3. Transparansi dan transparansi, budget pendidikan terbesar di APBN, tapi budget besar tanpa transparansi dan mengunci kesempatan korupsi (artikel sebelumnya) = atm bagi para koruptor, dan itulah yang terjadi selama puluhan tahu kemarin.
4. Jangan hanya berharap kepada pemerintah saja, kita semua, khususnya “Mayoritas” sebaiknya berfokus mengejar ketertinggalan dengan melakukan banyak kegiatan sosial di bidang pendidikan.
Yang kita lakukan sekarang sebaliknya. Sudah enggan belajar, setiap hari energi dan pikiran dibuang percuma untuk jadi pengikut sosmed penyebar kebencian, mencaci dan membenci kaum “Minoritas”.
Apakah dengan mencaci, lalu kaum “Minoritas” bisa turun IQnya dan kekayaannya? Yang ada justru disaat kita membenci, mereka belajar dan bekerja 12 jam sehari.
Dan sekali lagi hukum matematika bekerja disini, siapapun juga, apapun ras dan agamanya, selama dia rajin belajar dan bekerja = sukses dan sejahtera.
Itu ilmu pasti dan ilmu pasti adalah hukum Tuhan itu sendiri.
PENUTUP
Akhir kata kemiskinan di Indonesia sudah kronis, tanpa tindakan nyata dan bahu membahu dari kedua kaum, Mayoritas dan Minoritas, maka solusi tidak akan maksimal.
Kaum minoritas harus menyadari bahwa Bhinneka Tunggal Ika hanya bisa terwujud bila terjadi keseimbangan dan pemerataan akses pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Bhinneka Tunggal Ika tidak akan terjadi bila Anda hidup di rumah mewah dikelilingi perumahan kumuh, dan Anda diam saja melihat hal tsb.
Anda harus aktif turut serta mengentaskan kemiskinan di Indonesia, jangan egois dan hanya berhenti di menyalakan lilin, tapi jadilah lilin yang turut menerangi negeri ini, tempat dimana Anda lahir, hidup dan mati.
Kaum mayoritas harus menyadari, bahwa Anda sebagai pembuat kebijakan dan pemegang kursi kekuasaan, bertanggung jawab penuh atas hasil pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyatnya.