupan kalsium yang diperlukan untuk perkembangan tulang dan gigi. Konsep ini secara tradisional dianggap sebagai metode terbaik untuk memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi yang lengkap untuk pertumbuhan yang optimal. Namun, peningkatan teknologi dan gaya hidup kontemporer telah menghadirkan tantangan baru bagi anak-anak dan remaja untuk mempertahankan pola makan sehat (Maulida, A. Z., 2021).
Anak-anak Generasi Z semakin menyukai junk food, yang biasanya tinggi kalori tetapi kurang nutrisi. Makanan cepat saji seperti burger, kentang goreng, pizza, dan minuman ringan yang mengandung banyak gula dan lemak jenuh menjadi pilihan yang semakin populer (Mazwan, M. Z 2022). Junk food sering dikaitkan dengan diabetes, obesitas, dan penyakit jantung, meskipun enak dan mudah didapat. Sangat mengejutkan bahwa makanan ringan ini tidak hanya dapat diakses dengan mudah, tetapi juga didukung oleh kampanye iklan yang agresif yang sering memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk mempromosikan produk mereka, (Lukitasari, R. D., 2024). Â Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang seberapa efektif program pendidikan gizi di sekolah dalam mempengaruhi preferensi makanan anak Gen Z. Program pendidikan gizi yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pola makan seimbang, seperti yang disarankan oleh Ide 4 Sehat 5 Sempurna. Namun, apakah pendidikan ini benar-benar memengaruhi anak-anak, atau apakah mereka lebih tertarik pada junk food yang mudah didapat dan menarik perhatian? Tulisa ini akan menggali lebih dalam apakah edukasi gizi di sekolah mampu mengatasi keinginan untuk makan junk food dan sejauh mana dampaknya terhadap pola makan sehat Generasi Z.
Edukasi gizi pada anak-anak, terutama Gen Z menjadi sangat krusial karena masa anak-anak merupakan periode kritis bagi pembentukan kebiasaan makan yang akan bertahan hingga dewasa. Pada era sebelumnya, anak-anak diperkenalkan dengan konsep 4 sehat dan 5 sempurna yang menekankan keseimbangan gizi dari nasi, lauk pauk, sayur, buah dan susu. Pertarungan antara 4 Sehat 5 Sempurna dan junk food sebenarnya tidak hanya soal mana yang lebih menarik di mata anak-anak, tetapi juga soal dampak jangka panjang terhadap kesehatan mereka. Junk food yang tinggi kalori, gula, lemak, dan garam menawarkan rasa yang memikat tetapi kurang memberikan nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang sedang tumbuh. Sebaliknya, 4 Sehat 5 Sempurna menyediakan nutrisi yang seimbang dan penting untuk pertumbuhan fisik serta perkembangan kognitif anak.
Anak-anak yang terpapar edukasi gizi cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya konsumsi makanan seimbang, seperti yang tercakup dalam konsep 4 Sehat 5 Sempurna. Namun, meskipun anak-anak menyadari manfaat dari pola makan sehat, banyak dari mereka tetap lebih sering memilih junk food. Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan makanan anak-anak Gen Z diidentifikasi sebagai berikut:
Iklan media sosial, dalam beberapa penelitian ini menemukan bahwa preferensi makanan Gen Z sangat dipengaruhi oleh iklan makanan cepat saji yang sering muncul di media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube sangat mempengaruhi persepsi orang tentang makanan. Banyak iklan junk food memiliki gambar yang menarik dan melibatkan influencer yang sangat disukai anak-anak dan remaja. Mereka yang mempromosikan junk food dengan cara yang menghibur membuatnya terlihat sebagai bagian dari gaya hidup modern dan keren. Meskipun banyak dari responden menyadari bahwa penting untuk menjaga asupan gizi yang seimbang, junk food menjadi lebih menggoda karena tampilannya yang menarik dan cerita yang diceritakan oleh influencer. Ini menunjukkan bahwa media sosial sangat berperan dalam menentukan preferensi makanan anak-anak Gen Z, karena mereka lebih rentan terhadap iklan komersial yang tersebar di platform tersebut (Farunik, C. G., 2023).
Ketersediaan dan kemudahan akses adalah faktor penting dalam pilihan makanan anak-anak. Junk food lebih mudah diakses, terutama melalui aplikasi pengantaran makanan dan di sekolah. Karena harganya yang lebih murah dan dapat dengan mudah dibeli di kantin sekolah atau di sekitar rumah, anak-anak sering memilih junk food. Junk food lebih efisien daripada makanan sehat yang memerlukan lebih banyak waktu dan persiapan, terutama bagi anak-anak yang memiliki waktu terbatas atau tidak memiliki akses langsung ke makanan sehat. Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran akan nilai gizi lebih penting daripada kenyamanan dan kemudahan (Watajdid, N. I., 2021).
Kebiasaan makan anak-anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga mereka juga. Studi ini menemukan bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan pola makan sehat cenderung membawa kebiasaan ini ke dalam kehidupan mereka juga. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga dimana makanan junk food sering disajikan cenderung memiliki persepsi positif terhadap makanan sehat. Sebaliknya, anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga dimana makanan sehat sering disajikan cenderung menganggap makanan junk food sebagai bagian normal dari pola makan sehari-hari mereka. Hal ini menunjukkan bagaimana peran keluarga sangat penting dalam membangun kebiasaan makan anak-anak sejak dini. Menjaga keseimbangan asupan makanan anak-anak lebih mudah bagi keluarga yang memperhatikan gizi mereka dan secara aktif mendidik mereka tentang pentingnya makan dengan cara yang sehat, Pua, A. E., (2022).
Edukasi gizi di sekolah, sering kali anak-anak Gen Z tidak tertarik dengan pendidikan gizi di sekolah karena mereka terbiasa dengan informasi visual dan interaktif. Ini berbeda dengan pendekatan konvensional, seperti ceramah atau buku teks, yang biasanya digunakan dalam pendidikan gizi. Mereka tidak tertarik pada pendidikan gizi yang diberikan secara statis. Oleh karena itu, metode yang lebih inventif diperlukan untuk lebih efektif mempengaruhi kebiasaan makan anak-anak. Aplikasi media sosial, video interaktif, dan platform edukasi yang memungkinkan pemantauan pola makan harian anak-anak dapat membantu Gen Z menjaga gaya hidup digital mereka. Teknologi ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga pola makan yang sehat sekaligus membuat penerapan pola makan yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa banyak hal mempengaruhi pilihan makanan anak-anak Gen Z; ini termasuk dampak media sosial, kemudahan mendapatkan junk food, lingkungan keluarga, dan kualitas edukasi gizi. Ini menunjukkan betapa pentingnya kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan makan sehat bagi generasi muda (Az-zahra, K., 2022).
Pendidikan gizi sangat penting untuk mengajarkan anak-anak tentang pola makan yang sehat, tetapi banyak anak Gen Z masih suka makan junk food. Untuk meningkatkan edukasi gizi anak Gen Z, diperlukan pendekatan yang lebih luas yang melibatkan keluarga, sekolah, dan kampanye kreatif berbasis media digital yang berkaitan dengan kehidupan Gen Z, seperti iklan makanan cepat saji di media sosial dan kemudahan akses ke junk food. Selain itu, pemerintah dan lembaga kesehatan perlu terus mendorong regulasi yang membolehkan anak-anak Gen Z mengonsumsi makanan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, S. D., Aziz, S., Suci, S. E., Lutfiah, S. L., Dewi, Y., & Fikayuniar, L. (2022). Review Artikel: Pengujian Analisis Metode Kualitatif Terhadap Kandungan Bahan Kimia Obat Pada Jamu Tradisional. Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 17(3), 533-543.