Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo dan Jebakan "Kuda Troya"?

30 September 2016   19:58 Diperbarui: 1 Oktober 2016   02:43 4444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kombinasi calon gubernur DKI kali ini memang menarik, selain Anies yang terlihat "menyerah" dengan bergabung pada pihak ex-lawan, ternyata Prabowopun juga dalam posisi "menyerah", lho kok bisa?

Prabowo menyerahkan posisi cagub yang seharusnya untuk Sandi, ke Anies. Secara sederhana alasannya ada 2 :

  • Anies jauh lebih tinggi elektabilitas (kemungkinan terpilihnya) karena sudah sangat terkenal dibandingkan Sandi yang orang baru.
  • Supaya tawaran Prabowo lebih menarik dari SBY yang pastinya tidak legowo bila anaknya jadi cawagub = terbukti Anies lebih memilih posisi cagub dan berkoalisi dengan Prabowo meski latar belakangnya baru saja berlawanan ideologi saat pilpres, dibandingkan berkoalisi dengan Cikeas yang seharusnya relatif aman karena tidak menelan ludah sendiri. 

Prabowo menyerahkan posisi cagub ke ex-lawan. Bukan Prabowo saja yang ex-lawan Anies, tapi juga sebaliknya, Anies adalah pihak ex-lawan, bahkan sebagian karena peran Anies-lah, Prabowo kalah di pilpres 2014! Sangat riskan sebenarnya bagi seseorang untuk bisa begitu saja percaya bahwa Anies yang direshuffle = sudah pasti pisah dengan Jokowi? Yakin? Bagaimana bila dia adalah "utusan" Jokowi?

  • Terbukti ada isu intervensi Pratikno bertemu Prabowo, yang simpang siur beritanya. Berita ini aneh, ngapain pula Jokowi minta-minta ke Prabowo supaya tidak mengangkat Anies? Emang sahabat dekat dan didengar? Hahaha... Semakin minta = takut kalah = semakin diangkat!
  • Timing reshuffle sangat tepat sebelum pendaftaran cagub DKI, tidak mungkin ahli strategi disekeliling Jokowi tidak paham hal ini, buktinya begitu direshuffle langsung media mendorong Anies untuk melawan Ahok di DKI. Kalau hanya ingin memfasilitasi organisasi M, masih banyak menteri lain yang bisa diganti. Seseorang yang berpotensi menjadi "lawan" justru lebih baik "dimanja" menjadi menteri, daripada direshuffle dan menjadi "liar" di luar.
  • Kesimpulannya? Dengan mengirim Pratikno = semakin memanasi-manasi Prabowo untuk mengangkat Anies, nah lu, jadi anehkan kenapa malah didorong? Hehe..

Prabowo menyerahkan posisi capres ke Sandi. Sangat jelas Sandi dipersiapkan untuk menjadi presiden baik di 2019 maupun 2024, karena itu didorong untuk maju pilgub DKI apapun posisinya yang penting menang dulu, karena itulah satu-satunya panggung tercepat untuk memperkenalkan diri (pencitraan) ke masyarakat umum. Semua berita tv dan majalah hanya memberitakan DKI, jadi posisi DKI 1-2 memang kunci master untuk menuju RI1 dan RI2.

Ada 3 skenario yang mungkin terjadi, bila Anies-Sandi memenangkan DKI, maka setelah pencitraan selama 2 tahun dan berhasil, salah satu dari mereka akan mendampingi Prabowo maju pilpres 2019, tergantung mana yang elektabilitasnya lebih meroket saat itu.

Skenario kedua, mereka telah paham bahwa posisi Jokowi 2019 sudah kuat dengan dukungan Golkar ataupun bila "pencitraan" 2 tahun ternyata tidak maksimal, maka yang menjadi target utama adalah 2024, dimana bisa dipastikan yang menjadi presiden saat itu adalah ex- DKI 1/2.

Skenario ketiga adalah "kuda troya", bagaimana seandainya AB adalah "utusan" Jokowi? Bagaimana bila dia mempunyai "misi khusus", misalnya memecah dan menguasai lawan supaya :

  • Ahok menang dengan diredamnya isu rasial dan agama (Anies dan AHY sedikit banyak menguntungkan posisi Ahok karena mereka berdua tipe liberal dan tidak suka memainkan isu ras agama).
  • Lawan tidak mengganggu di pilpres 2019
  • dan kursi cawapres 2019 atau capres 2024 untuk AB? Hahaha jadi menarik teori konspirasinya...
  • Seandainya Ahok kalahpun, gubernur DKI tetap "orangnya Jokowi", smart bukan? Haha..

Terbukti sekarang Prabowo telah terpecah dengan Cikeas, mereka sulit bersatu karena masing-masing memiliki capres sendiri untuk 2024, Sandi dan AHY. PKSpun mulai kecewa karena kadernya gagal maju di pilgub DKI, bahkan terpaksa harus mendukung pasangan yang "liberal" pahamnya, mereka akan semakin kecewa bila tahu dan sadar bahwa sampai kapanpun hanya dimanfaatkan suaranya dan tidak akan pernah dapat posisi apa2, hihihi.

Kartu itu sekarang ada di tangan Prabowo dan Anies Baswedan, bila Anies memainkan kartunya dengan baik, maka posisi cawapres sudah didepan mata, dan bila memainkan kartunya sangat baik, maka bisa dikatakan posisi presiden 2024 di genggaman, siapapun pendukungnya.

Bila hasil akhirnya impian Prabowo dan Sandi untuk menjadi presiden tidak pernah terwujud, jadi siapa sebenarnya yang memenangkan pertarungan? Hehehe...

Jadi....siapa yang sedang menunggangi siapa? Waktulah yang akan membuktikan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun