Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rahasia di Balik Sindikat Dimas Kanjeng

9 Oktober 2016   10:28 Diperbarui: 9 Oktober 2016   10:44 2063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dimas Kanjeng, sumber gambar : tribunnews.com

Penggandaan uang, kata yang menggiurkan dan membuat banyak orang kehilangan nalar.

Kasus Dimas Kanjeng ini sebenarnya sangat mudah, kenapa mudah? Karena ini adalah jaringan pemalsu uang yang mungkin terbesar di Indonesia! Titik tanpa koma..

Tidak perlu diputar-putar katanya oleh ahli bahasa menjadi "pengadaan", "penggandaan" dan disamarkan kasusnya menjadi pembunuhan dan penipuan. Unsur pembunuhan dan penipuan ada, tetapi akar permasalahan dari ini semua adalah SINDIKAT PEMALSUAN UANG.

Dimas kanjeng ataupun beking di belakang dia, sangatlah pintar :

  1. Mereka memanfaatkan kegiatan agama sebagai "etalase luar" supaya orang percaya menitipkan uang dari juta hingga milyaran.
  2. Mereka memanfaatkan orang-orang indo yang sebagian besar masih senang hal-hal gaib
  3. Mereka DENGAN SENGAJA menggunakan istilah gaib, agar saat ditangkap bisa dengan mudah menyalahkan jin-jin, supranatural, quantum fisika dan istilah canggih lainnya  = supaya kelihatan lugu/tidak bersalah
  4. Dengan istilah "penggandaan", maka mereka dapat meminta uang asli (mahar) yang dapat dicampur aduk dengan uang palsu
  5. Mereka menggunakan sistem ponzi/piramida, dimana iuran anggota level terbawah digunakan untuk bonus anggota level teratas.
  6. Mereka menggunakan sistem MLM yang tertutup dan cepat berkembang, dimana tentunya anggota level tertinggi mendapatkan uang aslinya.
  7. Mereka memanfaatkan para pejabat dan calon kepala daerah yang membutuhkan uang baik asli/palsu untuk money politics = beking kuat karena tidak ada yang ingin terbongkar kalau sudah pernah menggunakan jasa Dimas Kanjeng

Dari 7 poin diatas jelas sekali, bahwa ini hanya sesimple sindikat investasi piramida + pemalsuan uang! Tetapi dengan cara distribusi yang kreatif dan skala besar karena bersinggungan dengan dana politik.

Kenapa tidak ada yang melapor?

  1. Karena anggota level tertinggi memang menerima uang asli
  2. Karena anggota level rendah menerima uang asli campur palsu, mereka menjadi bingung karena kadang memang asli dan bisa digunakan, ataupun palsu tetap bisa digunakan karena transaksi jual-beli di Indonesia sebagian besar masih uang tunai = sangat mudah menggunakan uang palsu dipasar2 dst.
  3. Karena mahar level rendah hanya jutaan, malas melapor, ribet dan makin habis banyak
  4. Karena mahar level tinggi milyaran, kena hipnotis, ataupun malah di"bunuh" pelan seperti korban ibu Najmiah yang diberi air-air gaib.
  5. Karena banyak oknum penegak hukum justru pengikut dimas kanjang, yang tentunya dapat uang asli.

Jadi ada simbiosis mutualisme antara Dimas Kanjeng dan para beking (pejabat) yang membutuhkan banyak uang untuk money politics, elit politik tidak peduli asli/tidak asli yang penting bisa membeli suara! Sudah rahasia umum, bahwa peredaran uang palsu meningkat menjelang pilkada dan pilpres.

Bahkan sangat mungkin sebagian besar pengikut Dimas Kanjeng SADAR BAHWA ITU PALSU, tetapi karena tetap bisa digunakan, maka diam saja.

Dan penulis sangat yakin, orang-orang yang level tertinggi mengetahui dan sadar akan hal itu = termasuk dalam sindikat pemalsuan uang ini.

Mengenai video di youtube ataupun yang dibangga-banggakan ibu  Marwah Daud sebagai fakta, mudah saja kok, trik sulap juga banyak seperti itu. Ada yang bisa menjelaskan bagaimana puluhan kelinci bisa keluar dari topi sulap? Hahaha...

Bahkan bila bisa menggandakan di depan mata kita pun, David Coperfield juga bisa, itu trik sulap aliran illusionis dan mengaburkan penglihatan visual kita. Apalagi Dimas Kanjeng tidak menggandakan langsung didepan mata, tapi tangannya masih ke belakang punggung, kalah tuh sama David Coperfield yang berani menggergaji dirinya didepan mata semua orang, hehehe..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun