BPJS berusaha mengedukasi masyarakat bahwa iuran BPJS tersebut adalah goyong royong melalui banyak jalur termasuk blog competition yang sekarang sedang berlangsung di Kompasiana.
Mengenai iuran BPJS ini sebenarnya sudah pernah di bahas di serial tulisan Bom Waktu Bernama BPJS DISINI.
Langsung ringkasannya saja, iuran BPJS tersebut bukanlah goyong royong murni. Lho kok bisa? Bukankah slogannya yang sehat membantu yang sakit?
Ya itu benar bila kondisi yang dibandingkan horizontal waktu SAAT INI, si A sehat, si B sakit, iuran si A untuk membantu si B yang sakit. Tetapi tidak demikian bila dibandingkan vertikal = kehidupan si A dari bayi hingga meninggal dunia. Si A "sekarang" sehat, mungkinkah dia sampai meninggal dunia tidak pernah sakit?
Yang ada malah dengan kemajuan teknologi dan alat diagnosa, semakin banyak penyakit yang terdiagnosa, dan penulis berani menjamin 101% si A di masa depan akan sakit, bahkan bisa menghabiskan ratusan juta/lebih dan jauh lebih banyak dari iuran dia bila ditotal sejak lahir! (Baca link artikel sehat itu mahal dibawah)
Jadi si A bukan membayar iuran untuk si B yang sakit, tetapi dia menabung untuk masa depan dia bila sakit di masa depan.
Jadi dimana donk letak goyong royongnya? Lha semua bayar iuran untuk menabung buat diri sendiri bila sakit di masa depan kok. Ini yang harusnya BPJS tekankan, bahwa biaya sakit saat lansia itu mahal luar biasa, jauh melebihi iuran kita berpuluh tahun! Bila masyarakat sadar akan hal ini, dijamin dengan sukarela membayar iuran. ( baca Sehat Itu Mahal di link terlampir di bawah)
Beda dengan asuransi swasta, yang hanya menjamin hingga usia tertentu dengan iuran selangit, mereka paham bahwa usia lansia butuh biaya kesehatan luar biasa mahal.
Konsep gotong royong hanya bisa terjadi apabila :
- Yang kaya mensubsidi yang miskin. Kenapa? Karena iuran BPJS wajib bagi semua orang, sedangkan mereka yang kaya tidak menggunakannya, kecuali mereka jatuh miskin di masa depan (ini pun bisa dikatakan iuran buat jaga-jaga di masa depan, baru bisa dikatakan membantu orang lain, bila dia sampai meninggal tidak memakai BPJS).
Berlakukan besaran iuran sesuai gaji yang diterima, tanpa maksimal gaji, barulah terjadi subsidi kaya ke miskin, sistem sekarang iuran dihitung persentase dengan gaji maksimal hanya 8 juta, artinya iuran gaji 3 juta dan 30 juta hanya beda sedikit, karena yang dihitung hanya 8 juta pertama.
- Yang cari sakit sendiri mensubsidi yang sakit beneran. Adil tidak kita yang tidak merokok, bayar iuran untuk menanggung penyakit perokok yang setiap hari mengepulkan asapnya di hidung kita??? Karena tahu sakit itu gratis, mereka semakin merokok sebannyak-banyaknya! Karena itu semua yang cari sakit sendiri (contoh paling konkrit perokok), Â wajib membayar cukai BPJS untuk mengcover penyakit mereka dan keluarga, plus membantu orang lain karena asap mereka telah membuat orang lan sakit.
Sekali lagi, untuk lebih lengkapnya silakan baca di artikel DISINI, bagaimana cukai tambahan bisa merevolusi BPJS dan kesehatan rakyat.
Dan bila tema blog competition adalah Goyong Royong demi Indonesia yang Lebih Sehat, maka yang sederhana saja, berlakukan kembali gotong royong membersihkan lingkungan masing-masing rutin setiap minggu di setiap RT, RW dan lingkungan sekolah. Banyak sekali manfaatnya :
- Menanamkan mental goyong royong, karena praktek setiap minggu rutin, mental tidak akan berubah hanya dengan iklan maupun program yang bombastis.Â
- Mental bertanggung jawab juga ikut tertanam, tanggung jawab akan kebersihan lingkungan masing-masing = otomatis mengurangi buang sampah sembarangan, sanitasi meningkat, dst.
- Lingkungan menjadi bersih = otomatis lebih sehat = mengurangi klaim BPJS bagi pemerintah
Nah jelas bukan? Selain berfokus ke mengedukasi masyarakat untuk membayar iuran (menambah penghasilan), sudah seharusnya BPJS ikut memikirkan bagaimana supaya rakyat lebih sehat supaya klaim berkurang (pengeluaran ditekan). Bukan ditekan dengan sengaja obat kosong dan mempersulit rujukan seperti sekarang.
Apa yang terjadi sekarang sebaliknya, dimana2 ada petugas kebersihan, sekolah tidak ada lagi piket, anak-anak hingga dewasa cuek dan merasa itu tanggung jawab petugas kebersihan. Bahkan ada lelucon yang mengatakan : "kalau saya tidak buang sampah sembarangan, lalu mereka petugas kebersihan jadi pengangguran donk? Berarti buang sampah sembarangan itu beramal lho.. " Wkwkwk...
Bila mental seperti itu tetap dilestarikan, maka negara kita tetap kotor = penyakit tetap merajalela = tunggu saja kenaikan iuran bpjs selanjutnya, dijamin saat itu BPJS akan mengadakan blog competition lagi agar kita mau membayar iurannya, hahaha... Â (upps, waduh harapan ga menang kompetisi nih, hihi)
Artikel Terkait :
(Friday Ideas-4) Bom Waktu BPJS - Sehat itu Mahal Bro
(Friday Ideas-5) Bom Waktu BPJS - Revolusi Kesehatan dengan Cukai Rokok
(Friday Ideas-6) Bom Waktu BPJS - Cara Jitu Mengurangi Klaim BPJS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H